Why Should Be Me [ Tamat ]

By _Artsj_

4.7K 2.2K 2.8K

> Follow dulu yah, karena sewaktu-waktu cerita ini akan di privat< Di benci oleh orang tua sendiri! Di bully... More

Prolog
*Cast*
Miris
Surat Ancaman
Menolak
Kaki Lembek
Berusaha
Bersabar
Dia peduli
Hari Ulang Tahun
Thanks Om Google
Lagi
Dia hebat
Mama
Dia datang
Glen
Taruhan
Takut
Berubah
Anggap Aja Orang Gila
Ajaib
Alasan
Mereka khawatir
Bolos
Dandelion
Hancur
Malu
Hampir Diculik
Mendaki
Menghilang
Dia Selalu Baik
Gengsi
Benci
Menyebalkan
Belajar Renang
Tertembak
Aku Tidak Tahu
Dua Malaikat
praktik
Bodoh
Tidak Adil
Melemah
Kebenaran
Saudara
Kecewa
Film Action
Kejadian Sebenarnya
Salam Perpisahan
Selamat Tinggal
Surat
END
Bonus part

Kebetulan

34 12 0
By _Artsj_

Di bawah jurang, Belva terbangun dari pingsannya karena suara gemercik air. Keadaannya sangatlah parah, keningnya yang berdarah dan jaketnya terkoyak-koyak akibat goresan kayu saat terjatuh. Badannya juga seakan remuk, tulangnya seakan ada yang patah.

Langit sudah berubah warna menjadi jingga, yang artinya hewan-hewan sudah pasti akan mulai keluar.

"Belva ... kau di mana, tolong jawab!"

Suara itu membuatnya menoleh ke arah tas yang ada di dekatnya. Suara itu dari Handy Talky yang diberikan Glen padanya tadi.

Ada rasa aman dan lega mendengar suara itu. Diakemudian berusaha mengambil benda itu, walaupun sulit menjangkaunya, tapi dia harus berusaha. Dan yah, dia berhasil.

"Mikeil...." panggil Belva dengan suara sangat lemah.

Di balik telpon sana Mikeil langsung berhenti berlari karena mendengar suaranya.

"Belva."

"Hm," jawab Belva semakin lemah.

"Kamu dimana?" tanya Mikeil dari seberang sana membuat Glen berhenti berlari.

"Aku tidak tau."

"Katakan ciri-ciri tempatnya, kami akan datang menjemputmu!" kata Mikeil dengan suara khawatir.

Belva menoleh ke arah suara air itu.

"Sungai," jawab Belva lemah.

"Kami akan kesana, tetap di tempatmu Oke!" kata Mikeil.

"Hmm."

Di sebrang sana, Glen menuju ke arah Mikeil.

"Di mana?" tanyanya

"Sungai." Kata Mikeil berkomunikasi dengan gurunya.

Tourgade yang mendengarnya mengangkukkan kepala lalu mengatakan, "Arah Barat, di sana ada sungai."

Kata Maryo menghubungi temannya dan Mikeil juga mendengarnya.
Mereka semua kemudian menuju ke arah Barat.

Di sana, Belva terdiam kaku. Sebab seekor ular piton menuju ke arahnya. Dia pasrah, karena memang dia tidak bisa menghindar dari maut kali ini.

Dia tersenyum kecut.

"Kalau memang ini akhir hidupku, aku menyerahkan hidupku padamu Tuhan," ucapnya memandang langit.

"Belva tetap bicara!"

"Belva!"

"Belva!" panggil Mikeil namun Belva tak menghiraukannya.

Ular piton itu semakin mendekatinya. Takut? Sudah pasti dia rasakan, tapi dengan keadaan seperti itu, dia tidak akan mungkin akan lari. Berlari pun dia akan tetap dimakan ular piton besar itu. Jadi berdiam saja!

Namun betapa beruntunnya dia, karena ular piton itu hanya melilitkan badannya tepat di sampingnya dan menatapnya secara intens.

"Kenapa tidak memakanku?" tanyanya pada ular itu.

"Aku sudah sangat bosan dengan hidupku, tidak ada kebahagiaan sama sekali. Dan Audrea benar, aku sudah ngancurin banyak kehidupan orang. Aku pantes mati" ucapnya pelan.

"Aku sangat mengantuk, jika kau ingin memakanku, makan saja."

Dan tanpa sadar diaa memencet tombol Handy Talky dan membuat Mikeil mendengarnya.

"Kamu bicara dengan siapa?" tanya Mikeil dari seberang sana.

"Ular," jawabnya lalu menutup mata.

Perkataan Belva barusan membuat Mikeil di seberang sana mempercepat larinya.

Glen berhenti berlari karena melihat sebuah pisau yang tertancap di pohon yang berdiri di jurang.

"Belva di bawah sana!" ucap Glen membuat Mikeil berhenti.

Bersamaan dengan itu, gurunya dan dua tourgade datang.

"Kita membutuhkan tali!" kata Bu Sarah.

Bondan mengeluarkan tali dari tasnya lalu mengikatnya di pohon. Belum selesai diikat, Mikeil langsung turun menggunakan tali sehingga Bondan kesulitan menarik tali itu sendirian.

"Astaga Mikeil itu berbahaya!" teriak Bu Sarah.

"Maryo turun dan bantu dia!" suruh Bondan dan Maryo langsung turun.

Mikeil membuang nafasnya legah melihat keadaan Belva yang belum dimakan ular. Ular piton itu hanya melilitkan badannya seperti donat di samping Belva dan tidak melahapnya.

"Gadis ini beruntung sekali karena ular piton itu masih kenyang," kata Maryo tepat di samping Mikeil kemudian menjauhkan ular itu dari Belva.

"Belva, Belva!" panggil Mikeil sambil menepuk-nepuk pipi Belva dan membuat Belva membuka matanya.

"Mikeil ...." ucap Belva sangat lemah.

"Kepalanya mengeluarkan darah sangat banyak, kita harus cepat." Maryo khawatir sambil mengikat luka di kepala Belva menggunakan bajunya yang ia robek dan Mikeil mengangkuk menyetujuinya.

"Seseorang---" ucapan Belva terpotong.

"Jangan bicara, dan tetap sadar. Ini perintah!" Mikeil tegas membantu Belva duduk kemudian menggendongnya.

Tourgade itu kemudian membantu Mikeil memanjat jurang agar tidak terjatuh. Dan sesampainya di atas, Belva melihat gurunya dan Glen begitu khawatir padanya.

"Aku haus," ucap Belva lemah.

"Nanti saja, jika sudah di rumah sakit!" kata Mikeil mulai melangkah.

"Aku benar-benar sangat haus," ulang Belva sekali lagi.

"Berikan air padanya." Bondan angkat bicara.

"Tapi, kita tidak membawa air," balas Bu Sarah

Glen membulatkan matanya karena teringat pada tas Belva.

"Tas Belvab" ucapnya mengambil tas Belva kasar lalu mengambil sebotol minuman jeruk. Glen lalu membukakan minuman itu  dan meminumkannya pada Belva.

"Untung lo beli tadi" ucap Glen

"Ck. Aku hebat, kan" balas Belva tersenyum lemah.

"Gue bilang jangan ngomong. Lo udah lemah banget!" kesal Mikeil mulai melangkah.

"Kita harus bawa dia ke rumah sakit" Saran Bondan.

Hari sudah mulai gelap mereka buru-buru turun dari gunung. Dan mereka langsung membawa Belva ke rumah sakit terdekat. Sedangkan siswa-siswa yang lainnya sudah kembali ke jakarta. Karena memang waktu sewa bisnya hanya satu hari.

****

Sesampainya mereka di rumah sakit, Belva sudah tidak sadarkan diri. Dengan gesit dokter memeriksa keadaannya dan membawanya ke dalam ruang Emergency. Walaupun dilarang masuk, Mikeil dan Glen tetap menerobos masuk karena sangat khawatir pada Belva.

"Bagaimana?" tanya Glen dan Mikeil bersamaan membuat sang dokter sedikit tersentak.

"Ehem. Dia kehilangan banyak darah, akibat luka di kepalanya," jawabnya sedangkan para suster menjahit kepala Belva dan membersihkan beberapa lukanya.

"Golongan darahnya apa?" tanya Mikeil

"Sedang diperiksa," jawab dokter sambil melihat keadaan Belva.

"Golongan darahnya A dokter," sahut sang suster yang tiba-tiba datang.

"Golongan darah saya A!" kata Glen mengajukan diri dengan sangat antusias.

"Lo serius?" tanya Mikeil dengan perkataan Glen barusan.

"Hm," jawab Glen.

"Kalau begitu saya akan perik---" kata dokter terpotong.

"Untuk apa? Jelas-jelas golongan darah saya A!" bentak Glen membuat semua orang yang ada di dalam ruangan itu melihat ke arahnya.

"Apa dokter liat, dia sangat membutuhkan darah secepatnya. Apa dokter mau dia mati? Hah!" lanjut Glen marah dengan menaikkan nada  suaranya.

"Em. Kalau begitu biar kita mulai saja ambil darahnya," kata suster yang terlihat takut.

"Kok bisa golongan darah mereka sama, apa kebetulan yah?" gumam Mikeil

******

"

Seandainya saja Papa dan Mamaku tidak mempertahankan Belva di rumah ini, sudah dari dulu ku lenyapkan anak sialan itu" jengkel Sella

Sedangkan suaminya diam dan tetap berkutat dengan kertas-kertas yang ada di mejanya.

"Pah, apa kita usir saja anak itu dari rumah ini?" kata Sella pada Raymon suaminya.

"Memangnya kenapa?" tanyanya balik.

"Mama sudah sangat jengkel melihat wajahnya berkeliaran di rumah ini," Jawab Sella sebal.

Raymon tertawa sejenak membuat sella heran dengan tingkah suaminya itu.

"Kenapa tertawa?"

"Tidak usah mengusirnya, Anak itu akan pergi ke balik papan atau mungkin ... rumah sakit gila," kata Raymon lalu menyeruput kopinya.

"Maksudnya?" tanya Sella bingung.

"Ayahnya sendiri yang akan membunuhnya dan membuat anak itu ketakutan," jawab Raymon santai.

"Oh, yah. Itu sangat bagus. Hahaha...." kata Sella senang.

"Hmm,"

"Belva, Belva. Malang sekali hidupnya" ucap Sella.

Dan tanpa mereka sadari, Salsa mendengar perkataan mereka semua. Awalnya dia hanya ingin menyapa Ibu dan Ayahnya, dan menceritakan kegiatannya tadi di Bandung. Namun  betapa kagetnya dia, saat mendengar Perkataan ayahnya barusan.

Ayahnya? Batinnya bertanya.

Apa maksud Papa? Apa Belva bukan saudara kandungku? Tidak mungkin, ini tidak benar.

Lalu siapa orang tua Belva sebenarnya? 

Kenapa dia ada di sini?

Tidak ingin ambil resiko dimarahi orang tuanya karena menguping, dia buru-buru beranjak pergi dari depan pintu itu dan menuju kamarnya dengan banyak pertanyaan di pikirannya. Semua pertanyaan itu terus terulang dipikirannya.

"Apa kakek tau soal ini?"


Mesti pencet bintangnya!

Continue Reading

You'll Also Like

147K 27.2K 29
[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW BIAR BISA BACA] Ketika Azka memutuskan untuk melamar Ara tepat satu jam setelah pengumuman kelulusan. Sesuai jan...
KENZOLIA By Alpanjii

Mystery / Thriller

63.9K 3.6K 13
Iexglez diketuai oleh Kenzo, anggota inti menyamar menjadi siswa di SMA Rajawali untuk suatu misi. Ditengah misi itu ada Lilia, gadis yang Kenzo suka...
Pengantin Iblis By Khalisa

Mystery / Thriller

213K 13.6K 43
"Kau telah terikat dengannya, Alana." Malam itu burung gagak membawa kabar buruk yang akan menghancurkan seluruh hidup Alana, sebuah kutukan yang mem...
76.6K 3.8K 50
kisah asmara dari seorang gadis playgirl yang menjadi pacar seorang pria gamers yang terkenal cuek. Namun,memiliki sisi lembut di balik sikap cueknya...