A or A [New Version]

Galing kay fairytls

1.4M 135K 2.6K

[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Aku menemukan kehidupan baru setelah mengalami kecelakaan yang tidak pern... Higit pa

P R O L O G U E
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
New Story

Chapter 10

34.5K 3.6K 14
Galing kay fairytls

"Maaf, Non. Ada keperluan apa?" Penjaga gerbang bertanya padaku.

Aku sedang berdiri di depan gerbang yang menjulang tinggi berwarna gold. "Saya .... " Aku ragu untuk melanjutkan kalimatku. "Saya temennya Allana, Pak. Allananya ada?"

Terlihat kerutan di dahi penjaga gerbang. "Bukannya Non temannya Non Allana? Emangnya Non nggak tau kalau Non Allana udah lama koma."

"Ko-koma?" tanyaku memastikan.

"Iya, Non."

"Gitu ya, Pak. Saya temen lamanya, udah lama nggak tau kabar Allana. Kalau boleh tau Allana dirawat di rumah sakit mana?"

"Royal hospital, Non."

"Makasih ya, Pak. Saya permisi dulu."

Sambil menjauh dari gerbang, Aku bersorak senang dalam hati karena aku belum meninggal. Berhenti di trotoar, aku segera memesan taksi online untuk pergi ke rumah sahabatku. Tak butuh waktu lama, taksi pesananku datang. Aku segera masuk dan mobil mulai bergerak menuju rumah Kaila.

Kini aku telah berdiri di depan rumah Kaila, menarik napas sejenak sebelum tanganku terangkat untuk menekan bel di sisi kanan pintu. Kemudian keluar seorang gadis yang mengenakan kaos putih oversize serta celana pendek, menutupi sebagian pahanya.

"Maaf, cari siapa ya?"

"Ada sesuatu yang mau gue bicarakan sama lo sekarang."

"Kita kenal?"

"Lo nggak kenal sama gue, tapi gue kenal sama lo. Gue mau ngasih tau sesuatu yang penting, ini tentang Allana."

"Yaudah, kasih tau sekarang," desak Kaila.

"Oke, tapi nggak di depan pintu juga. Lo nggak niat ngajak gue masuk dulu?"

"Ya nggak lah, siapa tau lo cuma modus mau berbuat jahat."

Aku memutar bola mata malas, memangnya wajah Alleta seperti tampang pencuri apa? "Yaudah, lo mau bicara di mana?"

"Terserah lo aja," jawab Kaila datar.

"Gimana kalo di caffe deket sini?"

"Nggak ah, mending di sana aja." Kaila menunjuk ke arah taman yang berada di samping rumahnya.

Tadi katanya terserah gue, batinku menahan kesal.

Kami berdua duduk pada kursi panjang di tengah taman. "Kai, sebenarnya gue Allana," ungkapku langsung ke inti.

Mendengar perkataanku, Kaila langsung tertawa sambil mengusap sudut matanya seolah ia menyeka air mata yang keluar akibat tertawa. "Sumpah, bercanda lo nggak lucu," balas Kaila dengan tawa yang masih tersisa. "Lo siapa sih? Lagi halu, ya? Lo kira mata gue buta! Jelas-jelas muka lo beda."

"Pergi lo, dasar gila!"

"Gue serius, Kaila. Gue nggak gila, gue beneran Allana."

"Lo jangan sebut nama temen gue, lo nggak tau kan temen gue lagi terbaring di rumah sakit. Nggak lucu bercanda lo tau nggak!"

Aku mulai frustasi, aku tahu bahwa Kaila tidak akan percaya begitu saja. "Gimana sih bikin lo percaya? Oke, gini deh. Lo boleh tanya apapun tentang Allana."

Aku menunggu pertanyaan dari Kaila, tapi Kaila masih belum membuka suara. Melihat Kaila bungkam, aku berinisiatif menjelaskan semuanya.

"Dengerin gue, Kaila. Gue jamin setelah ini lo bakal percaya. Nama lo Kaila Naraya, lo berteman sama Allana di hari ketiga masuk sekolah. Lo kelas XI IPA-A sekolah di SMA ANGKASA dan Allana punya sahabat satu lagi namanya Auri bener, kan?" tanyaku dan mendapatkan anggukan dari Kaila.

"Sedangkan gue, gue Allana, Allana Natasya Giantara anaknya Papa Maverick dan Mama Brianna."

"Apa yang lo omongin semuanya bener, tapi kok lo bisa jadi gini, Al?"

"Gue tau apa yang gue alami sulit dipercaya oleh nalar manusia, tapi ini kenyataan yang terjadi sama gue, Kai. Tubuh gue terbaring koma di rumah sakit, sedangkan arwah gue masuk ke dalam tubuh ini."

"Bisa gitu, ya? Menurut novel yang pernah gue baca. Itu nama trans-transfusi kalo nggak salah."

"Transmigrasi bego!" sosor seseorang dari arah belakang kami.

"Auri!" gumamku.

"Sejak kapan lo berdiri di situ?" Kaila bertanya.

Auri berjalan mendekat ke arah kami. "Sejak dia ngejelasin kalau dia Allana." Auri menunjukku. Sejurus kemudian ia memegang kedua lenganku sehingga aku berdiri dari posisi duduk.

"Gue kangen banget sama lo." Auri memeluk tubuhku erat. "Semenjak lo pergi, nggak ada lagi yang mau denger cerita gue tentang cogan."

Aku menepuk punggung Auri. "Iya-iya gue tau lo kangen. Tapi kekencangan lo meluknya, gue sesek." Aku mendorong tubuh Auri agar ia melepaskan pelukannya.

Auri nyengir tanpa beban, ia menilikku dari atas sampai bawah. "Buset, Al. Baru sadar gue, lo sekarang lebih tinggi."

"Jadi sekarang lo tinggal di mana, Al?" tanya Auri.

"Guys, ceritanya di kamar gue aja yuk," ajak Kaila.

"Tadi aja nggak mau ngajak gue masuk, takut gue berbuat jahat," sungutku.

Kaila tertawa tanpa dosa. "Buat jaga-jaga aja, Al. Sekarang kan motif kejahatan banyak. Udah, ayo."

***

Setelah menceritakan apa yang aku alami kepada Kaila dan Auri, aku memutuskan pulang karena hari sudah gelap. Kaila sempat memaksa agar aku pulang diantar oleh supirnya, Namun aku menolak tawarannya dan pulang naik taksi hingga aku sampai di rumah.

"Dari mana?" Sean berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Daddy udah pulang?" tanyaku.

"Gue tanya dari mana!"

"Rumah temen."

"Jam segini baru pulang?"

Aku mengecek jam dilayar ponselku. "Baru jam sembilan juga, sewot amat."

"Baby girl!"

Manikku langsung teralihkan ke arah pria yang berdiri diujung tangga sembari merentangkan kedua tangannya disertai senyum yang merekah.

"Daddy." Aku berlari memeluk tubuh Daddy. "Daddy maaf, aku lupa ngabarin sebelum pergi."

"Princess Daddy ini sangat nakal, membuat Daddy cemas."

"Maaf, Daddy."

"It's okay, lain kali kabarin ya. Jangan bikin daddy khawatir."

Aku mengurai pelukan dan mendongkak menatap Daddy. "Siap, Daddy."

"Ayo kita makan malam," ajak Daddy.

"Tapi aku belum mandi, Dad. Bau."

Daddy terkekeh sambil mengacak-acak pucuk kepalaku. "Ya sudah, sana mandi. Daddy sama Abang tunggu di meja makan."

"Nggak usah, Dad. Daddy makan aja duluan. Aku mandinya lama, Daddy bisa kelaperan."

"Beneran nggak mau ditungguin?"

"Beneran, Daddy."

"Yakin?"

"Iyaaa, yakin."

"Oke fine, nanti makanan kamu diantar ke kamar."

Di kamar, aku lekas membersihkan diri. Kali ini aku menggunakan gaun tidur berbahan satin berwarna merah dengan tali dibagian pinggangnya yang telah aku ikat berbentuk pita.

Ceklek

Sean masuk ke dalam kamarku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Cowok itu membawa nampan dan meletakkannya di atas meja.

"Makan."

"Kok lo yang bawain?"

"Disuruh Daddy."

"Lo kan bisa nolak, biasanya lo nggak peduli sama gue."

Aku berdiri di hadapan Sean. "Kenapa hari ini lo baik sama gue? Ngajak gue berangkat sekolah bareng, nungguin gue pulang, nganterin gue makanan. Kenapa?"

"Bukannya ini yang lo harapin, lo mau gue perhatian sama lo."

"Lo bener," balasku. "Udah selesai kan nganterin makanannya, lo boleh keluar."

"Ngusir?"

Aku menghelas napas seraya duduk disofa meraih makanan yang Sean bawa dan mulai menyuapkannya ke dalam mulut. Sean ikut duduk di depanku.

"Kenapa lo cuek dan nggak peduli sama gue?" tanyaku karena penasaran kenapa Sean mengabaikan Leta.

"Pengen aja."

"Gue serius!"

"Kenapa lo mau tau?"

"Karena itu penting buat gue."

"Lo selalu ngejar Sagaras dan nyakitin Karin. Orang-orang di sekolah sering bilang lo cewek murahan, nggak punya harga diri. Telinga gue panas dengernya dan itu juga bikin gue malu."

Aku mangut-mangut. "Mulai sekarang lo nggak usah malu lagi punya Adek kayak gue, karena gue udah nggak suka sama Sagaras dan nggak akan ngejar dia."

Lengang sesaat hingga akhirnya Sean membuka suara.

"Omongan lo waktu itu nggak serius, kan?"

Aku yang tadinya menunduk karena fokus makan sontak mengangkat kepala melihat Sean. "Yang mana?"

Sean terdiam beberapa detik. "Lo bilang jangan nganggap lo Adek gue lagi."

"Ooh itu. Terserah lo mau nganggap itu serius atau nggak, waktu itu gue kecewa sama lo. Lo ngebentak gue, maksa gue minta maaf sama Karin, padahal bukan sepenuhnya salah gue. Karinnya aja yang lemeh, disengol dikit jatuh."

"Maaf," lontar Sean.

"Maaf? Artinya lo sadar kalau lo salah," ujarku.

"Gue tau gue salah."

"Bagus deh kalau lo sadar."

"Dimaafin, kan?"

"Gue nggak bisa ngasih maaf cuma-cuma, apalagi yang ngebuat hati gue sakit."

"Oke, lo mau apa?"

"Gue mau motor lo jadi milik gue."

"Cuma motor?"

"Uang sekalian."

"Dasar matre," hardik Sean.

Aku bangkit saat makanan di dalam piringku sudah tandas. "Gue nggak matre. Kompensasi semacam ini biar ke depannya lo berhati-hati dalam bersikap, kalau gue nggak mudah ngasih maaf."

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

2.6M 131K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
734K 75.7K 44
_Sinopsis_ Daisy Nathalia Jhonson, adalah gabungan dari Antagonis dan Protagonis dalam cerita Novel berjudul LOVE YOURSELF menurut Daysi. Bagaimana...
1.3M 236K 54
[Beberapa part telah dihapus] "Kau akan selalu menjadi milikku kan, Clarissa Andromeda?" Tanya Jayden mengusap puncak kepala istrinya yang tertidur p...
2.9M 320K 49
Canaria Adelia atau kerap di sapa Kana harus menjalani sisa hidupnya dengan cara yang menyakitkan, saat berada diambang kematian Kana dikejutkan deng...