THE PARTNERS (SERIES) || LIZK...

By iamfoxy_

269K 34.7K 21.3K

[ M ] Siapapun, tentu tidak menginginkan untuk hidup dalam dunia yang penuh kegelapan. Begitu pula bagi seora... More

THE PARTNERS SERIES
1. NEW MEMBERS
2. THE GANG
3. FIRST MISSION
4. THE MISSION
5. WHAT HAPPEN WITH THEM?
6. WHY JUST ME?
7. BIG MISSION
8. DANGEROUS
9. A REASON
10. JUST US
11. ALBERN
12. WRONG
13. SMOOTH CRIMINAL WITH LOVE
14. SMOOTH CRIMINAL
15. THE CONTRACT
16. THE CONTRACT - 2 -
17. BE MINE
18. THE TRAP ?
19. I'M YOUR HOME
20. MAFIA IN LOVE - 1 -
21. MAFIA IN LOVE - 2 -
22. WELCOME BACK, LISA
23. THE SECRET - 1 -
24. THE SECRET - 2 -
25. THE SECRET ( A PLAN )
26. THE SECRET ( A MISSION )
28. PUZZLE
29. DARK NOTES

27. THE SECRET ( A MISSION - LAST )

6.5K 843 366
By iamfoxy_



Di balik kemudi, Lisa menghela napas perlahan. Iris legam wanita itu menatap lurus ke depan, di mana di sana terdapat sebuah gedung kokoh yang berdiri tegak di tengah hamparan tanah luas yang menyatu dengan kegelapan malam.

Dengan sebuah helaan napas panjang, salah satu tangan Lisa terulur dan meraih sesuatu dari dalam tas yang ia bawa. Sebuah face mask berbahan kulit dan juga sebuah wig panjang berwarna brown. Benda-benda yang akan ia gunakan sebagai alat penyamaran tentu saja.

Tanpa menunggu lama, Lisa segera mengenakan benda-benda itu. Membuat wajah cantiknya berubah total, terlebih lagi topeng itu benar-benar melekat sempurna, menyerupai kulit manusia pada umunya. Sungguh, Jimin benar-benar hebat dalam menyediakan segala hal yang menyangkut tentang penyelinapan. Selain Hoseok tentu saja.

"Baiklah Lisa, kita mulai."

Lisa bergumam lirih, merapikan sejenak wig yang ia kenakan sebelum akhirnya wanita itu kembali mengemudikan kendaraan yang ia bawa dan berakhir dengan berhenti tepat di depan pos penjagaan, tepat setelah ia menyembunyikan tas besar miliknya.

"Selamat malam nona, ada yang bisa kami bantu?" Seorang pria berperawakan tidak begitu tinggi dengan perutnya yang terlihat membuncit melangkah mendekati Lisa. Membuat Lisa seketika menurunkan kaca mobilnya dan menyunggingkan senyum menggoda.

"Ah tuan... Saya adalah Cathrine, dan saya datang kemari karena memiliki janji dengan tuan Sergey. Apa beliau ada di dalam?"

Pria berpakaian keamanan itu lantas mengernyit, merasa aneh dengan ucapan Lisa.
"Apa anda punya bukti jika anda dan tuan Sergey saling mengenal?"

Bingo!

Mendengar pertanyaan penjaga itu, senyum Lisa mengembang. Beruntung ia mengubah rencana, mengingat Sergey adalah laki-laki dan merupakan seorang yang berpengaruh di perpustakaan negara ini, sangat tidak mungkin jika para penjaga tak mengenali Sergey.

"Ah, sebentar..." Lisa meraih tas tangan miliknya, sebuah tas mini yang siapapun pasti mengerti jika tas itu hanya mampu menampung sebuah ponsel dan beberapa card saja.

Menemukan apa yang ia cari, Lisa seketika menunjukkan sebuah kartu pada penjaga keamanan itu, sebuah kartu akses yang beberapa saat lalu di berikan oleh Jimin padanya.

"Tuan Sergey memberikan ku ini, apa anda belum percaya tuan? Apa saya perlu menghubungi tuan Sergey sendiri untuk memastikan?" Lisa kembali berucap dengan intonasi penuh percaya diri. Wanita itu sangat yakin jika penjaga keamanan tentu tidak akan membantah ucapannya, terlihat jelas dari raut wajah sang penjaga yang telah berubah itu.

"Ah, tidak perlu nona. Anda bisa masuk dan silahkan tunggu tuan Sergey di kamarnya."

Lisa mengernyit, kamar? Wow.. bahkan di perpustakaan negara terdapat sebuah kamar pribadi? Benar-benar...

Pintu gerbang telah terbuka lebar, mempersilahkan Lisa untuk melenggang memasukinya. Namun sebelum wanita itu melenggang masuk, Lisa terlebih dahulu meraih sebuah minuman kaleng dan menyerahkannya ke penjaga. Sebuah kopi kaleng yang masih hangat.

"Untuk mu tuan, minumlah agar kau tetap terjaga.." Lisa berucap seraya mengerlingkan matanya. Melayangkan sebuah flying kiss sebelum akhirnya gadis berparas cantik itu melajukan kendaraannya memasuki gerbang perpustakaan negara.

Dan... Berhasil.

Tak jauh dari tempat Lisa, sebuah mobil tampak berhenti di tepi jalan. Mengamati segala gerak-gerik Lisa seraya menunggu gadis itu menyelesaikan salah satu tugasnya.

"Waw.. Lisa benar-benar dapat di andalkan." Suara Taehyung menguar, merasa takjub akan kinerja teman wanitanya itu. Di mana ia dapat melihat sang penjaga kini telah meneguk kopi pemberian Lisa dengan seulas senyum yang mengembang sempurna. Sayangnya penjaga itu tidak mengetahui jika Lisa telah menyuntikkan sesuatu kedalam kopi itu.

Mengabaikan ucapan Taehyung, Jungkook tetap fokus pada penjaga itu. Iris legam pria itu menajam, memperhatikan segala gerak-gerik sang penjaga yang perlahan terlihat menguap seolah tak kuasa menahan rasa kantuk yang datang mendera.

"Dia tertidur, Jim jalankan bagian mu. Matikan pengamanan masuk gerbang, itu adalah satu-satunya jalan bagi kita untuk masuk ke dalam sana." Suara Jungkook menguar, memberi sebuah aba-aba yang seketika mendapat anggukan dari Jimin.

"Key.."

Suara Lisa menguar, menelusup masuk ke dalam alat komunikasi yang terpasang di telinga Jungkook. Membuat atensi pria itu seketika beralih pada Lisa.

"Aku mendengar mu." Jawab Jungkook.

"Apa kau sudah di dalam?"

"Belum, Jim tengah berusaha mematikan segala akses keamanan."

"Tunggu, tahan sebentar."

Mendengar ucapan Lisa, Jungkook mengernyit. Sementara tangan Taehyung dengan cekatan menahan pergelangan tangan Jimin yang tengah bekerja itu. Membuat pekerjaan Jimin seketika terhenti.

"Apa maksud mu Lisa? Apa yang terjadi?" Kedua alis Jungkook menukik tajam, merasa penasaran sekaligus gelisah kala Lisa terlihat seperti akan mengubah rencana.

"Ada dua penjaga yang melangkah ke arahku. Tak perlu risau, aku akan membuat mereka semua tertidur. Hanya saja, tahan sebentar. Jika segala keamanan mati saat ini, mereka semua pasti akan curiga."

Jungkook terdiam sejenak, otak pria itu bekerja dengan keras, menimang segala hal yang mungkin saja terjadi.

"Key..."

"Berapa lama? Beri aku kepastian Lisa. Dan, kau harus berjanji untuk baik-baik saja."

Di seberang sana, Jungkook mendengar Lisa terkekeh.
"Ayolah Key, aku akan baik-baik saja. Akan ku buat mereka semua tertidur. Ingat, pria tambun menyukai wanita seksi bukan?"

Jungkook kembali menghela napas.

"Beri aku 30 menit, jika tak ada kabar dariku kau boleh masuk."

"Baiklah, aku mengerti."

"Good boy, love you!"

Sambungan terputus, lebih tepatnya Lisa memutuskan sambungan untuk sementara waktu demi menjalankan tugasnya. Dan hal itu membuat Jungkook kembali menghela napas.

"Apa kata Lisa?" Suara Jimin di kursi belakang menguar, membuat Jungkook sedikit menolehkan kepalanya.

"30 menit, Lisa meminta waktu 30 menit. Tapi, tetap bersiaplah Jim.. aku yakin dia mampu menyelesaikan tugasnya sebelum 30 menit."

Mendengar ucapan Jungkook, Jimin menganggukkan kepalanya.

"Aku mengerti, Key.."

•••

Sementara itu di sebuah ruangan yang di ketahui sebagai aula perpustakaan negara, Lisa mendudukkan diri bersama para penjaga perpustakaan. Terhitung ada sekitar Delapan orang penjaga yang tengah bertugas, di mana semuanya adalah para lelaki.

Asap rokok memenuhi ruangan, ada sekitar tiga kamera pengawas yang tak berfungsi di sini, sepertinya para penjaga sengaja melakukannya demi keamanan mereka yang melalui malam demi malam dengan berpesta. Tentu saja agar tidak ketahuan atasan mereka. Benar-benar, Lisa merasa muak kala mengetahui segala seluk beluk setiap orang yang berada di kasta pemerintahan.

"Nona Catherine, terimakasih anda tidak keberatan untuk menemani kami terlebih dahulu. Malam-malam kami selalu di penuhi dengan bekerja. Sampai tidak sempat mencari wanita." Salah seorang pria berkumis bersuara, menatap Lisa dengan senyum menggoda. Sementara kedua mata pria itu sesekali melirik ke paha mulus milik Lisa yang terekspos sempurna.

"Ah, bukan masalah tuan. Lagipula tuan Sergey belum datang. Jadi masih ada waktu untuk kita berbincang..."

"Kau benar-benar baik.." salah seorang pria lain menimpali ucapan Lisa seraya mendaratkan salah satu tangannya di paha mulus gadis itu. Membuat Lisa seketika mengumpat sumpah serapah di dalam hatinya.

"Oh ya, para tuan-tuan sekalian.. selagi kita menunggu tuan Sergey, bagaimana jika kita meminum sedikit Alkohol untuk menghangatkan badan? Aku pandai dalam meracik minuman, apa para tuan-tuan bersedia?" Suara Lisa kembali menguar, seraya menyingkirkan perlahan telapak tangan seorang pria berperawakan sedikit gemuk itu dari paha mulusnya.

"Oh benarkah? Dengan senang hati nona Catherine."

Mendengar persetujuan salah satu penjaga, Lisa menyunggingkan smirk tipis di wajah cantiknya. Tanpa menunggu, dengan cekatan Lisa mulai meracik dan membuat para penjaga menenggak minuman itu kemudian.

Sepertinya, para penjaga benar-benar tidak mengetahui jika di dalam minuman yang mereka tenggak, Lisa telah menyelipkan sebuah kapsul yang seketika menguar dan menyatu dengan minuman-minuman itu. Sebuah kapsul yang akan membuat mereka tertidur hingga pagi menjelang.

Hingga entah berapa gelas yang telah mereka tenggak, tubuh para penjaga meluruh satu persatu di atas meja. Dan beberapa yang lain terkulai lemas di sandaran kursi. Rencana Lisa berhasil.

Tak ingin membuang waktu lebih lama, Lisa menyingkirkan perlahan salah satu kepala penjaga yang bersandar di pundaknya. Benar-benar menyebalkan, rasanya Lisa ingin melubangi kepala penjaga yang genit itu.

"Key... Kau mendengar ku?"

Lisa mencoba menghubungi Jungkook, gadis itu melirik sekejap pergelangan tangannya, dimana ia menghabiskan sekitar 20 menit untuk melumpuhkan para penjaga.

"Aku mendengar mu Lisa."

"Baiklah, semua aman. Para penjaga aula utama telah tertidur, ada Delapan orang di sini. Dan, berikan titik tempat kita bertemu, aku akan menuju ke sana." Suara Lisa menguar, memberikan informasi terkini pada Jungkook.

"Baiklah, akan ku kirimkan titik tempat kita bertemu. Berhati-hatilah. Kami akan menuju kesana secepatnya."

Pip,

Sambungan kembali tertutup. Masih menggunakan topeng di wajahnya, Lisa mengendap-endap perlahan. Menyelinap di antara tingginya rak buku yang menjulang di tengah kegelapan malam. Heels tinggi yang menghiasi kakinya, telah berpindah di tangan gadis itu. Menenteng sepasang heels itu karena tak mungkin baginya untuk membuang heels itu begitu saja.

Pip, pip, pip...

Atensi Lisa seketika teralih, alat komunikasi pemberian Jimin kembali berbunyi. Membuat Lisa menatap alat itu sejenak demi menemukan dimana Jungkook dan kedua kawannya berada.

"Ikuti saja alat itu, dia akan membawamu ke tempat kami."

Itu suara Jimin, menelusup melalui alat komunikasi yang terpasang di indra pendengaran Lisa.

"Aku mengerti Jim..."

Dalam senyap Lisa terus melangkah. Fokus gadis itu sama sekali tak beralih dari alat yang berada di tangannya. Sesekali Lisa mengedarkan pandangannya, berjaga-jaga andai saja ada penjaga yang luput dari perhatiannya.

"Lisa,"

Lisa menoleh, dan ia mendapati Taehyung yang tengah melambai pelan ke arahnya di salah satu sudut ruangan gelap. Sementara Jungkook tampak fokus dengan layar macbook yang berada di tangan Jimin.

"Apa semua kamera pengawas telah mati?" Lisa berucap seraya melangkah mendekat. Tak lupa, gadis itu membuka topeng dan melepas wig yang ia gunakan. Dan sontak saja, suara Lisa itu membuat atensi Jungkook seketika teralih pada gadisnya itu.

"Aman, namun kita hanya memiliki tenggat waktu selama Dua jam. Setelah itu, semua sistem keamanan akan kembali aktif. Sial, ini sangat sulit omong-omong." Jimin menjawab pertanyaan Lisa tanpa mengalihkan fokusnya dari layar macbook yang ia pegang.

"Tak apa, kerja bagus Jim. Kita akan pulang sebelum Dua jam. Sekarang..." Jungkook menjeda ucapannya. Pria itu lantas meraih salah satu tas yang ia bawa dan menyerahkannya pada Lisa.

Dengan kedua alis yang bertaut, Lisa menerima tas pemberian Jungkook. Membuka tas itu dengan cepat, hingga kemudian senyum gadis itu merekah sempurna. Sungguh, Jungkook begitu pengertian. Dimana pria itu membawa sebuah pakaian ganti dan sepasang sepatu bagi Lisa.

"Putar tubuh kalian," Suara Jungkook menguar seraya menatap tajam kedua temannya yang masih berdiri menghadap ke arahnya dan Lisa tentu saja.

Taehyung dan Jimin memutar bola mata jengah. Tanpa membantah, kedua pria itu memutar tubuh. Memberikan ruang bagi Lisa untuk berganti pakaian.

"Baiklah, sekarang kita susun rencananya." Suara Jungkook mengudara, membuat Taehyung dan Jimin kembali memutar tubuh. Mereka mengerti jika itu adalah tanda Lisa telah selesai berbenah. Dan benar saja, gadis itu kini tengah mengenakan sepatu dengan setelan pakaian serba hitam yang melekat di tubuhnya.

Srak,

Jungkook membuka sebuah gulungan kertas yang sedari tadi ia bawa. Membuat fokus Lisa, Jimin dan Taehyung seketika tertuju pada gulungan kertas yang menampilkan denah perpustakaan negara tempat dimana mereka berada saat ini.

"Brankas terdapat di ujung lantai Dua. Sebuah ruangan utama yang tentu saja penjagaan di sana lebih ketat. Untuk sementara, Jim telah mematikan segala keamanan, namun kita harus tetap berhati-hati karena bisa saja ada penjaga yang belum terlelap."

"Tak perlu berpencar, aku dan Lisa bertugas di depan dan membuka jalan. Jim, kau tetap waspada dan jalankan segalanya menggunakan peralatan mu. Dan Vee, tugasmu menjaga bagian belakang. Kita akan melalui lorong ini, lorong gelap yang hampir tak pernah di lalui siapapun." Jungkook terus memberikan penjelasan seraya menggerakkan jari telunjuknya, menunjuk beberapa titik yang akan menjadi jalan bagi mereka berempat.

"Baiklah, kita bergerak sekarang." Suara Lisa menguar. Tak perlu menunggu lagi, mengingat jika dentingan jarum jam terus bergerak dan semakin mengikis waktu mereka berempat.

Ucapan Lisa di jawab anggukan oleh Ketiga rekan teamnya. Keempat sekawan itu lantas berdiri, merapikan segala hal sebelum meninggalkan tempat yang menjadi titik pertemuan itu. Dan sekejap berikutnya, Jungkook mulai melangkah di depan bersama Lisa, sedikit memberi jarak seraya mengedarkan pandangan dengan waspada.

Dengan cekatan, keempat orang itu terus menyelinap menuju lorong yang akan membawa mereka ke Brankas perpustakaan. Bukan hal mudah, karena dalam langkah mereka berempat, Jimin sama sekali tak berhenti memainkan peran penting di sini. Yakni memastikan keselamatan kawan-kawannya melalui sistem keamanan yang ia kacaukan.

"Berhenti."

Suara Jimin menguar, membuat langkah ketiga kawannya berhenti seketika.

"Key, ada jalan pintas. Kita bisa melalui atap dan turun tepat di ruang utama. Di atap itu terdapat sebuah lorong kecil yang bisa kita lalui. Bagaimana?"

"Jika itu aman, lakukan."

Mendengar ucapan Jungkook, Jimin menganggukkan kepalanya pasti. Pria itu lantas menoleh ke arah Taehyung. Dan seakan mengerti, pria bersenyum kotak itu lantas meletakkan tas yang ia bawa dan mempersiapkan segala hal yang mereka butuhkan dengan cepat. Sebuah tali, pengait dan juga sebuah obeng multifungsi.

Tugas beralih. Dengan cekatan, Jungkook menyatukan tali tambang dengan pengait dan mengikat tali itu pada tubuhnya. Sekejap berikutnya, pria itu melemparkan pengait yang berada di tangannya ke arah jendela. Berhasil! Pengait itu kini telah bertengger kuat di papan kayu jendela bagian atas.

Perlahan, Jungkook mulai memanjat dinding menggunakan kedua kakinya. Sementara salah satu tangan pria itu berpegang erat pada tali yang mengikat di tubuhnya dan satu lagi berusaha keras membuka ventilasi menggunakan obeng demi membuka jalan bagi mereka berempat.

Usaha yang di lakukan oleh Jungkook berbuah manis, ventilasi telah terbuka. Keempat sekawan itu lantas bergantian memasuki ventilasi berbentuk persegi itu. Merangkak melewati lorong sempit di awali dari Taehyung, Jimin, Lisa dan terakhir Jungkook.

Benar saja, melalui lorong ini segalanya menjadi lebih mudah. Tak jauh di depan Taehyung, secercah cahaya terlihat. Menelusup melalui celah kecil sebuah ventilasi yang bisa di pastikan jika ventilasi itu berada tepat di ruang utama di mana brankas perpustakaan berada.

Taehyung menyeringai. Dengan mudah pria itu membuka ventilasi yang berada di depannya dan membuka jalan bagi ia dan kawan-kawannya.

Tep,

Pandangan keempat sekawan itu mengedar, perasaan lega seketika menyergap kala mereka mendapati sebuah brankas besar terlihat begitu kokoh berdiri di hadapan mereka berempat.

Tanpa di minta, Jimin kembali mengutak atik macbook di tangannya. Mencoba membuka brankas itu menggunakan serangkaian kode yang ia dapatkan.

"Key, ada sebuah masalah. Kita membutuhkan sidik jari untuk membukanya."

Jungkook terdiam, otak pria itu kembali bekerja dengan keras.

"Tentang itu, aku memiliki sesuatu yang bagus." Lisa berucap. Gadis itu lantas meraih sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah selotip dengan cetakan sidik jari yang masih terlihat jelas di sana.

"Wow, darimana kau mendapatkan ini?" Tanya Jimin kagum.

"Dari kepala penjaga saat aku membuat ia tertidur tadi. Cerdik bukan?"

"Sangat cerdik." Jungkook menimpali. Salah satu tangan pria itu terulur, mengusak lembut puncak kepala gadisnya itu.

"Baiklah, kita mulai..."

Dengan sigap, Jimin mulai menggunakan cetakan sidik jari pemberian Lisa. Menempelkan selotip itu dengan hati-hati tepat setelah ia mengoleskan tempat sidik jari itu menggunakan cairan yang ia bawa. Dan benar saja, brankas itu seketika terbuka. Sebuah brankas besar dengan pintu yang dapat di lalui orang dewasa.

Tanpa menunggu lama, mereka mulai memasuki brankas itu, menuju tempat dimana berkas-berkas yang mereka butuhkan berada. Tak sulit memang, karena mereka telah mengetahui segala lokasi yang di butuhkan sebelum misi berjalan.

Tak ada suara menguar, selain keempat presensi itu fokus dengan berkas yang mereka butuhkan. Berkas yang menyangkut Kim Hyun Sik, Do Hyun dan tentu saja tentang Namjoon sendiri, sang boss.

"Key,"

Jungkook menoleh, melangkah menuju Lisa yang terlihat membawa sesuatu di tangannya.

"Berkas yang kita butuhkan, terakhir milik Namjoon. Aku mendapatkannya."

Berkas itu kini beralih ke tangan Jungkook. Bola mata pria itu bergerak cepat, memeriksa dengan seksama segala isi yang terdapat di sana. Benar saja, itu adalah berkas yang ia butuhkan.

"Jim, apa kau sudah menyalin segala berkas yang kita dapatkan?"

Jimin mengangguk, "Ya, dan lagi Vee juga menemukan berkas tambahan. Tentang pemerintahan yang berjalan saat itu. Dimana segalanya seperti berhubungan dengan kasus Namjoon hyung."

Mendengar jawaban Jimin, Jungkook tersenyum puas.
"Bagus, salin dengan cepat dan kembalikan segalanya seperti semula. Waktu kita tak banyak."

"Apa yang kau pegang itu Key?" Suara Taehyung menguar, pria bersenyum kotak itu mengeryit heran.

Bukannya menjawab pertanyaan kawannya itu, Jungkook justru menyunggingkan sebuah smirk di wajah tampannya.

"Berkas yang kita butuhkan, segala sesuatu tentang Namjoon hyung, ada di sini."


Continue Reading

You'll Also Like

54.4K 8.5K 52
Rahasia dibalik semuanya
1M 85.5K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
182K 15.4K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
50K 3.6K 51
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...