The Light in The Dark #2015

By aalyazzh

575 170 0

Orang - orang bilang masa SMA adalah masa yang paling indah. Walau banyak lika - likunya. Apa itu benar? Aku... More

#0.0 Prolog
#0.1 The Balance Class
#0.2 Cast Visual
#1. The Night View
#2. The Truth about Baekho's Dark Side (+ Youngmin)
#3. Joshua's Dark Side
#4. His Wound
#5. About Ren
#6. D-x Ex-D
#8. Something Goes Wrong
#9. The End of First Semester
#10. Anxiety, Bullying, and Violence
#11. Ren's Past
#12.1 The Day
#12.2 The Day -Behind-

#7. Joshua's Family

33 12 0
By aalyazzh

Rumah Joshua itu adalah rumah impian Ren yang mungkin baru bisa lelaki itu peroleh berpuluh – puluh tahun lagi. Berada di kompleks berisi orang – orang kaya, rumah megah dan mewah dengan halaman yang cukup luas dan rindang. Ren sampai insecure sendiri saat melihat rumah Joshua. Bahkan lelaki itu mengecek berkali – kali kakinya sebelum menginjak lantai rumah Joshua.

Takut ngotorin, bung.

Baekho dan Sowon pun tidak kalah terkejutnya dengan Ren. Mereka tau, Joshua memang dari kalangan keluarga berada, tapi mereka tidak tau sekaya itu temannya. Pasalnya Joshua penampilannya terlalu sederhana dibandingkan Johnny yang juga dari keluarga berada. Bahkan, Johnny saja kemana – mana selalu menggunakan mobil Ferrari yang harganya bisa traktir makanan lengkap sekampung.

"Ayo sini. Kita kerjain di sini aja ya," ucap Joshua sambil berjalan menuju balkon rumahnya.

Ren rasanya mau nangis liat balkon rumah Joshua yang besarnya udah kaya kamarnya itu. Sumpah deh rasanya dia pengen balik aja ke Rumah Baekho atau rumahnya saja lah. Ia lebih ikhlas rumahnya kacau dengan cat – cat daripada harus mengotori balkon rumah Joshua.

"Josh, ini beneran gapapa? Kalau nanti kita rusuh terus catnya ngotorin gimana?" tanya Sowon mengeluarkan isi hati Ren. Ren langsung menangguk – angguk menyetujui perkataan Sowon.

"Gapapa. Udah santai aja. Tunggu sebentar ya, saya mau ganti baju dulu sama nyiapin cemilan," ucap Joshua sambil meninggalkan ketiga temannya yang masih ragu.

"Yaudahlah ya. Toh tuan rumahnya udah ngizinin," ucap Ren berusaha untuk biasa kembali. Tidak mungkin kan mereka harus meragu terus?!

Baekho pun menghela napas dan menaruh papan yang ia bawa di sudut balkon bersama Ren yang menaruh cat dan beberapa peralatan lukis lainnya. Sowon sendiri akhirnya memutuskan untuk duduk di salah satu bangku yang diikuti Baekho dan Ren setelah menyimpan peralatan tersebut menunggu sang tuan rumah kembali.

"Eh, temen – temennya Bang Josh ya?" tanya seseorang membuat mereka menoleh.

Mereka menemukan seorang lelaki dengan telinga disumpal headphone dan tangan yang menggenggam Nitendo Switch tengah menyandar pada tembok. Sowon, Baekho, dan Ren mengangguk. Lelaki itu lalu membuka headphonenya dan tersenyum mendekati mereka.

"Saya Dong Si Cheng. Panggil aja Winwin. Sepupunya Bang Josh dari China. Salam kenal, Abang – Abang dan Kakanya," ucap Winwin.

"Ah iya, salam kenal. Saya Sowon, ini Ren dan yang itu Baekho," ucap Sowon sambil memperkenalkan Baekho dan juga Ren sedangkan mereka hanya tersenyum.

"Boleh gue – elo aja ga? Kalau pakai saya kesannya formal banget kan? Kaya Bang Josh, kanebo kering alias kaku," ucap Winwin sambil nyengir. Ren tergelak mendengarnya.

"Iya tuh. Kaka sepupu lo kaku banget. Santai aja sama kita sih, Win," seru Ren.

"Iya, Bang. Padahal dulu Bang Josh santai – santai aja ngomong gue-elo. Gue aja diajarin ngomong gue-elo ini dari Bang Josh," celetuk Winwin membuat ketiga orang itu terkejut.

"HA?! SEORANG JOSHUA NGOMONG GUE-ELO?!" seru mereka membuat Winwin mengerjap.

"Ah, Abang – Abang sama Kakanya baru kenal Bang Josh sekarang ya? Ya gitu deh pokonya, Bang, Ka," ucap Winwin yang sungguh tidak menjawab pertanyaan mereka.

"Apa ada sesuatu?" tanya Baekho. Winwin terdiam.

"Kayanya bukan gue yang harusnya ceritain ini, Bang. Tapi yang pasti ini pertama kalinya Bang Josh bawa temennya ke rumah setelah beberapa tahun yang lalu lebih tepatnya waktu–,"

"Winwin?" panggil Joshua memotong omongan Winwin. Winwin langsung menoleh dan tersenyum senang saat melihat Joshua.

"Bang Josh!!!" seru Winwin sambil memberikan cengirannya dan berlari memeluk Joshua. Joshua sendiri hanya terkekeh dan menepuk – nepuk punggung Winwin.

"Gimana sekolahnya? Lancar?" tanya Joshua saat Winwin sudah melepaskan pelukannya. Winwin mengangguk – angguk senang.

"Lancar dong. Ayah juga udah kasih izin buat lanjutin di sini. Winwin mau daftar di BAM juga biar bareng sama Bang Josh walaupun cuma setahun," seru Winwin membuat Joshua kembali tersenyum sambil mengusak rambut sepupunya itu.

"Yaudah, nanti kita obrolin lagi. Mau bantuin Abang sama temen Abang ngerjain tugas?" tanya Joshua yang langsung dibalas gelengan oleh Winwin.

"Winwin mana ngerti sih, Bang. Mau ke sebelah aja. Udah janjian sama Yebin sekalian ngasih titipan Yebin," ucap Winwin.

Yebin ini adalah tetangga Joshua yang seumuran dengan Winwin. Bisa dibilang mereka adalah teman sejak kecil mengingat rumah mereka yang bersebelahan dan Winwin sendiri memang sering menginap di Rumah Joshua dari kecil. Namun, kalau dilihat – lihat Yebin dan Winwin memang lebih dekat daripada Yebin-Joshua, mungkin karena mereka seumuran.

"Yaudah, hati – hati," ucap Joshua membuat Winwin mendengus.

"Cuma kesebelah doang loh, Bang," timpalnya. Joshua terkekeh.

"Ya kali aja kamu kesandung atau apa gitu. Kan siapa yang tau," ucap Joshua.

"Iya deh iya. Dah, Abang – Abang, dan Kaka temennya Bang Josh!" seru Winwin yang ditimpali senyuman oleh Ren, Baekho, dan Sowon. Ia pun segera berlari meninggalkan mereka.

"Kalau gini caranya gue juga mau dong jadi sepupu lo, Josh," seru Ren yang langsung dihadiahi jitakan oleh Sowon.

"APA SIH AH! NANTI GUE JADI PINTER REPOT!" seru Ren membuat Sowon mencibir. Joshua dan Baekho tertawa.

"Mending dimulai aja, Josh. Gaakan beres – beres kalau nungguin mereka selesai berantem," ujar Baekho yang disetujui Joshua.

Karena Joshua juga ingin menyelesaikannya sebelum Papanya tiba.

"BERES JUGA ASTAGA, PINGGANG GUE ENCOK!" seru Ren sambil merebahkan dirinya.

Melukis di papan memang tidak semudah itu. Agar mereka bisa bekerja bersamaan akhirnya papan tersebut tidak disimpan dalam posisi berdiri. Hal itu membuat mereka perlu membungkuk untuk melukis, membuat punggung dan pinggang mereka sakit sekarang.

"Samaaaa," seru Sowon sambil bangkit dan duduk di kursi. Gadis itu menyandarkan dirinya untuk sedikit mereganggangkan ototnya. Inginnya sih ikut tiduran bersama Ren, tapi tidak enak rasanya.

Joshua terkekeh sambil mengoleskan cat untuk memastikan semua papan sudah diberi warna. Baekho pun masih bertahan untuk membantu Joshua memastikan papan mereka sudah terwarnai. Barulah setelahnya ia sibuk membereskan peralatan serta kaleng – kaleng cat.

"Ho, istirahat dulu sih. Gue pusing liat lo udah beres – beres," keluh Ren. Baekho mendengus.

"Sekalian capek. Lo tutup mata aja biar ga ngeliat gue," celetuk Baekho. Ren mendengus lalu menutup matanya.

Joshua tersenyum mendengarnya. Ia mengambil papan tersebut dan mendirikannya di pinggir balkon agar terkena cahaya matahari dan teranginkan. Supaya catnya cepat kering.

"Lukisan kita bagus juga, btw," ucap Sowon sambil memperhatikan hasil karya mereka.

"Lumayanlah," balas Baekho yang ikut melihat karya mereka.

"Bisalah ya ngarep dapet nilai gede?" celetuk Ren tanpa membuka matanya.

"Mungkin? Haha," ucap Joshua sambil terkekeh. Ia berjalan menuju bangku lalu mengambil gelas berisi sirup dingin miliknya.

"Josh, rumah lo sepi banget. Lo anak tunggal?" tanya Baekho yang mengambil brownies yang disediakan oleh Joshua.

"Iya. Orang tua saya kerja, biasanya pulang aga malam," ucap Joshua. Baekho mengangguk – angguk.

"Ayo abisin makanannya," ucap Joshua membuat teman – temannya teralihkan fokusnya.

"Loh, ada temen – temennya Joshua ya," ucap Papa Joshua saat melihat Ren, Baekho, Sowon, dan Joshua turun dari lantai 2.

Mereka memang memutuskan untuk pulang mengingat waktu sudah mau malam. Agar tidak kemalaman di jalan. Joshua sendiri ikut turun tidak hanya untuk mengantar mereka ke depan rumahnya tapi juga untuk mengantar Sowon pulang walaupun awalnya gadis itu menolak.

"Iya, Pa. Tapi udah pada mau pulang," ucap Joshua.

"Hehe, sore, Om. Maaf ya kita udah acak – acakin rumahnya buat kerja kelompok," ucap Sowon ramah. Papa Joshua tersenyum.

"Gapapa ko. Abis ngelukis ya tadi? Joshua cerita sama Om kemarin. Ga ikut makan malam dulu?" tanya Papa Joshua.

"Eh, gausah, Om. Ngerepotin nanti. Takut kemalaman di jalan juga," balas Baekho.

"Yah, padahal enak ramai," keluh Papa Joshua yang dibalas senyuman tidak enak dari Ren, Baekho, dan Sowon.

Dalam hati Joshua rasanya sudah ingin merutuki Papanya yang pura – pura baik hati seperti itu. Ya, begitulah sikap Papa Joshua saat ada orang lain. Ia seakan – akan menjadi orang yang sangat baik dan ramah. Padahal, yah kalian juga tau sendiri bagaimana perlakuannya pada Joshua.

"Yaudah, Pa. Takut keburu malam. Joshua juga antar Sowon dulu," pamit Joshua. Papanya terdiam melihat Joshua namun segera mengubah wajahnya menjadi tersenyum.

"Iya, hati – hati ya. Papa mau ke kamar dulu," ucap Papa Joshua lalu memasuki kamarnya. Diam – diam Joshua menghela napas.

"Kalian duluan ya. Saya ambil kunci motor dulu," ucap Joshua yang diangguki teman – temannya.

"Gila Papanya Joshua cakep ya, pantes Joshuanya cakep. Lembut banget lagi ngomongnya, pantes aja Joshuanya kaya gitu," ucap Ren saat mereka berjalan keluar dari rumah Joshua.

Di luar, mereka bertemu dengan Winwin yang baru saja akan menutup gerbang rumah. Melihat teman – teman Joshua keluar dari rumah Joshua, lelaki itu mengurunkan niatnya dan mulai membuka gerbang itu lebih lebar. Barulah ia berjalan menuju teman – teman Joshua yang sedang bersiap pulang.

"Udah mau pulang, Bang, Ka?" tanya Winwin.

"Iya, Win. Keburu gelap nih," ucap Ren. Winwin pun mengangguk.

"Oh iya, Win. Joshua mau nganter dulu gue pulang, takutnya kelamaan atau tiba – tiba hujan, lukisan kita masih di balkon tadi. Mau minta tolong buat diamanin ya nanti, hehe," ucap Sowon. Winwin mengernyit.

"Lukisan?" tanyanya.

"Iya, tadi kita abis kerja kelompok buat tugas lukis. Di papan gitu," balas Sowon. Winwin terdiam mendengarnya membuat Sowon menjadi tidak enak.

"Em, sorry ngerepotin. Gabakal lama ko. Rumah gue deket. Kayanya nanti sempet diurusin sama Joshua," tambah Sowon sambil mengaruk tengkuknya canggung. Winwin tersadar lalu menggelengkan kepalanya.

"Eh eh, gak ngerepotin, Ka! Tenang aja nanti biar gue yang urus. Eh, gue boleh liat ya lukisannya?!" seru Winwin sambil tersenyum senang. Sowon tersenyum dan mengangguk.

"Liat aja, Win. Ada di balkon," seru Ren sambil memasang helm. Winwin mengacungkan jempolnya.

"Kalau gitu hati – hati, Bang, Ka! Dadah!" seru Winwin yang segera berlari ke dalam rumah.

Joshua menghela napas. Ia segera memarkirkan motornya setelah ia mengatar Sowon ke rumahnya. Rasanya hari ini lebih melelahkan dari sebelumnya. Ia benar – benar memutar otak agar pekerjaan mereka cepat selesai agar teman – temannya tidak perlu bertemu dengan Papanya. Walau pada akhirnya mereka bertemu juga, tapi setidaknya tidak saat sedang bekerja.

Joshua memasuki rumahnya yang terlihat sepi. Sepertinya Papanya masih mengurung diri di kamarnya. Joshua pun membelokan diri ke arah dapur untuk mengambil minum.

"Bi, Winwin belum pulang?" tanya Joshua kepada pembantunya yang tengah memasak.

"Udah, Mas. Tadi pas temen – temen Mas pada mau pulang. Bibi sempet denger Mas Winwin ngobrol sama temen – temen Mas pengen liat lukisan yang udah dibuat Mas sama temen – temen," jelas pembantunya membuat Joshua terkejut.

Joshua segera berlari ke balkon atas dan menemukan Winwin yang tengah membawa lukisan tersebut masuk ke dalam. Winwin yang melihat kedatangan Joshua terdiam. Ia menatap sendu Joshua.

"Abang baik – baik aja kan?" tanya lelaki itu. Joshua menghela napas. Ia menghampiri sepupunya itu dan mengambil alih lukisan yang dipegang Winwin.

"Abang baik – baik aja ko," balas Joshua sambil mengusak rambut Winwin dan tersenyum kecil.

"Ren," panggil Baekho agak keras agar lelaki yang tengah ia bonceng mendengarnya.

"'Paan, Ho?" tanya Ren.

"Gue penasaran deh. Ko Ibunya Joshua ga keliatan yah," ucap Baekho membuat Ren terdiam sejenak.

"Masih kerja kali. Kan Joshua bilang orangtuanya kerja, biasanya sampai agak malem," balas Ren.

"Iya juga sih," ucap Baekho ragu.

"Eh, gue sempet liat wajah ibunya di foto keluarga yang dipajang di ruang tamu. Cantik wey! Pasti baik banget," celetuk Ren.

"Emang keluarga bibit unggul banget dah," tambah Ren.

Additional Cast

Continue Reading

You'll Also Like

63.7K 7.1K 38
Sebuah rahasia yang tidak akan pernah meninggalkanmu...
181K 18.1K 69
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
454K 34.3K 40
Hidup Linka yang menurutnya flat semenjak keluar dari panti asuhan mendadak berubah saat seorang cowok datang dan mengaku sebagai anaknya. ** Linka t...