MY FUTURE HUSBAND [END]

By Aindsr

15.2M 1.5M 93.7K

[PART MASIH LENGKAP] [BELUM DI REVISI] Ara tidak memiliki pilihan lain selain menerima perjodohan ini. Ia jug... More

β—‹ 1
β—‹ 2
β—‹ 3
β—‹ 4
β—‹ 5
β—‹ 6
β—‹ 7
β—‹ 8
β—‹ 9
β—‹ 10
β—‹ 11
β—‹ 12
β—‹ 13
β—‹ 14
β—‹ 15
β—‹ 16
β—‹ 17
β—‹ 18
β—‹ 19
β—‹ 20
β—‹ 21
β—‹ 22
β—‹ 23
β—‹ 24
β—‹ 25
β—‹ 26
β—‹ 27
β—‹ 28
β—‹ 29
β—‹ 30
β—‹ 31
β—‹ 32
β—‹ 33
β—‹ 34
β—‹ 35
β—‹ 36
β—‹ 37
β—‹ 38
β—‹ 39
Q and A
β—‹ 40
β—‹ 41
β—‹ 42
β—‹ 43
β—‹ 44
β—‹ 45
β—‹ 46
β—‹ 47
β—‹ 48
β—‹ 49
β—‹ 50
β—‹ 51
β—‹ 52
β—‹ 53
β—‹ 54
β—‹ 55
β—‹ 56
β—‹ 57
β—‹ 59
β—‹ 60
β—‹ 61 END
INFO SEQUEL
β—‹ PLAGIAT

β—‹ 58

185K 18.2K 888
By Aindsr

Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, Dita sudah diperbolehkan pulang. Kini, Ara dan Dita tengah berada di perjalanan menuju rumah Lia. Ara sudah menawarkan pada Dita untuk tinggal di rumahnya sementara. Namun, Dika kekeuh ingin tinggal sendiri di rumah Bunda mereka. Hitung-hitung dia belajar hidup mandiri.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di rumah dengan selamat sentosa. Ara meminta Pak Imam untuk membawakan tas milik Dita ke dalam rumah. Sedangkan Ara dan Dita, lebih memilih duduk di kursi halaman depan sebentar.

Ara mengusap kursi panjang yang tengah dia duduki. Senyuman kecil terpatri di wajahnya. Di tempat inilah awal pendekatannya dengan Arkan dimulai. Waktu berlalu begitu cepat. Tau-tau, sekarang dia sudah ingin menjadi seorang Ibu.

"Kakak yakin mau pulang nanti sore?"

Ara mengangguk. "Nanti dijemput Mas Arkan."

"Pulang sekarang aja sama Pak Imam. Nanti Kakak kecapekan. Kakak harus banyak istirahat."

"Di rumah bosen, Dita. Gue cuma rebahan kayak pengangguran. Emang pengangguran, sih. Tapi tetep aja gue mau banyak gerak. Kata dokter, gue harus banyak gerak biar nanti bisa melahirkan normal," balas Ara.

Dita hanya menghela nafasnya pasrah. Pak Imam keluar dari rumah Lia, lalu berpamitan untuk pulang kembali ke rumah Ara dan Arkan.

"CILOK! CILOK! CILOK ISI AYAM SEGAR, BUKAN AYAM TIREN!"

Ara menatap gerobak cilok yang melewati rumah Bundanya dengan berbinar. "Beli, Bang!" serunya, dari balik dinding.

"Siap Neng!"

"Mau?" tawar Ara pada Dita.

"Jangan pake saos banyak, Kak."

"Udah tau." Ara berlalu menghampiri tukang cilok yang sudah menunggunya di depan rumah.

"Neng orang baru, ya?"

"Enggak. Saya udah 18 tahun hidup di bumi."

Tukang cilok itu pun terkekeh. "Maksudnya, Neng baru tinggal di kampung sini? Saya baru lihat Neng soalnya."

"Ohh. Dulu saya tinggal di sini, terus habis nikah ikut ke rumah suami," jelas Ara.

"Nikah muda ya, Neng. Kebobolan atau perjodohan?"

"Yang itu saosnya dikit aja Bang," ujar Ara. "Perjodohan."

"Nggak papa atuh, Neng. Yang penting udah sah, daripada pacaran-pacaran ala anak muda jaman sekarang yang sampai kelewatan. Anak saya kemarin habis main taktak sama pacarnya. Mesra-mesraan gitu. Terus saya dikasih tau sama temannya. Besoknya, ponselnya dia saya jual buat modal budidaya ikan koi di rumah. Lebih bermanfaat."

Ara tertawa mendengar curhatan tukang cilok itu. "Tapi kan dia masih bisa main taktak di ponsel cowoknya."

"Udah putus, Neng. Kemarin saya samperin cowoknya sambil bawa parang. Saya ancam, kalau nggak mau putusin anak saya, saya potong kepalanya buat isian cilok."

"Abang, jorok amat."

"Heheh, bercanda, Neng. Saya juga gak mau kalau cilok saya terkontaminasi sama lelaki alay seperti dia."

Setelah beberapa saat, Ara kembali dengan lima plastik cilok. Jangan tanya kenapa dia membeli banyak, karna kalian tau sendiri alasannya.

"Lo gak papa?"

Dita menatap Kakaknya bingung. "Ya, aku udah sehat, Kak."

"Bukan itu maksud gue."

"Lalu?"

"Pernikahan lo sama Axel batal. Lo gak papa?"

Dita menunduk, menatap ciloknya dengan tersenyum kecil. "Aku senang."

"Dita, jangan bilang kalau lo udah gila?" Ara menatap Dita ngeri.

"Dia bukan pria yang baik, Kak. Allah selalu baik sama aku. Meskipun aku kehilangan anakku, tapi itu yang membuat aku bisa terlepas dari Axel."

Ara menatap Dita dengan kening yang mengerut dalam. "Dita, gue gak ngerti."

"Kak Axel pria yang suka bermain dengan banyak wanita. Setiap malam, dia selalu menghabiskan waktunya bersama wanita berbeda di club," jelas Dita.

"Terus, kenapa lo mau dinikahin sih bego?!"

"Bunda selalu menekan aku untuk segera menikah. Aku adalah aib, Kak. Bunda gak mau kalau sampai para tetangga melihat perutku besar tanpa suami. Daripada aku harus merebut suami Kakak, lebih baik aku menerima dia."

Ara terdiam sesaat. "Kenapa dia mau tanggung jawab? Gue yakin, ada yang lo sembunyiin."

"Kakak gak perlu tau. Itu semua udah berkhir."

"Udah gue duga, pasti ini karna kebegoan lo, kan? Di suruh apa lo sama si Axel?"

"Kak ...."

"Gue cekik sekarang nih!" ancam Ara.

Dita menghela nafasnya. Pandangannya lurus ke depan dengan menerawang. "Aku yang memohon. Dia mau, karna aku menerima persyaratan yang dia ajukan. Aku akan bebasin dia tetap dengan kesenangannya, meskipun kita sudah menikah."

Ara meletakan ciloknya di atas bangku dengan kasar. "Lo emang bego, Dita! Tolol! Koplak! Semua kata-kata kasar gak akan bisa mewakilkan isi kepala lo! Oh Ya Allah, kenapa Engkau memberikan hamba Adik sebodoh dia?"

"Cuma itu yang bisa aku lakukan, Kak. Aku gak mungkin minta pria lain buat menikahi aku. Cuma Axel yang berhak bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri. Bukan orang lain, apalagi Kak Arkan."

Ara kembali terdiam. Sepertinya dia akan menarik perkataan kasarnya untuk Dita. Nyatanya, adiknya itu sedikit berfikiran masuk akal. Ara menganggukan kepalanya pelan.

"Udah cukup Kakak berkorban banyak buat aku dan Bunda. Aku cuma mau Kakak bahagia. Itu aja."

Kedua mata Ara berkaca-kaca. Dia terharu dengan ucapan Dita. Kalau kondisinya sedang tidak hamil, mungkin hatinya akan sulit tersentuh oleh ucapan Dita.

"Gue juga mau lo bahagia, Dita. Mulai sekarang, fokus sama sekolah lo aja. Jadi orang yang sukses dan berguna. Urusan Bunda biar gue sama Mas Arkan yang urus." Ara menggenggam tangan Dita dengan erat.

"Gue tau, lo masih ada rasa sama Riko. Hubungan kalian memang sudah berakhir. Anggap saja masa ini adalah waktu untuk kalian saling memperbaiki diri, mempersiapkan untuk masa depan yang lebih baik lagi. Insyaallah, kalau kalian jodoh, pasti kalian akan bersatu dalam ikatan yang suci," sambung Ara.

Dita diam tidak berkutik. Matanya menatap Ara dengan berkaca-kaca. Rasa haru, bahagia, dan sedih bercampur menjadi satu dalam hatinya. Hanya pelukan eratlah yang bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini. Ara mengusap punggung Dita dengan tersenyum kecil.

***

Tbc.

Hahh, udah mau tamat aja. Sedih banget, hiks, sroot.

Stay safe ya semuanya!

Sampai jumpa lagi!

Semarang, 11 Juli 2021
Salam Indah♡

Continue Reading

You'll Also Like

359K 44.7K 92
Perempuan cantik bermata kucing di kejutkan dengan seorang anak perempuan berusia 2 tahun yang mengganggu ketenangannya. Anak perempuan itu tiba-tiba...
513K 6.3K 26
Warning konten 21+ yang masih dibawah umur menjauh. Sebuah short story yang menceritakan gairah panas antara seorang magang dan seorang wakil rakyat...
1.7M 4.5K 31
Cerita dewasa [Follow akun ini dulu, untuk bisa membaca seluruh bab] Davae Hernandez tidak bisa menolak pesona Alena Feyord Lewis. Wanita itu cerdas...
HOT GIRL 1821 By 555

General Fiction

162K 569 3
⚠️warning⚠️ πŸ”žπŸ”žπŸ”ž 1821 ⚠️warning⚠️ full adegan dewasa 18+++ 21+++