DOOZY

Von Sfiensa

1.6K 612 3K

⚠️ Warning ⚠️ !! Cerita ini mengandung kekerasan fisik !! _____________________________ Arsene Orc atau biasa... Mehr

*PERHATIAN
Prolog
✧◝Cast◜✧
Chapter 1
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Orc Visual
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28

Chapter 2

199 86 420
Von Sfiensa

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment
___________________

"Apa ini?" Gumam Kaisa.

Setelah badannya berubah lengkap, makhluk tersebut menatap tajam Kaisa seperti sebuah mangsa yang siap untuk diterkam. Badan Kaisa bergetar hebat.

"Orka.." Gumam Kaisa seraya menunjuk makhluk tersebut.

Kaisa buru-buru masuk kedalam rumah. Namun niatnya harus terhalang karena makhluk itu menyentuh tangan Kaisa lebih dulu. Badan Kaisa bergetar hebat.

"Daging... Lapar..." Gumam makhluk ini.

Salah satu kuku tajamnya berhasil menembus kulit tangan Kaisa. Satu tangan lagi milik makhluk itu menyentuh leher Kaisa. Kini Kaisa benar-benar tidak bisa kabur dari makhluk ini.

"Tolong jangan makan aku.." Rintih Kaisa.

Kaisa merintih kesakitan ketika lima kuku jari makhluk ini benar-benar menembus kulit leher Kaisa. Satu tangan lainnya menelusuri perut Kaisa. Menembusnya hingga kedalam usus. Kaisa menjerit kesakitan.

"Teriaklah! Tidak ada siapapun yang akan bisa menolongmu! Karena kamu sudah berada dalam garis lingkaranku!" Tutur makhluk ini.

"Kamu.. benar-benar akan memakanku hidup-hidup?" Tanya Kaisa seraya menahan sakit.

Makhluk ini memotong usus Kaisa menggunakan jarinya. Kini Kaisa benar-benar harus merasakan sakit yang sangat sakit lebih sakit dari melahirkan. Darahnya terus mengalir.

"Jika kamu ingin memakanku, makan sekarang! Kenapa kamu selalu menyiksa mangsamu terlebih dahulu sebelum kamu makan?" Pekik Kaisa.

"Itu khas-ku, aku bebas melakukan apapun. Aku adalah putra raja dari kerajaan Orc. Tidak ada siapapun yang berani menanyakan ini, kenapa kamu menanyakan ini? Kamu tidak takut denganku?" Tutur makhluk ini seraya memainkan usus Kaisa.

"Kenapa? Kenapa aku harus takut denganmu? Aku tidak akan pernah takut kepada makhluk keji sepertimu!" Pekik Kaisa.

Makhluk ini menggeram kesal. Lalu mencabut semua usus milik Kaisa. Darahnya mengalir hingga ke tanah. Kaisa benar-benar pasrah sekarang. Tidak ada bisa menyelamatkannya.

"Kamu ini.. kamu satu-satunya makananku yang cerewet. Karena ocehanmu yang bagaikan bangkai hidup, aku sudah tidak berselera untuk memakanmu!" Tutur makhluk ini seraya mencabut semua jari-jarinya dari tubuh Kaisa.

Kaisa mendecih.

"Sudah puas? Sudah puas menyiksaku? Kenapa tidak bunuh saja aku!?" Pekik Kaisa

"Sudah kubilang sekarang kamu bagaikan bangkai hidup, aku sudah tidak berselera. Lagipula sebentar lagi kamu pasti akan tiada." Tutur makhluk ini.

"Segampang itu ucapanmu. Apa kamu tidak pernah merasakan apa yang korban kamu rasakan, huh?!" Pekik Kaisa.

"Kenapa aku harus merasakan? Mereka makananku, untuk apa aku merasakan perasaan makananku? Gila!" Tutur makhluk ini.

Kaisa mengepalkan tangannya. Awalnya Kaisa ingin cepat tiada, namun saat makhluk ini mengatakan hal yang menyangkut korban-korbannya Kaisa ingin hidup untuk membalas dendam para korban dan juga dirinya kepada makhluk keji ini.

"Memang.. memang seperti yang dikatakan di novel.." Tutur Kaisa.

"Kamu memang mirip seperti babi, kera dan monster!" Sambung Kaisa.

Makhluk ini langsung mencekik leher Kaisa dengan kuat.

"A..k..u harap kamu bisa menjadi s.. seperti para k..kor..banmu dengan menjadi s.s.setengah manusia dan setengah m.m.mon.mon..ster!" kutuk Kaisa. Setelah itu Kaisa tak sadarkan diri.

"Beraninya kamu mengutukku! Akan aku jadikan momen ini sebagai mimpi burukmu dan jangan harap kamu bisa mati dengan damai!" Kutuk balik makhluk ini.

*****

Kaisa membuka kedua matanya. Keringat telah membasahi tubuhnya. Lalu Kaisa memegang perutnya. Dia masih merasakan ususnya menempel di tubuhnya. Kaisa menyeringai. Tiba-tiba kakaknya datang seraya membawa susu dan roti bakar dengan selai coklat di dalamnya.

"Kamu mau ke kamar mandi? Sini kakak bantu," Tutur Kaysen seraya menaruh nampan di atas meja.

Kaysen membantu Kaisa untuk menaiki kursi roda.

"Terimakasih kak, aku bisa mandi sendiri." Tutur Kaisa seraya menatap Kaysen.

"Baiklah, tapi ijinkan kakak untuk membantumu duduk diatas wastafel agar kursi rodamu tidak basah, hm?" Tutur Kaysen seraya membuka pintu kamar mandi.

Kaisa mengangguk. Lalu Kaysen menggendong Kaisa dan menaruhnya di atas wastafel. Setelah itu Kaysen keluar dari kamar mandi. Tak lupa menutup pintu.

Lalu Kaisa membuka seluruh pakaiannya. Dia menatap dirinya di cermin yang ada di depannya. Tidak ada luka satupun di tubuhnya.

"Tidak mungkin ini mimpi. Jelas-jelas dia menarik seluruh ususku dan membuangnya ke sembarang arah!" Gumam Kaisa.

Kaisa menggeleng cepat. Dia mencoba buang jauh-jauh pikiran buruk. Lalu Kaisa membasuh badannya. Setelah selesai mandi, Kaisa memanggil kakaknya.

Kaisa dan Kaysen turun kebawah. Kaysen meletakkan kursi roda milik Kaisa terlebih dahulu dibawah dan kemudian membawa Kaisa. Kaysen mengantar Kaisa ke ruang tengah. Disana sudah ada Mamah dan Papah mereka berdua.

Orang tua mereka memandang rendah Kaisa. Kaysen paham arti tatapan orang tuanya. Lalu Kaysen mengusap puncak kepala Kaisa dengan penuh kasih sayang. Setelah itu, Kaysen duduk di depan orang tuanya.

"Oh iya, tadi kalian ingin berbicara kepada Kaisa bukan? Apa yang ingin kalian bicarakan?" Tutur Kaysen seraya mengambil cemilan yang ada di depannya dan memasukannya ke dalam mulut.

"Berhubung Kaysen akan mengerjakan bisnisnya di luar negeri, kamu akan kami pindahkan ke panti asuhan," Tutur Lazarus, papah mereka berdua.

"Kaisa juga telah kami keluarkan dari kartu keluarga," Sambung Moona, mamah mereka berdua.

Kaisa dan Kaysen membulatkan matanya. Kaysen menggertakkan giginya. Orang tuanya sudah melewati batas.

"Tidak ada penolakan!" Tutur Lazarus.

Kaysen tidak berani membantah keputusan orang tuanya. Otak Kaysen terus berputar-putar, Kaysen takut jika nanti saat Kaisa di panti dia akan dilakukan tidak baik sementara dirinya diperlakukan dengan hormat nanti saat di luar negeri.

Kaisa menahan air matanya. Kedua tangannya menggenggam erat bajunya. Tidak menyangka orang tuanya akan melakukan ini. Dulu saat Kaisa masih normal, Kaisa selalu dibanjiri kasih sayang. Namun sekarang, dia diperlakukan seperti anak angkat yang siap untuk dikembalikan lagi. Lalu Kaisa pergi dari ruang tengah dengan mendorong sendiri kursi rodanya. Saat tiba di halaman rumah, Kaisa meluapkan kesedihannya.

Tiba-tiba Moona menghampiri Kaisa. Dengan sigap Kaisa langsung menghapus air matanya.

"Sekeras apapun kamu menangis, kami tidak akan mengubah keputusan. Kamu akan tetap kami masukkan kedalam panti. Dan jangan pernah untuk bertemu dengan Kaysen. Putuskan hubunganmu dengan Kaysen. Dengan itu kamu dapat tinggal dengan tenang di panti." Tutur Moona dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Kenapa? Kenapa mamah melakukan ini? Lagipula Kaisa juga tidak ingin mengalami ini." Isak Kaisa.

"Aku bukanlah mamahmu lagi, ingat itu!" Tegas Moona.

"Aku harap anda tidak menyesali keputusan anda," Tutur Kaisa. Lalu masuk kedalam.

Moona memutar bola matanya jengah. Lalu Moona mengikuti Kaisa masuk kedalam rumah. Dilain tempat ada seseorang yang mengamati Kaisa dan Moona.

Lazarus meminta pembantu rumah untuk membantu Kaysen membawa barang-barang Kaysen kedalam mobil. Kaisa menatap kakaknya yang sedang memasukan kopernya kedalam mobil. Ingin merengek namun Kaisa sudah tidak pantas lagi. Setelah semua barang-barang Kaysen sudah terkumpul, Kaysen berpamitan kepada kedua orangtuanya dan Kaisa.

"Jangan nakal di panti nanti. Bersikaplah baik meskipun jika ada yang membuatmu terpuruk. Tetaplah tersenyum, kamu cantik jika tersenyum." Tutur Kaysen seraya mengelus puncak kepala Kaisa.

Kaisa tersenyum.

"Baiklah kakak pergi dulu, sampai jumpa nanti Kaisa cantik kesayangan Kaysen!" Tutur Kaysen seraya melambaikan tangannya kepada Kaisa.

Kaisa membalas lambaian tangan Kaysen seraya tersenyum. Namun dibalik senyumannya, Kaisa harus menahan air matanya. Kaisa terus menatap mobil Kaysen hingga tak terlihat lagi. Tak terasa air matanya telah bergulir di pipinya.

"Kak, Kaisa harap kita akan bertemu lagi. Aku tidak ingin kehilanganmu. Hanya kamu yang Kaisa punya." Batin Kaisa.

Lalu Kaisa mengusap air matanya. Setelah itu, Kaisa pergi ke halaman belakang. Namun saat di pintu menuju halaman belakang, Kaisa berhenti sebentar. Kaisa teringat akan mimpinya tadi malam. Lalu Kaisa menatap halaman belakang dari dalam pintu.

"Dimana bambu merahnya?" Batin Kaisa

Lalu Kaisa memberanikan diri menuju halaman belakang. Kaisa menengok ke kanan dan ke kiri. Tidak ada tanda-tanda makhluk itu datang.

"Syukurlah itu hanya mimpi.." Gumam Kaisa.

Lalu Kaisa masuk kembali ke dalam rumah dengan kursi rodanya.

Besoknya Kaisa dikirim ke panti. Kaisa mendapat kamar yang layak ditempati meskipun harus tidur bersama anak-anak panti lainnya. Lalu Kaisa menaruh koper di samping lemari. Tiba-tiba pemilik panti masuk kedalam kamar Kaisa.

"Halo Kaisa!" Tutur ibu panti seraya melambaikan tangannya kepada Kaisa.

Kaisa membalas lambaian tangan ibu panti seraya tersenyum.

"Saya harap Kaisa bisa betah ya di panti. Tapi disini kami hanya hidup sederhana sangat berbanding terbalik dengan kehidupan Kaisa sebelumnya," Tutur ibu panti.

"Tidak apa-apa kok, Kaisa suka hidup sederhana." Tutur Kaisa seraya tersenyum.

"Syukurlah," Tutur ibu panti.

Lalu ibu panti membawa Kaisa untuk memperkenalkan Kaisa kepada anak-anak panti lainnya. Kaisa sedikit gugup karena teman Kaisa hanya Teon, Rhea dan Zoya. Kaisa telah sampai di taman dimana anak-anak panti sedang merefleksikan dirinya di taman. Lalu ibu panti memperkenalkan Kaisa kepada anak-anak panti. Salah satu anak panti berusia satu tahun lebih tua dari Kaisa menghampiri Kaisa.

"Hai! Aku Halena.. umurku sembilan belas tahun!" Tutur Halena seraya menyodorkan tangannya.

"Hai.. Aku Kaisa Chareeze Phi.. maksudku Kaisa Chareeze. Senang bertemu denganmu!" Tutur Kaisa seraya menggenggam tangan Halena.

"Senang bertemu denganmu juga!" Tutur Halena seraya menyunggingkan senyumnya.

Lalu ibu panti meninggalkan Kaisa dengan anak-anak panti. Banyak anak-anak panti yang berkenalan dengan Kaisa. Hati Kaisa sangat senang karena masih ada orang baik di sekelilingnya. Tiba-tiba Kaisa teringat dengan Teon. Sahabat satu-satunya sekaligus cinta pertamanya. Namun harus meninggalkan Kaisa secepat ini.

"Kaisa.. kamu kenapa?" Tanya anak panti yang bernama Laurels.

"Ah.. itu, eum tidak apa-apa." Balas Kaisa seraya menghilang pikirannya tentang Teon.

"Kalau kamu ada masalah cerita aja, kita siap dengerinnya kok," Tutur anak panti yang bernama Aubree.

Kaisa hanya mengangguk. Rasanya seperti ada Teon disekitarnya. Lalu Kaisa mengobrol dengan mereka bertiga. Kemudian empat anak panti menghampiri Kaisa.

"Hey anak baru!" Pekik Lydia.

Sontak Kaisa, Halena, Laurels dan Aubree menatap Lydia dan teman Lydia yang ada di sampingnya.

"Iya?" Tutur Kaisa.

"Jangan mentang-mentang kamu anak orang kaya kamu bisa diperlakukan berbeda di panti ini." Tutur Lydia.

Setelah itu Lydia bersama temannya pergi menjauhi Mereka berempat.

"Dia.." Tutur Kaisa seraya menatap Halena.

"Oh dia itu bisa dikatakan ketua anak panti disini. Jangan pernah menyinggung dia jika kamu tidak ingin terkena masalah." Tutur Halena

"Anak-anak disini sangat takut dengan mereka," sambung Laurels.

Kaisa menatap Lydia yang sedang mengobrol dengan temannya. Lalu Kaisa menghembuskan nafasnya.

"Apa mereka kurang di didik?" Tanyaku kepada Laurels.

"Mereka memang begitu, sedikit tidak sopan. Padahal dia berasal dari keluarga yang biasa-biasa aja tapi kelakuannya tidak mencerminkan. Aku tidak menyarankan kamu untuk berteman dengan dia," Balas Laurels.

"Oh iya, kelas udah mulai nih. Ayo kita masuk!" Celetuk Halena

Lalu kami masuk kedalam ruangan yang sangat besar. Tak lupa kami membawa buku secukupnya.

"Oh iya, kamu akan masuk jurusan apa?" Tanya Aubree kepada Kaisa.

"Jurusan?" Tutur Kaisa.

"Iya, kelas ini akan di sama ratakan seperti kampus. Kamu akan masuk jurusan apa?" Tutur Aubree.

Saat dulu dikampus, Kaisa mengambil jurusan bisnis. Lalu Kaisa berpikir untuk kembali melanjutkan jurusannya disini.

"Oh begitu, disini ada jurusan bisnis?" Tanya Kaisa.

"Of course. Kamu bisa masuk dengan Halena," Tutur Aubree.

"Akhirnya aku ada temen!" Tutur Halena.

Kami berempat tertawa serempak. Lalu kami masuk kedalam ruangan masing-masing.

"Kenapa harus sekelas dengan dia sih?!" Batin Kaisa seraya menatap Lydia yang sedang membuka bukunya.

-tbc-

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

1M 99.3K 31
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
955K 70.8K 33
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
154K 407 17
21+++ Tentang Rere yang menjadi budak seks keluarga tirinya
2.9M 314K 49
Canaria Adelia atau kerap di sapa Kana harus menjalani sisa hidupnya dengan cara yang menyakitkan, saat berada diambang kematian Kana dikejutkan deng...