Chapter 9

43 27 252
                                    

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

______________________________

Halena dan Laurels saling bersilang dada sembari menginterogasi Kaisa. Sebelumnya, mereka bertiga membawa Kaisa ke kamarnya diam-diam untuk diinterogasi agar ibu panti tak mengetahuinya.

"Kemana saja kamu empat hari menghilang tanpa kabar? Kalau alasanmu pergi ke rumah neraka itu, aku tak percaya!" Halena menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Itu-tanyakan saja langsung kepada ibu panti," Kaisa tidak ingin mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi, bisa-bisa mereka membenci ibu panti.

"Aku tak akan bertanya ini padamu jika aku sudah bertanya dengan ibu panti!" Halena mendengus kesal.

"Akhir-akhir ini ibu panti terlihat sibuk bahkan dia tak memberi ruang pada kami, seolah dia tak ingin di ganggu." Laurels mengusap dagunya seraya berpikir.

"Aku rasa ibu panti menyembunyikan sesuatu dari kita," Pikir Kaisa.

Tiba-tiba Aubree tiba di kamar Kaisa seraya membawa jagung bakar.

"Kemana saja kamu?" Tanya Halena dengan nada sedikit kesal.

"Apa kalian tahu? Aku baru saja menguping pembicaraan ibu panti dengan seorang pria yang katanya akan menjadi tukang kebun di rumah kita." Tutur Aubree dengan semangatnya.

"Tukang kebun? Akhirnya kita nggak perlu lagi bersih-bersih saat hari sabtu!" Kaisa seraya bersorak ria.

"Yang lebih penting-pria itu lebih tampan dari orang waktu itu," Aubree hampir meneteskan air liurnya.

"Waktu itu?" Tanya Kaisa.

"Iya, yang-pria tinggi lalu ada beberapa pria berbadan besar di belakangnya yang kemudian mencekik leher Halena." Kaisa ingat kembali. Iya orang itu adalah Valentin.

"Sayang banget tampan tapi hatinya busuk," Celetuk Halena.

"Tidak juga," Gumam Kaisa dan berhasil membuat ketiganya melototi dirinya.

Laurels menatap jagung bakar yang dibawa oleh Aubree, "Jagungnya-dimakan kapan? Kalau sudah dingin nanti sudah tidak nikmat lagi.".

"Oh iya, aku sampai lupa dengan jagungku. Silahkan menikmati!" Aubree tersenyum hangat.

Arsene tengah membersihkan ruangan yang nantinya akan menjadi kamarnya. Ruangan ini tadinya adalah gudang terbengkalai dan ibu panti tak sempat membersihkannya karena ada pekerjaan lain diluar. Ibu panti juga sudah menyiapkan kasur satu set serta pengharum ruangan. Tiba-tiba ibu panti mengetuk kamar Arsene, kemudian dia membukanya.

"Ini ada kipas angin, sepertinya anda akan butuh ini." Ibu panti menyerahkan kipas angin yang berada di tangannya.

"Tidak perlu repot-repot, udara yang masuk dari jendela sudah cukup untuk mendinginkan tubuh. Lagipula ini di lantai dua, tidak sehangat di lantai satu." Arsene tidak ingin merepotkan ibu panti.

"Untuk berjaga-jaga saja, jika mati lampu nanti kamu bisa kepanasan apalagi saat musim panas tiba." Ibu panti juga selalu mengatakan ini kepada anak-anaknya, karena pada saat musim panas ibu panti melarang anak-anaknya untuk menyalakan AC, dia ingin mengajarkan hidup hemat dan tidak ingin mereka ketergantungan pada benda itu.

Arsene mengalah. Dia menerima kipas angin tersebut. Kemudian ibu panti pergi entah kemana. Lalu, Arsene menaruh kipas angin tersebut di sebelah lemari pakaian. Setelah itu, Arsene kembali membersihkan kamarnya.

Waktu berlalu dengan cepat. Kini Arsene tengah duduk di sebelah ibu panti di meja makan serta tatapan anak-anak panti tertuju pada Arsene. Terkecuali Kaisa. Sebelum makan malam dimulai, ibu panti memperkenalkan Arsene kepada anak-anak panti bahwa dia akan menjadi tukang kebun mulai saat ini. Semua anak panti hanya mengangguk mengerti. Ada beberapa anak panti yang menyapa Arsene dengan hangat, termasuk Sherin dan Celyse. Setelah itu, ibu panti memulai makan malamnya.

DOOZYWhere stories live. Discover now