Chapter 17

7 2 0
                                    

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

________

Kerajaan Orc kini dikabarkan tengah terkena sebuah wabah mematikan. Sejumlah warganya tewas akibat serangan wabah tersebut. Sang raja pun memerintahkan warganya untuk mengungsi ke negara tetangga. Namun, sang ratu tidak mau meninggalkan kerajaan sebelum Arsene, putranya, kembali ke negeri ini. Kemudian sepupu dari Arsene berusaha untuk membujuk sang ratu agar mau ikut mengungsi. Sang ratu tetap berpegang teguh untuk menunggu kepulangan Arsene.

"Arsene bukan anak kecil lagi, your majesty!" Kesal raja sembari berdiri di hadapan sang ratu.

"Saya akan tetap menunggunya, walaupun saya harus menunggu dengan keadaan yang mengenaskan!" Bantah sang ratu, kemudian atensinya menatap jendela kamar dengan harapan Arsene akan segera kembali.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar, kemudian sang raja menyuruhnya untuk masuk. Dengan jubah khas kerajaan dan tubuhnya yang kekar serta kulitnya berwarna hijau terang, dia membungkuk untuk menyapa sang raja dan ratu. Atensinya yang menatap keresahan sang ratu kini memberi kode kepada sang raja untuk berbincang di ruangan lain. Sang raja pun terpaksa meninggalkan istrinya sejenak.

Sang sepupu berjongkok, "Semua pasukan telah saya kirim ke dunia manusia untuk melindungi putra mahkota,".

"Bagus. Terus cari mereka dan jangan ada seorang pun yang tahu bahwa putra mahkota telah diseret dengan paksa ke dunia manusia, termasuk sang ratu!" Tegas sang raja. Kemudian pria yang berada di hadapannya hanya mengangguk pelan dan segera keluar dari ruangan ini.

"Arsene, jika saja kamu tidak menerima tanaman itu pasti kamu tidak akan terjebak di dunia manusia saat ini." Gumam sang raja.

Para pengawal mulai menggiring warganya menuju tempat yang telah diberitahukan oleh sang raja. Beberapa penyihir tingkat bawah memimpin jalan untuk melindungi warganya jika ada serangan tiba-tiba. Di sekitar kerajaan, warga yang terkena virus mematikan itu tengah diobati dengan berbagai macam cara, bahkan sihir terkuat pun tidak mampu menyembuhkan mereka yang terjangkit. Sang ajudan mengunjungi kawasan tempat para warga dirawat, dia mengirimkan sebuah surat kepada sang penjaga kawasan agar warga yang terjangkit untuk segera dieksekusi mati.

Sang penjaga kawasan sedikit terkejut setelah membaca surat tersebut. Dia tidak menyangka bahwa raja telah membuat keputusan kejam seperti ini.

"Rahasiakan surat ini dari semua warga, termasuk pasien. Jika ada yang tahu, mereka akan mencoba kabur dari kawasan ini. Kamu tahu sendiri apa hukuman yang akan kamu tanggung jika ada yang kabur?" Tutur sang ajudan. Wajahnya datar namun hatinya merasa iba kepada para pasien yang akan dieksekusi mati karena takut menularkan anggota keluarga kerajaan.

Sang ajudan kembali ke kerajaan dengan menunggangi kereta kuda. Hanya helaan nafas dengan sorot matanya yang tertuju ke luar jendela kereta kuda. Sang ratu berjalan menuruni tangga dengan ditemani beberapa pelayan kerajaan di belakangnya.

"Maaf ratu, apa tidak apa-apa jika kita kabur seperti ini? Jika raja tahu, kita pasti akan terkena hukuman." Resah salah satu pelayan seraya berjalan mengikuti sang ratu.

"Selama ada saya, kalian tidak akan terkena hukuman apapun. Awasi saja, jika ada tanda-tanda raja di sekitar sini, kalian harus saling memberi kode." Tutur sang ratu dengan mimik serius. Para pelayan saling mengangguk.

Ratu memakai penutup kepala dengan dibantu oleh beberapa pelayan. Kemudian, mereka berjalan seperti biasa ke halaman belakang. Ada sebuah kereta kuda di halaman belakang yang telah dipersiapkan oleh ratu. Hanya dua pelayan yang masuk ke dalam kereta kuda dan satunya lagi sebagai kusir. Sang kusir menjalankan kereta kudanya dengan cepat. Selama di perjalanan, ratu membuka sebuah lembar peta dunia manusia.

DOOZYWhere stories live. Discover now