Chapter 14

15 4 0
                                    

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

________

Saat Kaysen tengah berkutat dengan laptop, tiba-tiba Duca mencium aura hitam di sekitar Kaisa. Kemudian dia diam-diam keluar dari ruang tengah dan melakukan teleportasi menuju belakang rumah panti. Kedua maniknya menatap awan hitam yang tepat di atas tengah hutan. Saat dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam hutan, tiba-tiba tubuhnya terpental jauh. Duca merintih kesakitan karena punggungnya terpentok batu besar. Lalu, Duca membuka mata kucingnya yang berwarna abu-abu kristal, kemudian jarinya menyentuh pembatas tembus pandang itu. Perlahan tubuhnya dapat masuk ke dalam.

"Akhirnya bisa masuk!" Gumam Duca.

Kemudian dia berlari menuju tengah hutan. Beberapa pohon lebat serta yang menjulang tinggi sempat menghalangi penglihatan Duca yang belum berubah menjadi manusia. Saat akan tiba di tengah hutan, atensinya menatap kabut hitam yang mengelilingi tengah hutan.

"Sial! Kabutnya terlalu tebal, jika aku masuk pasti ekorku akan terbakar!" Meskipun dia berubah menjadi manusia, kekuatannya akan berkurang setengah untuk menembus kabut tersebut. Lalu, Duca mencari jalan lain untuk masuk ke dalam kabut tersebut untuk menyelamatkan semua orang.

Meskipun kabut yang tebal sekaligus, pasti ada celah kecil untuk masuk dan Duca mencari celah tersebut. Sebuah semak-semak kecil yang tidak dapat ditembus oleh kabut tersebut. Kemudian Duca masuk ke dalam semak-semak itu, meskipun sedikit panas namun Duca tetap bertahan untuk masuk ke dalam.

"Duca?" Gumam Kaisa.

Duca tidak menduga akan bertemu dengan Kaisa setelah masuk ke dalam kabut ini. Kemudian dia langsung lompat ke pangkuan Kaisa.

"Itu kucing kamu, Sa?" Tanya Aubree seraya mengelus bulu Duca dengan lembut.

"Iya," Balas Kaisa.

"Ayo kita lanjutkan perjalanan ini sembari berdoa kepada Tuhan!" Seru sang pelatih bela diri.

Kemudian mereka kembali berjalan seraya mencari jalan keluar. Aubree mendorong kursi roda Kaisa sesekali menatap Duca, sang kucing. Mereka berjalan menuruni bukit entah dimana jalan untuk keluar dari hutan ini. Kabut itu perlahan membawa para manusia semakin ke tengah hutan bahkan hingga jauh dari rumah panti. Duca yang menyadari kabut tersebut seakan menggiring mereka ke tempat yang sangat jauh tiba-tiba loncat dari pangkuan Kaisa. Dia berlari hingga sampai di hadapan sang pelatih bela diri yang memimpin jalan.

Duca memaksakan diri untuk berubah wujud menjadi manusia dia hadapan mereka. Sontak, mereka yang melihat kejadian ini terkejut dan menghindar dari Duca. Dan Kaisa pun tidak menyangka bahwa Duca dapat berubah menjadi manusia.

"Bagaimana bisa seekor kucing berubah menjadi manusia? Duca kan kucingnya kak Kaysen, apa dia tahu akan hal ini?" Batin Kaisa seraya menatap Duca.

"Jangan takut! Aku disini untuk menolong kalian! Kalian semua telah dijebak oleh mereka!" Seru Duca serius.

"Sa, jangan-jangan dia vampir?!" Bisik Aubree kepada Kaisa seraya bergidik ngeri.

"Vampir tidak merubah wujudnya menjadi hewan!" Bisik Kaisa.

"Tapi kan bisa saja dia berubah menjadi hewan karena evolusi bangsa mereka!" Bisik Aubree.

"Jangan percaya pada perkataannya! Tidak ada monster yang baik!" Seru sang pelatih bela diri sembari mengamankan semua orang.

Duca hanya menderu nafasnya pelan. Kemudian dia menyihir semua orang kecuali Kaisa untuk menurut padanya.

"Ayo jalan!" Titah Duca. Kemudian semua orang berjalan sesuai perintah dari Duca. Kaisa terkejut Aubree mendorong kursi rodanya tiba-tiba.

Sherin yang telah sembuh dari demam, dia beranjak dari tempat tidur. Kemudian dia berjalan menuju dapur untuk mengambil air putih. Saat akan kembali ke kamar, dia tidak sengaja mendengar perbincangan antara ibu panti dengan Kaysen di ruang tamu.

DOOZYOnde as histórias ganham vida. Descobre agora