Sudah satu bulan berlalu, Rose sudah mencicil untuk merapihkan barang-barangnya ke dalam koper sejak beberapa hari yang lalu. Tidak terasa hitungan jam lagi Rose akan berangkat ke New York. Gadis itu menyeret satu per satu kopernya ke depan kamar dan Jeffrey yang memasukkan koper-koper tersebut ke dalam bagasi mobil. Sejak pagi, Jeffrey sudah nongkrong di rumah Rose. Pria itu mengambil jatah cuti satu hari khusus untuk menghabiskan waktu bersama Rose sebelum keberangkatan gadis itu dan mengharuskan mereka untuk melanjutkan hubungan jarak jauh.
Rose terperangah saat menemukan banyak koper di ruang tengah selain koper miliknya. "Mama sama papa mau nganter apa mau ikut pindah?"
Yunho mengendikkan bahu, "Entah nih mama mu"
Sooyoung tersenyum malu-malu, "Kita kan gak tau disana lagi musim apa, jadinya mama bawa persiapan baju yang banyak"
Rose menggelengkan kepalanya.
Setelah membantu Jeffrey menata sedikit barang-barang di bagasi mobil agar lebih rapih, Mereka memutuskan untuk langsung berangkat ke bandara.
Hal pertama yang Rose lakukan saat tiba di bandara yaitu membantu Jeffrey menurunkan barang-barangnya dari bagasi dan meletakkannya ke atas troli. Total troli yang di pakai untuk keseluruhan barang-barang yang Rose, Yunho, dan Sooyoung bawa adalah tiga troli. Jadi, masing-masing dari mereka bertiga akan mendorong satu troli.
"Kak, aku check in dulu. Nanti aku susul kak jeffrey lagi ya?"
Jeffrey mengangguk, "Aku juga mau parkir mobil dulu. Kita ketemuan di Starbucks aja"
"Okidoki"
Rose melambaikan tangannya pada Jeffrey lalu mendorong troli nya masuk ke dalam bandara untuk melakukan check in terlebih dahulu.
Menit demi menit berlalu, setelah melakukan check in, Rose segera menemui Jeffrey di starbucks. Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri mencari meja yang diisi oleh Jeffrey. Sampai netra gadis itu menemukan orang yang ia cari di salah satu meja. Rose tersenyum lalu buru-buru menghampiri Jeffrey. Semakin dekat dengan meja Jeffrey, Rose menyadari bahwa Jeffrey sedang menatap layar ponsel nya sembari senyum-senyum. Sempat terdiam sebentar, Rose kemudian menarik kursi di seberang Jeffrey dan duduk disana. Gadis itu melihat bagaimana Jeffrey yang buru-buru menekan tombol kunci pada ponselnya dan meletakkan ponsel tersebut dengan posisi terbalik di atas meja.
"Kamu udah pesen minum?" Tanya Jeffrey memecah suasana hening diantara mereka berdua.
Rose menggeleng, "Belum"
"Kenapa belum? mau aku yang pesenin?" Tawar Jeffrey.
"Boleh, kalau gak ngerepotin"
Jeffrey mengacak rambut Rose lalu berdiri untuk memesankan gadis itu minuman kesukaannya.
Kaki Rose bergerak tidak bisa diam, jarinya mengetuk-ngetuk meja. Ia sangat penasaran ada apa di ponsel Jeffrey yang dalam sebulan ini, sudah beberapa kali Rose memergoki Jeffrey senyum-senyum sendiri saat menatap layar ponselnya. Tangan Rose bergerak ragu mendekati ponsel Jeffrey. Namun, saat nyaris menyentuh ponsel tersebut, Jeffrey sudah kembali.
Rose refleks mengusap tengkuknya dan menggigit bibir dalamnya. Semoga gak ketahuan kalau gue mau ngepoin hp nya.
"Vanilla Frapuccino, Nona Roseline..." Ujar Jeffrey sembari meletakkan minuman milik Rose ke atas meja.
"Boarding jam berapa?" Tanya Jeffrey
Rose melirik jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya, "35 menit lagi"
Jeffrey mengangguk-anggukkan kepala nya.
---
Jeffrey dan Rose berjalan masuk ke dalam bandara. Mereka mengobrol sampai lupa waktu alhasil kurang dari 10 menit waktu boarding, mereka baru masuk ke dalam bandara. "Kak, kita udah harus berpisah disini..." Ujar Rose dengan pipi yang dikembungkan
Jeffrey yang melihat itu, tidak dapat menahan diri untuk tidak mencubit kedua pipi tembam milik Rose. Selang beberapa detik, Jeffrey kemudian menarik Rose ke dalam dekapannya. Tinggi Rose yang berbeda 5 senti dibawah Jeffrey, membuat Jeffrey dapat menghirup aroma manis dari rambut Rose. Tidak lupa pria itu juga mengecup puncak kepala Rose. "Jaga diri baik-baik, ya?"
"Nanti kita ketemu lagi"
"Kapan?"
"Hm...makanya kamu sering-sering pulang ke Jakarta"
"Emang kakak gak mau nyamperin aku ke New York?"
"Soon" Jeffrey semakin mengeratkan pelukannya dan menghujami Rose dengan kecupan-kecupan kecil.
Tiba-tiba terdengar pengumuman panggilan terakhir untuk penerbangan Rose. Mereka dengan terpaksa melepaskan pelukan dan Rose pun berlari masuk ke gate sembari beberapa kali menoleh ke belakang dan melambaikan tangannya ke arah Jeffrey, "See you when I see you..."
---
Rose menatap ke arah luar melalui jendela pesawat. Ia mendapat seat di dekat jendela setelah negosiasi dengan Yunho yang awalnya tidak mau mengalah. Penerbangan dari Jakarta ke New York tidaklah sebentar. Rose sudah menamatkan empat episode drama korea nya, makan siang serta makan malam pun sudah habis alias sekarang memang sudah tengah malam dan Rose belum mengantuk.
"Tadi perpisahan sama Jeffrey ngapain aja sampai last call?"
Rose tekejut saat mendengar suara Sooyoung yang berbisik di telinga nya. Disamping karena Sooyoung berbisik, Rose juga mengira Sooyoung sudah tertidur. "Mama ngagetin aja deh"
"Ngapain aja jawab dulu"
"Gak ngapa-ngapain kok, emang sengaja dilama-lamain soalnya aku gak tau kapan bisa pulang ke Jakarta lagi"
Karena sama-sama belum mengantuk, Sooyoung dan Rose pun berakhir bercerita dan sesekali juga mereka kompak menjahili Yunho yang tertidur sangat lelap.
"Sekali lagi isengin papa, nanti uang makan dan shopping gak papa kasih" Gumam Yunho dengan mata yang masih terpejam.
Rose dan Sooyoung saling menatap dan memutuskan untuk duduk manis.
---
20 jam bukan waktu yang singkat dan juga bukan perjalanan yang pendek. Tentu sangat melelahkan bagi Rose. Namun saat ia menyadari dirinya sekarang telah tiba di bandara internasional John F. Kennedy di New York, rasa lelahnya terbayar. Senyum nya tidak luntur sejak kaki nya menginjak lantai bandara.
"Senangnya anak mama" Ujar Sooyoung yang turut merasakan kebahagiaan yang dirasakan putrinya.
"Seneng banget, ma!" Seru Rose bersemangat.
Kini mereka berdua sedang menuju tempat pengambilan bagasi untuk mengambil barang-barang mereka dan akan langsung menuju ke dormitory Rose. Banyak hal yang harus mereka lakukan di hari-hari awal mereka berada di New York. Membeli barang yang masih kurang untuk dorm Rose, dan merapihkan barang-barang yang sudah ada nanti.
Sepanjang perjalanan menuju dorm, Rose memilih untuk membuka kaca mobil dan menghirup langsung udara di kota New York. "Halo, New York!" Gumamnya pelan.
"Oh iya, gue belum ngabarin kak jeffrey" Rose langsung mencari ponsel nya dan mengambil beberapa gambar jalanan yang dilaluinya.
Kak Jeffrey
tiba dengan selamat, bos
hingga sepuluh menit berlalu belum ada balasan apa-apa dari Jeffrey. Rose hampir overthinking tapi ia langsung teringat dan menepuk jidatnya, "Oh iya, beda 12 jam. Jakarta udah malam. Pasti kak jef udah tidur"
Tidak terasa mereka telah sampai di depan gerbang dormitory Rose. Salah satu fasilitas dari kampus yang disediakan yaitu satu kamar dorm untuk satu mahasiswa. Setelah mobil terparkir, Rose dengan semangat keluar dari mobil dan menurunkan barang-barang dari bagasi.
"Hello, welcome to our dormitory, may i help you, sir?" Ujar seorang wanita kisaran umurnya 35-40 pada Yunho yang baru saja keluar dari dalam mobil.
"Hi, my daughter named Roseline, was got a student exchange's scholarship from Jakarta to here..." Balas Yunho sembari merangkul Rose.
"Ah, I see... So, She is Roseline?"
"Yes, I am. You can just call me Rose or Oci, mam..." Ujar Rose sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dan tidak lupa juga memberikan senyuman.
"And my name is Anne, just call me Anne..."
"Nice to meet you, Anne"
"Nice to meet you too, Pretty Oci..."
Sembari berbincang, Anne menuntun Rose menuju kamar dorm nya.
"Here is your room. If you need help, just tell me. my room is on the first floor"
"Thank you, Anne"
Setelah Anne pergi, Rose membuka pintu kamarnya dan yang pertama kali ia lihat adalah sebuah kamar yang gelap. Tangannya kemudian mulai meraba-raba dinding disamping nya untuk mencari saklar lampu. setelah lampu menyala, Rose terkejut melihat isi kamarnya.
---
Tbc
notes : all pics are credit to pinterest