Unpredictable Marriage | Boru...

Oleh helloilma

104K 10K 5.7K

Ketika Sarada, si penulis yang berniat berlibur ke Okinawa, justru malah dihadapkan dengan pernikahan kontrak... Lebih Banyak

Prolog
01. Masalah
02. Fitting Baju
03. Akting
04. Perjanjian Pra-Nikah
05. Janji
06. (Don't) Fight The Feeling
07. Pre-Marriage Talks
08. Tingkat Stres
09. Wedding Organizer
10. Lamaran
11. Survey Lokasi
12. Rasa Yang Mulai Ada
13. Persiapan Pernikahan
15. Malam Pertama
16. Cause You
17. First Day In Penthouse
18. Ide Bisnis
19. Demam
20. Kerjasama
21. Pindah
22. Long Distance Relationship
23. Our First Time
24. Support System
25. Mabuk
26. Bingung
27. Kotak Ukiran
28. Can You Give Me A Proof?
29. Dilema
30. Here's Your Perfect
31. Berbeda
32. Launching Novel
33. Fanboy
34. Skandal
35. Mencari Resolusi
36. I Can (not) Say I Love U
37. Happy News
38. Confession
39. Orang Asing
40. Pertemuan
41. Lorong Antar Ruang & Waktu
42. Sisi Tersembunyi
43. Ikatan Ibu dan Anak
44. Unpredictable
45. Sleeptalk
46. Another Sleeptalk

14. Pernikahan

1.8K 206 172
Oleh helloilma

I wanna grow old with you ~

I wanna die lying in your arms

I wanna grow old with you ~

"Aku, Namikaze Boruto, mengambil Uchiha Sarada sebagai istri, teman, sahabat, pendamping hidup, sampai ajal menjemput. Menerima segala kekurangan dan kelebihan, menemani segala suka dan duka. Membimbing ketika salah, menemani sampai titik terakhir nafas diembuskan."

"Aku, Uchiha Sarada, menerima Namikaze Boruto sebagai suamiku. Menerimanya di saat suka dan duka, membagi setiap rasa yang hadir atas rahmat Yang Maha Kuasa. Menemani di kala terpuruk maupun bahagia. Menegur dan mengingatkan, tetap mendampingi bahkan di saat titik darah penghabisan."

Sumpah telah terucap, lengan kekar Boruto merengkuh pinggang Sarada lembut. Menarik tengkuk istrinya, mengarahkan bibir gadisnya ke arah bibirnya, menyatukan bibir mereka lembut dalam satu ketukan.

Suara instrumen lagu I Wanna Grow Old With You mengiringi upacara sakral pernikahan. Boruto melumat bibir Sarada lembut. Sarada memejamkan matanya, berusaha menikmati sentuhan yang diberikan suami kontraknya saat ini.

Catat, suami kontrak.

Sasuke yang berdiri di altar mengusap air matanya yang menetes. Satoru sibuk mengambil gambar. Himawari menatap sang kakak tak percaya. Sementara Shotaro cuek, dalam diam menahan tangis harunya juga.

Sakura tak sanggup menahan tangisnya. Baru kemarin rasanya ia melahirkan Sarada ... Kini putrinya sudah menjelma menjadi putri cantik yang sudah dinikahi oleh pangeran berkuda putihnya.

Hinata mengusap air matanya menggunakan sapu tangan. Rencananya berhasil juga. Walau rencananya atas intervensi Sarah, tapi tetap saja. Hinata senang sekali Boruto sudah menemukan tambatan hati, pendamping hidup hingga ajal menjemput nanti.

Naruto tersenyum bangga saat putranya begitu gentle mencium Sarada di hadapan ribuan manusia yang sengaja ia undang diam-diam tanpa sepengetahuan Boruto.

Enak saja pesta pernikahan privat, ini pertama kalinya Naruto menikahkan anak. Putra sulung pula, Naruto tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Boruto menyudahi ciumannya, kini ia menyejajarkan safirnya pada oniks Sarada. Sarada yang sudah meleleh merasa kakinya melemas seperti jeli. Andai tangan Boruto tidak di pinggangnya, Sarada yakin ia sudah jatuh pingsan ke lantai altar.

Pupil hitam Sarada melebar sempurna saat safir Boruto menatapnya penuh arti. Jemari kekar Boruto meraih dagunya, sementara satu lengan Boruto masih menjaga pinggang Sarada agar tetap dalam dekapannya.

Pelan jemari Boruto membimbing agar dahi Sarada tepat berada di bibirnya. Pelan tapi pasti, bibir merah muda kecoklatan itu mencium lama kening Sarada, membuat obsidian Sarada membulat kaget. Sarada memilih memejamkan matanya, menikmati setiap aliran listrik yang Boruto hantarkan pada tubuhnya lewat ciuman.

"Terima kasih telah berakting sempurna hari ini, Sarada." Boruto lihai menarik tubuh Sarada merapat ke arahnya, oh, siapapun akan bilang mereka sedang berdansa! Boruto mendekatkan mulutnya ke telinga Sarada, kembali berbisik pelan.

"Terima kasih, aktingmu hebat hari ini."

Dan sesaat kemudian Sarada kembali menyadari, ini semua hanyalah perjanjian di atas kertas yang akan berakhir dalam waktu dua tahun.

Seluruh rasa hangat ini, keromantisan ini, semuanya ... Semuanya akan berakhir dalam duapuluh empat bulan.

Dan Sarada harus terbiasa dengan segala macam akting ini, dimulai dari sekarang.


Resepsi pernikahan digelar begitu meriah. Sarada dan Boruto berdiri di pelaminan, tamu-tamu tak henti datang. Sarada beberapa kali mengernyit saat orang yang tidak ia undang datang dan menyalaminya untuk mengucap selamat. Begitu pula Boruto, pria itu bahkan berkali-kali memicingkan mata mencoba menghitung jumlah tamu dan stan makanan yang benar-benar di luar perhitungannya.

Sumpah.

Ada banyak tamu tak diundang datang. Herannya, katering makanan juga berlimpah-ruah. Dekorasi dan kursi-kursi juga seolah dibuat untuk ribuan orang.

Sarada mengembuskan napas lega saat memasuki waktu istirahat sejenak. Ia sudah lelah berdiri.

"Kamu capek?" tanya Boruto saat istrinya itu duduk sambil melemaskan tubuh. Sarada mengangguk pelan.

"Iya pasti, lah."

"Tuh ada Yodo sama Chocho, enggak mau ngobrol?" Boruto menggandeng tangan Sarada, membantunya berdiri sembari menunjuk Yodo dan Chocho yang berjalan menuju pelaminan dengan pasangan masing-masing.

Boruto memasang senyum jahilnya saat Shikadai berjalan ke arahnya dengan Yodo yang menggamit lengan kokohnya erat. Yodo yang sadar dipandangi Boruto langsung melepas gamitan lengannya dan menghambur ke arah Sarada yang berdiri setelah digandeng Boruto.

"Happy wedding, Sarada!" Yodo menyalami Sarada. Tersenyum lebar, Chocho datang bersama Shinki. Chocho ikutan menyalami Sarada, tersenyum miring menggoda Sarada yang memerah tersipu.

"Gue bawain hadiah bagus, Sar. Nanti malem dipake, ya!" Chocho mengedipkan sebelah matanya, membuat Sarada membuang muka malu.

"Jangan aneh-aneh, Cho!" sergah Sarada malu. Yodo hanya tertawa geli.

"Gue juga kasih hadiah bagus. Lo pake aja nanti malem, pasti Boruto suka." Yodo meniru Chocho, ikutan mengedipkan sebelah mata. Sarada terbatuk melihat kelakuan dua sahabatnya.

"Ah, apaan, sih? Kalian enggak usah aneh-aneh, deh," tegur Sarada lagi, memalingkan wajahnya yang merona merah. Yodo dan Chocho hanya tertawa geli.

Boruto menatap Shikadai yang mengenakan tuksedo di hadapannya. Menyenggol lengan sahabatnya pelan, Boruto menaikturunkan alisnya.

"Kapan nyusul?" Suara jahil Boruto bergema, membuat pria berkuncir nanas itu mendengkus tak suka.

"Mendokusai," umpatnya khas.

"Mentang-mentang nanti malem udah bisa nidurin cewek, pake sombong segala." Shikadai memutar bola matanya malas, membuat Boruto terkekeh geli.

"Istri gue, bukan orang lain ini."

"Sesuka lo dah. Sukses terus." Shikadai mengakhiri pembicaraan sambil menepuk-nepuk bahu Boruto akrab. Shinki tersenyum formal, menjabat tangan Boruto memberi selamat.

"Happy wedding, Bro." Shinki menjabat tangan Boruto hormat. Boruto menganggukkan kepala, membalas jabat tangan Shinki sambil lagi-lagi tersenyum jahil.

"Kapan nyusul? Pacar lo pasti suka kalo punya anak barengan sama sahabatnya," goda Boruto lagi, membuat Shinki refleks mengumpat dalam hati.

Sementara Sarada yang tak sengaja mendengar ucapan Boruto justru malah mencelos, merasa tak enak dengan dirinya sendiri.

Kita 'kan cuma nikah kontrak, Bolt?

Emang kita bakalan punya anak?

"Bercanda!" Boruto menepuk punggung Shinki layaknya seorang saudara, membuat Shinki berdeham sambil menggeleng-gelengkan kepala heran.

Namikaze Boruto yang ada di kamera dengan yang ia temui sekarang sungguh berbeda seratus delapan puluh derajat!


Upacara dan resepsi pernikahan sudah selesai dilaksanakan. Sarada merebahkan dirinya di kasur hotel. Yaa, di kamar hotel yang sudah dipesan Sumire khusus untuknya dan Boruto.

Gadis itu sama sekali tidak berniat untuk mandi apalagi ganti baju. Karena apa?

Ya!

Kamar ini memang didesain khusus untuk bulan madu!

Bathup yang berada di dalam kamar tidur. Oh my! Mau mandi di mana dia? Enggak mungkin mandi di hadapan Boruto, 'kan ...

Wasabi tadi juga datang bersama kekasihnya, mengucapkan selamat sembari menagih cerita yang ia buat. Sarada hanya nyengir, setelah pernikahan ia punya banyak waktu untuk menyelesaikannya.

aslinya di Four Seasons Hotel, but karena ini dunia paralel, sah sah saja yaa!

Sarada kembali mendesah frustrasi, membaringkan tubuhnya di kasur. Boruto pergi entah ke mana, Sarada juga tak mau ambil pusing. Ingin berganti baju, tapi yang jadi masalah adalah: seluruh isi lemari di kamar hotelnya ini adalah lingerie!

Lingerie beragam bentuk, kain setipis saringan santan yang jelas akan mengekspos bagian tubuhnya terang-terangan. Ditambah kamar ini tidak memiliki sofa ... Ah! Mau tidur di mana ia nanti?

Yakali gue tidur di bathup ...

Sarada memilih berguling-guling tak jelas di ranjangnya. Ia kesusahan melepas gaun, ia jelas butuh bantuan Boruto. Untung saja ia sudah melepas seluruh makeup berat yang menempel di wajahnya seperti dosa.

Sejenak Sarada merutuki kebodohannya gara-gara tidak membawa kopernya langsung ke sini. Kopernya masih berada di rumah Uchiha, setumpuk pakaiannya juga masih ada di apartemen kecilnya. Saat ia menelepon sang mama untuk mengambil koper, sang mama justru tertawa geli dan bilang pada Sarada untuk menikmati malam pertama. Besok Sakura akan mengantarkan kopernya ke hotel.

Oh, Sarada tidak sepolos itu untuk mengerti apa yang Sakura katakan!

Suasana vintage kamar hotel ini memang cocok untuk berbulan madu. Ia akan tinggal di sini selama lima hari.

Gila, gue pake baju apa?!

Sibuk mengumpat dalam hati, Sarada refleks melotot saat mendengar suara pintu terbuka.

"GILA SIAPA YANG MASUK MALEM-MALEM BEGINI HA?!"

Boruto yang jadi tersangka membuka pintu hanya mengelus dada kaget. Dipelototi gadis yang baru saja berganti status menjadi istrinya dalam beberapa jam membuatnya sedikit syok.

"Boruto ternyata ..." cicit Sarada, memalingkan muka malu. Gadis itu membaringkan tubuhnya di ranjang lagi, bingung mau bagaimana lagi.

Boruto menggenggam paper bag, menyodorkannya pada Sarada yang tiduran di atas kasur. Sarada yang melihatnya langsung bangkit, menerima tas kertas itu dengan mencuatkan alis.

"Ini apaan, Bolt?"

"Pakaian ganti. Kamu enggak pengen pake baju yang ada di lemari, 'kan?" Boruto meringis. Sebelum Sarada masuk ke kamar ini, ia sudah lebih dulu masuk dan mengecek isi lemari kamar.

Persis seperti dugaannya, Sumire dan sang ibu--Hinata--juga ibu mertuanya--Sakura--menyiapkan berbagai macam jenis lingerie yang mereka harap Sarada pakai untuk pergulatan malam nanti.

Boruto hampir mimisan dibuatnya!

Stop. Ia tidak bisa membayangkan Sarada menggunakan pakaian aneh seperti itu. Beberapa pakaian benar-benar mengekspos payudara dan bagian intim lainnya.

Sejenak Boruto berpikir, untuk apa menggunakan pakaian kalau begitu?

Sarada menerima tas kertas dari tangan Boruto sambil mengembuskan napas lega. Tersenyum lega, setidaknya Boruto bisa diajak bekerjasama.

"Thanks, Bolt. Kamu beli ini sendiri?" Sarada mengecek pakaian yang dibelikan Boruto. Ada beberapa piyama pendek bergambar tokoh kartun seperti yang biasa ia pakai. Ada dress formal yang bisa ia gunakan saat breakfast atau keluar nanti. Juga ada jumpsuit dan beberapa pakaian kasual yang bisa ia kenakan besok.

Sarada mengerjapkan mata saat melihat tas kertas kecil yang ada di dalam tas kertas yang Boruto berikan. Boruto sudah duduk di samping Sarada, memerhatikan Sarada yang sedang mengunboxing pakaian barunya.

Mata Sarada membulat saat matanya menangkap pakaian dalam berwarna hitam dan merah gelap di dalam tas kertas. Beberapa stel, tapi matanya lebih membelalak lagi saat melihat ukurannya.

Mengembuskan napas kasar, oniks Sarada beralih pada Boruto yang menatapnya ragu.

"Kenapa, Sarada? Ada yang enggak kamu suka?" tanya Boruto cemas. Sarada menggelengkan kepala, tersenyum manis.

Walau senyum itu tampak menyeramkan di mata Boruto.

"Enggak, aku suka semua, kok. Makasih udah dibeliin. Tapi, Bolt, masalahnya satu." Sarada menatap Boruto pasrah, memberikan tas kertas kecil berisi pakaian dalam yang Boruto belikan.

"Bra yang kamu beliin kekecilan, Bolt. Ukuranku dua cup lebih gede, bukan 36B, tapi 36D," ujar Sarada lagi, memalingkan mukanya setelah mengoreksi tindakan Boruto.

Boruto yang mendengarnya menelan ludah kasar, berusaha tidak berpikir aneh-aneh dan membayangkan hal-hal di luar batas.

"Beda, ya? 'Kan ukurannya sama-sama 36," balas Boruto polos, mati-matian berusaha tidak membayangkan sosok gadis yang kini sudah menjadi istrinya.

Tadi saat di toko, ia asal ambil saja. Kedipan genit pelayan toko membuatnya tak betah, jadi Boruto asal ambil saja tanpa memilih. Lagipula kata pegawai toko itu ukuran umum yang biasa digunakan wanita.

Lagipula ia belum pernah melihat milik Sarada, mengira-ngira pun agak rumit, gadis itu tidak pernah memakai baju yang benar-benar ketat sampai membentuk tubuhnya.

Sarada menggigit bibir, bingung mau menjelaskan bagaimana. Terbatuk pelan, mendadak suasana kamar ini jadi awkward.

Lilin aroma yang dinyalakan menguarkan bau harum yang kian membuat suasana jadi canggung.

Harusnya romantis, sih.

"36 itu ukuran lingkar bawah dada, Bolt ... Lingkar bawah dadaku itu tiga puluh satu koma sekian hampir ke tigapuluhdua, makanya ukuranku 36. Kalau yang huruf itu ukuran payudaranya ...." Sarada sudah memerah sempurna, tidak menyangka harus menjelaskan hal seintim ini pada suami kontraknya sendiri.

Walau statusnya suami, tapi 'kan tetap saja!

"Jadi gimana? Enggak cukup, gitu?" tanya Boruto lagi, memastikan. Sarada menelan ludah, tatapan polos tapi penuh arti Boruto membuat otaknya berspekulasi aneh-aneh.

"Ya jelas ... Kalo aku pake, yang ada enggak bisa nutup ..." cicit Sarada lirih, membuat Boruto memalingkan mukanya malu.

"K-kalo gitu saya keluar dulu, deh. Saya beliin bentar. Ukuran kamu 36D, 'kan? Ada yang kamu butuhin lagi? Pembalut, misalnya? Merek apa? Yang ada sayap atau enggak?" Boruto langsung sigap memberikan pilihan, membuat Sarada terbatuk kehilangan kata-katanya untuk sesaat.

"Kamu serius? Aku bisa nyari di lemari, kok. Mungkin aja ada bra di sana, biasanya lingerie 'kan ada branya," ujar Sarada malu, menahan Boruto yang kini menggelengkan kepalanya.

"Iya kalo cukup. Kalo enggak? Tadi saya beli ukuran itu karena itu ukuran umum, biasa dipakai wanita pada umumnya. Kalau itu saja kekecilan, bagaimana yang ada di lemari?" Boruto berdeham canggung, menghindari tatapan oniks istrinya yang menunduk malu.

"Kamu enggak mungkin keluar pakai gaun seperti itu, Sarada. Biar saya aja yang beli. Tunggu sebentar, ya." Boruto tersenyum kaku, berdiri lagi dari ranjangnya, melangkah menuju pintu dan keluar dari kamar hotel yang ditempati.

Sementara yang ditinggalkan langsung berguling-guling acak di atas ranjang, dengan muka memerah tersipu tak karuan.

Mimpi apa gue dapet suami kontrak seperhatian Boruto?! Aish!

to be continued

Hai! Gimana chap ini? Hehe. Pls normalize woman thing di cerita ini, ya. Seperti bulu ketiak, bulu tubuh bagian lain. Juga ukuran bra dan lainnya, jujur Ilma buat cerita ini juga pengen mengedukasi kalian tentang hal-hal begini.

Bulu tubuh itu normal. Membicarakan masalah ukuran bra juga normal selama sesuai pada porsinya, ya! Btw ada video bagus untuk perempuan, ini membantu hehe.


Ke depan akan banyak woman things seperti ini, termasuk masalah menstruasi dan lainnya hehe.

Thank you untuk konohaswriters, cerita ini berhasil jadi winner dan masuk ke reading list KSW! goodbye juga buat monacallista yang besok masuk pondok, goodluck sayang!

Gimana chap ini? Beri komen hihi. Jangan lupa tanda bintang kecilnya, see you next chap!

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

775K 77.8K 35
Pernikahan Rhea dan Starky hanya berlangsung selama tiga tahun. Meskipun mereka telah dikaruniai seorang putra, ternyata Starky belum juga bisa usai...
214K 29.7K 30
Swipe right. Dua kata yang tidak asing untuk pengguna dating apps. Bermula saat Liora merasa iri dengan teman-temannya yang sudah punya pacar, akhirn...
247K 38.2K 50
[BACA SAAT ON GOING. INTERMEZZO PART DIHAPUS 1X24 JAM PUBLISHED] May contain some mature convos and scenes Menurut perjanjian, Robyn hanya boleh be...
306K 38.7K 39
[PART LENGKAP] May contain some mature convos and scenes Bagi Abigail Williams, El adalah tempatnya berkeluh kesah setelah diputus oleh para mantan...