The Light in The Dark #2015

By aalyazzh

576 170 0

Orang - orang bilang masa SMA adalah masa yang paling indah. Walau banyak lika - likunya. Apa itu benar? Aku... More

#0.0 Prolog
#0.1 The Balance Class
#0.2 Cast Visual
#1. The Night View
#2. The Truth about Baekho's Dark Side (+ Youngmin)
#4. His Wound
#5. About Ren
#6. D-x Ex-D
#7. Joshua's Family
#8. Something Goes Wrong
#9. The End of First Semester
#10. Anxiety, Bullying, and Violence
#11. Ren's Past
#12.1 The Day
#12.2 The Day -Behind-

#3. Joshua's Dark Side

39 13 0
By aalyazzh

Sepeninggalan Youngmin dan obrolan berat mereka, akhirnya mereka memulai mengerjakan tugas lukis. Joshua mulai menggambar sketsa di papan dengan panduan gambar yang sudah ia buat. Ren dan Baekho sibuk menyiapkan berbagai warna cat serta kuas untuk melukis. Mereka sibuk bolak – balik gudang rumah Baekho untuk mengambil cat. Kebetulan adik Baekho dulu suka melukis sehingga ia memiliki berbagai macam dan warna cat yang di simpan di gudang.

Tersisa Sowon yang tengah memperhatikan Joshua menggambar sketsa. Awalnya ia ingin membantu, namun Joshua melarangnya dan memintanya memikirkan warna yang akan mereka pakai saja agar pekerjaan mereka bisa cepat beres. Sesekali Sowon melirik ke arah Joshua. Ia tengah berpikir, sejauh apa kemampuan menalar lelaki itu?

"Kenapa?" tanya Joshua membuyarkan lamunan Sowon.

"A-ah engga," ucap Sowon sambil mengalihkan pandangannya pada gambar Joshua.

"Wah! Gila! Cape gue," keluh Ren sambil merebahkan diri. Joshua terkekeh melihatnya sedangkan Sowon mencibir lelaki itu.

"Baru juga segitu, Ren," ucap Baekho sambil duduk di sebelah Ren.

"Gue bukan lo yang punya tenaga banteng ya!" seru Ren membuat Baekho terkekeh.

"Udah ah jangan berantem, siniin catnya biar gue cek sama warna yang kita butuhin," ucap Sowon.

"Yah, Won. Baru juga rebahan!" rengek Ren.

Joshua kembali terkekeh melihat kelakuan teman sekelompoknya ini. Kalau dipikir – pikir unik juga kelompoknya. Ah rasanya sudah lama ia tidak merasakan kesenangan bermain dengan teman seperti ini, walaupun mereka berkumpul sekarang karena tugas. Ia segera mengambil hp di saku bajunya dan tersenyum menatap teman sekelompoknya.

"Ayo foto, buat kenang – kenangan,"

"Josh! Josh! Ayo makan mie cup dulu di minimarket!" seru Sowon sambil menepuk – nepuk pundak Joshua.

Joshua melirik Sowon dari spion motornya. Ia terkekeh menemukan Sowon tengah tersenyum girang. Seharusnya saat ini mereka pergi ke rumah Sowon untuk mengantarkan gadis itu pulang. Namun niat itu diurungkan dan Joshua membelokan motornya ke minimarket di depan kompleksnya.

"Gue yang pilih ya! Lo cari tempat aja!" seru Sowon sambil berlari kecil ke dalam minimarket. Joshua kembali terkekeh.

Gemes banget kaya bocah..

Joshua segera turun dari motornya dan berjalan memasuki minimarket. Ia dapat melihat Sowon yang tengah sibuk memilih mie cup di salah satu pojok ruangan. Joshua tersenyum dan berjalan mendekati gadis itu.

"Saya yang ini aja," ucap lelaki itu sambil mengambil salah satu mie cup membuat Sowon terkejut.

"Ih! Kan tadi gue bilang gue yang pilih!" seru Sowon sambil cemberut.

"Kamu kan gatau apa yang saya suka. Daripada nanti salah pilih dan saya ga makan? Ada beberapa mie cup yang saya ga suka," jawab Joshua sambil membuka bungkus plastik mie cup tersebut.

Saat hendak memasukan bumbu mienya sebuah tangan menghentikannya. Ia menoleh dan mendapati Sowon yang tengah melihatnya kesal. Joshua mengernyit.

"Biar gue yang bikin. Lo duduk manis aja udah di sana, ribet ih! Hus hus!" seru Sowon membuat Joshua terkekeh.

"Yaudah yaudah, gausah ngambek," ucap lelaki itu sambil mengangkat tangannya, membiarkan Sowon mengambil alih apa yang tadi ia kerjakan.

"Yaudah sanaa!" seru Sowon.

Joshua tersenyum lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Sowon menuju kursi yang sudah disediakan di minimarket tersebut. Ia terdiam sambil mengecek hpnya. Baru saja ia mengambilnya di dalam tas, hp itu bergetar. Ada panggilan telepon masuk. Melihat siapa yang meneleponnya membuat Joshua terdiam. Ia segera memasukan lagi hpnya dan memilih untuk berdiam diri sambil menatap ke luar jendela.

Joshua menghela napas. Matanya bergerak menangkap pemandangan di depannya, mencari – cari ketenangan yang biasa ia peroleh di malam hari. Sebuah jalanan yang tidak terlalu ramai serta langit malam yang bertabur bintang membuatnya sedikit tenang.

"Ta-daaa!" seru Sowon sambil menempatkan satu mie cup di depan Joshua membuat lelaki itu sedikit memundurkan diri.

"Satu mie cup dan..." ucapan Sowon terputus karena perempuan itu berlari sebentar ke kasir. Gadis itu kembali lagi dengan membawa 2 gelas yang sepertinya berisi sesuatu yang hangat karena terdapat kepulan uap keluar.

"Segelas teh hangat untuk Tuan Joshua," lanjutnya sambil meletakan satu gelas teh itu di samping mie cup milik Joshua.

Joshua terkekeh mendengarnya lalu mengucap terima kasih. Lengannya terulur mengambil gelas teh tersebut dan menyeruputnya.

"Oh, ini bukan teh biasa ya?" tanya Joshua. Sowon menganggukan kepalanya antusias.

"Yup! Teh mawar. Enak bukan?" seru Sowon. Joshua mengangguk.

"Kata orang teh ini bagus buat menghilangkan stress juga kesedihan. Efek terapinya lumayan bagus," ucap Sowon sambil menikmati tehnya juga.

"Hm?" Joshua menoleh ke arah Sowon sedangkan gadis itu hanya meliriknya.

"A-ah, kita kan abis berpusing ria tentang Baekho sama Yougmin, terus abis kerja kelompok juga. Ditambah lo harus boncengin gue, pasti capek, hehe," ucap Sowon gugup. Joshua tersenyum kecil.

"Saya ga minta dijelasin kenapa kamu ngasih ini ke saya ko," ucap lelaki itu kembali menikmati tehnya.

"A-ah, iya juga," balas Sowon kaku.

"Tapi terima kasih. Saya emang lagi butuh ini," ucap Joshua membuat Sowon menoleh.

Baru saja Sowon mau menanyakan maksud Joshua apa, tetapi lelaki itu segera memotongnya. Membuat Sowon bungkam dan mengurungkan niatnya.

"Ayo makan! Selamat makan!"

Joshua menghela napas sembari melihat Sowon yang sudah berlari menjauhinya. Ia sebenarnya sudah bilang akan mengantarnya sampai rumah, namun Sowon menolaknya dan langsung berlari menjauhinya. Joshua baru memakai helm dan bersiap pulang ketika ia sudah melihat Sowon memasuki gang di dekat minimarket.

Rumah gue masuk gang kecil, nanti lo susah keluarnya. Gue jalan aja, deket ko!

Joshua kembali menghela napas saat mengingat tolakan Sowon. Ia pun mulai melajukan motornya agar segera sampai rumah dan bisa memastikan perempuan itu sampai di rumahnya dengan selamat. Karena jika tidak, dia akan merasa sangat bersalah.

Baru saja melajukan motornya sedikit lebih kencang, ia teringat sesuatu. Hal itu membuatnya menurunkan kecepatannya dan meringis. Ia melirik jam tangan yang ia pakai. Pukul 9 malam. Ia membelalakan matanya. Tadi saat masuk ke minimarket baru jam 7 malam, kenapa sekarang sudah jam 9 malam? Padahal kalau diingat – ingat ia tidak menghabiskan waktu begitu lama dengan Sowon.

Joshua berdecak dan kembali melaju motornya dengan cepat. Malam ini akan terasa panjang.

"KAMU PIKIR JAM BERAPA SEKARANG?! PAPA KAN SUDAH BILANG JANGAN KELUYURAN!" teriak Papa Joshua sembari menampar lelaki itu. Joshua jatuh terjerembab membuatnya meringis.

"Joshua habis kerja kelompok, Pa. Joshua ga bohong," ucapnya pelan.

"Kamu pikir Papa percaya?!" seru Papa Joshua. Joshua segera mengambil hpnya dan menunjukan foto yang ia ambil dengan teman – temannya saat kerja kelompok.

"Ini buktinya. Papa liat sendiri keterangan waktunya baru diambil hari ini. Melukis di papan sebesar ini butuh waktu lama, Pa. Bahkan tadi juga belum selesai," jelas Joshua. Hp Joshua segera direbut Papanya.

Sembari menunggu Papanya mengecek foto tersebut, Joshua memegang sudut bibirnya yang terasa sakit. Ia kembali meringis pelan saat menekan sudut tersebut.

Ah sial. Kenapa harus luka.. batinnya.

"Oke. Papa terima untuk hari ini. Lalu kenapa gak jawab telepon?!" tanya Papanya sembari melempar hp Joshua. Untung saja lelaki itu dengan sigap menangkapnya.

"Joshua lagi perjalanan pulang, Pa. Rumah teman Joshua tidak dekat dengan rumah kita," jelas Joshua. Berbohong tentu saja. Bisa – bisa Papanya semakin menggila jika mengetahui yang sesungguhnya.

"Mulai besok jika ada kerja kelompok lagi kerjakan di sini! Kerjakan secepat mungkin. Papa tau kalian pasti banyak bercanda sampai butuh waktu lama," jelas Papa Joshua sambil kembali duduk di sofa. Joshua pun berdiri untuk segera pergi ke kamarnya.

"Baik, Pa," ucap Joshua segera pergi ke kamarnya. Namun langkahnya terhenti saat Papanya kembali berucap.

"Papa dengan kamu sekelas dengan anak sulung keluarga Hwang?" tanya Papanya tanpa mengalihkan pandangannya dari koran yang ia baca.

Joshua tertegun. Sesungguhnya ia sangat ingin menyembunyikan fakta bahwa ia sekelas dengan Hwang Minhyun. Putra sulung keluarga Hwang yang ayahnya merupakan saingan berat bisnis Papanya. Joshua sangat mengerti arah pembicaraan Papanya ini. Papanya pasti sangat tidak ingin dirinya kalah dari Minhyun.

"I-iya," jawab Joshua gugup.

"Kau tau kan siapa keluarga Hwang bagi Papa?" tanya Papanya.

"Iya, Pa," jawab Joshua pelan.

"Ingat, kamu harus lebih unggul dari anaknya itu dalam bidang apapun. Jangan sampai membuat Papa malu!" seru Papanya Joshua sambil bangkit dari duduknya dan pergi menuju ruang kerjanya.

Joshua menghela nafas. Sejujurnya ia meragukan dirinya sendiri. Apa ia bisa mengalahkan Minhyun?

Joshua menutup pintu kamarnya dan menghela napas. Kepalanya terasa sedikit berdenyut memikirkan banyak hal. Bagaimana ia memberi alasan kepada teman sekelompoknya untuk mengerjakan tugas di rumahnya? Bagaimana caranya ia mengalahkan Minhyun? Joshua menggelengkan kepalanya. Berusaha menepis hal itu untuk saat ini. Ia menyimpan tas dan hpnya di meja belajar lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Joshua melihat pantulannya di cermin. Ia meringis saat melihat pipinya yang kemerahan dan luka di sudut bibirnya. Tenaga yang Papanya keluarkan memang tidak main – main. Tapi ia bersyukur karena omelan Papanya serta hukuman itu hanya sebuah tamparan saja. Omelan dan hukuman yang tidak terlalu membuatnya kalut.

"Ayo foto, buat kenang – kenangan," ucap Joshua sambil mengulurkan lengannya yang menggenggam hp.

Joshua tersenyum melihat teman – temannya segera berpose. Ia pun ikut berpose dan menekan tombol shooter pada hpnya.

"Josh! Kirim ke grup ya!" seru Sowon sebelum mereka kembali berkutat dengan kerjaan mereka.

Joshua tersenyum dan segera mengirimkan foto tersebut. Namun, senyumnya luntur. Diam – diam ia menghela nafas sebelum mengklik tombol send.

'Maaf, tapi ini bukan buat kenang – kenangan. Tapi sebagai bukti saya pulang telat karena kerja kelompok..' batin Joshua.

Joshua meringis sambil memijat kepalanya yang tiba – tiba berdenyut.

"Oke. Papa terima untuk hari ini. Lalu kenapa gak jawab telepon?!"

"Karena Joshua masih ingin menghabiskan waktu dengan teman Joshua," ucap Joshua lirih.

"Ingat, kamu harus lebih unggul dari anaknya itu dalam bidang apapun. Jangan sampai membuat Papa malu!"

"Papa yang kalah berbisnis dari Papanya Minhyun. Kenapa harus Joshua yang menanggung?!" seru Joshua sambil terkekeh miris.

Joshua pun menghela napas mencoba mengembalikan kewarasannya. Ia mulai membuka kancing lengan seragamnya dan menggulungnya. Ia melihat siku kanannya yang kemerahan akibat menahan tubuhnya saat terjatuh tadi. Ia menghela nafas. Untungnya tidak luka.

Jam tangan yang melingkar di tangan kirinya ia buka, termasuk wristband yang ia pakai di bawah jam tangan tersebut. Joshua meringis setiap ia membuka wristbandnya. Joshua menghela nafas dan segera mencuci mukanya.

Karena semakin lama ia melihat luka goresan yang mongering di lengannya, semakin ia ingin membuat goresan itu kembali.

Additional Cast

Continue Reading

You'll Also Like

597K 28.5K 36
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
460K 34.8K 40
Hidup Linka yang menurutnya flat semenjak keluar dari panti asuhan mendadak berubah saat seorang cowok datang dan mengaku sebagai anaknya. ** Linka t...
410K 33.2K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.