Sea (n) Sky [End✅]

By PutriSago03

36.5K 3.8K 865

Genre : Brothership Follow sebelum baca! Ini adalah kisah dua orang berbeda antara Sean dan Sky. Mereka adala... More

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)

(29)

601 83 18
By PutriSago03

Esok harinya sekolah menjadi gempar dengan berita Sean dan Sky yang mendapat penyerangan menyebar luas. Berita itu dimulai saat salah satu anak murid SMA tempat Sean dan Sky belajar memposting di media sosialnya lokasi di mana Sean dan Sky diserang. Di mana, motor Sean yang hancur tak berbentuk dia tangkap dengan kamera ponselnya. Dia juga mempublikasikan tas Sean dan Sky yang tercerai begitu saja, juga bukti nama lengkap Sean ada di dalam buku salah satu tas tersebut. White cane beserta satu tas lagi yang berisi buku braille juga dia publikasikan sebagai bukti.

Berita itu sekarang sampai di telinga Kuntum yang tidak mengetahui berita itu sebelumnya. Tentu saja karena Kuntum jarang menggunakan ponselnya selain untuk belajar. Saat berita itu berdenging di telinganya dan dia juga sudah melihat postingan itu dengan matanya, Kuntum kaget bukan kepalang.

"Lo beneran enggak tau, Ntum?" tanya salah seorang teman Kuntum yang memberitahukannya pada Kuntum.

Kuntum menggeleng dan terus menyaksikan semua foto-foto pada postingan itu. Kuntum tampak masih kaget dengan kejadian itu dan membuatnya belum juga bersuara sedari tadi. Yang Kuntum pikirkan sekarang adalah bagaimana keadaan Sean.

"Wah, gila! Mentang-mentang udah jadi mantan, sampai berita beginian aja lo ketinggalan!" ledek salah satu dari tiga orang temannya.

"Kalian tau enggak, keadaan kak Sean sekarang gimana?" tanya Kuntum bersuara untuk pertama kalinya.

"Cieee, perhatiaann! Ingat, udah jadi mantan!" goda temannya lagi.

"Apaan sih? Jangan main-main. Gue juga enggak tau keadaan kak Sean ama Sky gimana, kayaknya enggak ada yang tau deh," jawab salah satu temannya lagi. Serta memperingati mereka agar tidak menggoda Kuntum.

Kuntum menekan kepalanya dengan kedua tangan karena hampir menangis gara-gara khawatir. Bisa-bisanya dia khawatir sementara Kuntum sendiri sudah mengatakan kalau dia tidak lagi peduli dengan Sean apa pun yang terjadi.

"Stthh!" Seorang temannya itu menyenggol bahu Kuntum dan menyembunyikan ponselnya tadi yang Kuntum gunakan untuk melihat informasi.

Kuntum menoleh bingung dengan kodean temannya sambil menatapnya bingung. Temannya tampak memainkan mata yang membuat Kuntum bisa membaca gerakkan mata mereka. Kuntum menoleh ke belakangnya dan mendapati Zafran yang sedang menyimpan tasnya di atas meja.

"Lagi pada ngobrolin Sean, ya?" tebak Zafran dan tersenyum sebagai sapaan.

Semuanya terdiam dan menatap Kuntum bersamaan agar Kuntum saja yang menjawab pertanyaan. Kuntum tahu pertanyaan itu memang lebih ditujukan kepadanya karena di sini Kuntum adalah mantan Sean dan Zafran adalah orang yang pernah menyatakan perasaan kepadanya. Bahkan sampai sekarang mereka semakin dekat dan hampir menuju hubungan berupa pacaran.

"Wajarlah, 'kan mantan! Namanya juga belum move on, pasti masih khawatir 'kan?" tutur Zafran tertawa kecil meski ucapannya terkesan kecewa.

"Eng--enggak, siapa bilang belum move on? Ya, kali aku masih suka kak Sean, kalau aku masih suka enggak bakal aku putusinlah waktu itu!" jawab Kuntum gelagapan.

"Ekhem, kalian enggak ada niatan buat keluar gitu? Ganggu orang pacaran aja," ucap salah satu teman Kuntum dan memberi kode dua temannya lagi untuk keluar agar Kuntum dan Zafran bisa berbicara lebih leluasa.

Setelah mereka bertiga pergi, Zafran tidak mengalihkan pandangannya dari Kuntum sedikit pun. Dia tahu gadis itu berbohong dan itu tidak bisa disembunyikannya sedikit pun. Kuntum sendiri bahkan ragu dengan perasaannya sendiri yang mengatakan siap melupakan Sean dan siap menerima Zafran.

"Kenapa wajahnya gitu? Biasa aja kali, aku juga pernah kok khawatir sama mantan." ungkap Zafran dingin.

"Bukan gitu, kamu apa-apaan, sih? Aku dah move on! Kamunya aja yang belum ngasih kepastian, padahal aku udah siap loh," jawab Kuntum meyakinkan Zafran dan juga meyakinkan dirinya sendiri.

Zafran tersenyum kilas dan duduk tenang dibangkunya. "Masih belum. Kamu masih belum bisa lupain Sean, kalau mau balikan kayaknya belum terlambat, deh. Sky pernah bilang kalau Sean pasti enggak bisa lupain kamu, waktu dia ngomong gitu sih, katanya Sean benci Sky gara-gara putus sama kamu. Enggak tau deh, sekarang, mereka 'kan katanya udah dekat," ungkap Zafran terlihat mengabaikan tatapan Kuntum yang minta diperhatikan.

"Kalau mereka udah dekat, berarti dia udah bisa lupain dong, kenapa dia benci Sky? Berarti kak Sean juga udah lupain aku, tinggal kamunya aja, masih ingat aku apa enggak?!" Kuntum melangkah duduk di kursi depan meja Zafran dan menatapnya dalam agar lebih meyakinkan.

Zafran tertawa lagi dan memainkan bola matanya berusaha membuat Kuntum jujur padanya. Zafran pun mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. Kemudian Zafran sedikit mengotak-atiknya sebelum layar ponselnya itu dia perlihatkan pada Kuntum.

"Aku udah muak main panggung sandiwaranya, ini baru dua hari yang lalu, loh!" ujar Zafran sedikit menahan cemburu dengan apa yang dia perlihatkan pada Kuntum.

Kuntum menggigit bibir bawahnya kala Zafran menunjukkan layar ponselnya. Kuntum bahkan tidak sadar kenapa Zafran bisa mendapatkannya, berupa foto Kuntum sendiri yang tengah bermain ponsel. Terlihat jelas layar ponsel Kuntum yang menampakkan beberapa fotonya dan Sean masih ia simpan dalam folder sampah ponselnya. Di saat Zafran mengambil gambarnya itu, Kuntum tengah tersenyum menatap fotonya dan Sean di taman belakang sekolah itu.

"Udah ya, Kuntum mainnya! Aku capek jadi peran figuran, aku juga bisa kok, jadi peran utama, tapi mungkin bukan kamu lawan mainnya. Maaf, ya!" tutur Zafran dan meninggalkan Kuntum di dalam kelas sendirian karena jika dia tetap di sana, dia tidak bisa menjamin kalau dia masih bisa sabar.

⚡⚡⚡

Sementara itu, Sean baru saja terbangun dari tidurnya. Rasanya luka-luka ditubuhnya sedikit lebih mendingan dan Sean sendiri bahkan tidak sadar kalau luka-lukanya sudah dibersihkan dan juga diberi obat. Meski lukanya terasa mendingan, tapi semua ototnya terasa kaku terutama di bagian pahanya. Sepertinya itu akibat dia berlari terlalu jauh dengan beban di atas punggungnya, ditambah lagi dengan perkelahian sebelum dia berlari.

Sean memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk menghilangkan penatnya. Matanya tak sengaja bertemu dengan Sky yang duduk bersandar pada kepala ranjang dan dialaskan bantal. "Udah bangun?" tanya Sky kemudian.

"Ya, lo udah bangun dari tadi? Emang sekarang jam berapa?" tanya Sean sedikit bingung karena dia merasa sudah bangun dalam keadaan masih dini.

"Kisaran setengah delapan," jawab Sky dengan memperhitungkan jam setelah berangkatnya orang tuanya kerja beberapa waktu lalu.

"Hah? Udah jam segitu? Gawat, gue belum beres-beres lagi, pasti gerbang dah, tutup nih," panik Sean dengan melihat celah pada tirai jendela kamarnya yang memperlihatkan betapa terangnya matahari di luar sana.

"Ngapain sekolah? Hari ini kita berdua libur, mama udah minta izin ke pihak sekolah. Lagian, emang lo bisa berangkat dalam kondisi gitu?!" ejek Sky sedikit ingin tertawa dengan Sean yang bersemangat hendak sekolah.

Kalau Sky sudah berkata demikian, berarti Atika sudah mengizinkannya untuk tidak datang ke sekolah hari ini. Kalau begitu, Sean tidak akan dimarahi nantinya oleh Atika gara-gara bolos sekolah. Syukurlah, setidaknya Atika tidak memarahinya sebelum dia berangkat kerja. Seannya saja yang terlalu berpikir dangkal tentang sosok Atika yang dia pikir tidak memperhatikannya. Padahal Atika selalu memberinya perhatian lebih dan masih belum bisa adil dalam menyanyanginya dan Sky.

"Oh iya, gue lupa!" panik Sean lagi, kali ini dengan hal lain lagi.

"Apa?" tanya Sky kebingungan.

"White cane lo kemaren lupa gue bawa. Gimana dong? Padahal tuh, tongkat baru kemaren malam gue balikin," ungkap Sean masih dalam keadaan panik.

Sky terdengar mendecih kecil. "Apaan sih? Gue kira panik gara-gara apa. Enggak apa-apalah, cuma white cane doang, 'kan masih ada satu lagi. Fasilitas dari sekolah."

"Iya sih, ada satu lagi, tapi tongkat itu berarti banget 'kan buat lo? Gue bisa liat saat lo nyadar tongkat itu adalah tongkat lama lo, lo keliatan senang banget," balas Sean sejujur apa yang dia pikirkan hingga membuatnya sedikit panik.

"Ya, tongkat itu emang berharga dulu, tapi sekarang udah enggak. Karena gue sekarang udah punya penunjuk arah yang lebih baik. Kalau pun tanpa white cane, lo bakal tetap menjadi penuntun jalan gue 'kan?" terang Sky sangat yakin dengan ucapannya.

Sean tiba-tiba merasakan hawa panas menutupi wajahnya. "Apaan sih, lo? Ya, itu pastilah. Ng ... ah, gue laper, gue ke bawah dulu. Lo di sini aja, gue bawain makanan," cecar Sean merasa malu sendiri dengan ucapan Sky yang terkesan menggodanya untuk selalu ada untuknya sebagai penunjuk arah sekaligus saudara yang bisa menjaganya.

"Mandi dulu sana. Makan aja pikiran lo!" kekeh Sky karena merasa yakin kalau Sean sedikit salah tingkah karena belum sepenuhnya terbiasa hidup bersaudara.

Bersambung...

Continue Reading

You'll Also Like

44.7K 2.1K 53
bolehkah aku egois bolehkah aku menginginkan kita bersama lagi aku lelah sendirian...... tapi aku ingin bersama kalian bersamamu.... bolehkah...
22.3K 2.3K 18
Seorang ART Kim Seokjin adalah namja yang sangat tampan. Dia digemari oleh para yeoja-yeoja muda, eomma-eomma bahkan namja berjiwa uke sekalipun. Nam...
94.7K 7.8K 56
Pertemuan 'tak terduga antara kedua remaja laki-laki itu membawa banyak perubahan dalam kehidupan mereka. Marka menolak fakta bahwa Arsel adalah kem...
ASKA By LembaranBiru

Teen Fiction

350K 30.3K 33
Semua orang punya batas kesabaran masing-masing bukan? *** Hai hai selamat datang di cerita pertamaku Masih belajar😊 Jangan lupa follow dulu yaa Vo...