Rotten |KookV::GS

By ShookyBae3

4.6K 418 82

Bukankah dunia ini kejam? More

introduction
Prolog
I
II
III
IV
info pdf gratis
VI
VII
EPILOG

V

339 43 10
By ShookyBae3

.

Jungkook terduduk dengan kepala yang tersembunyi dikedua lututnya. Bahunya bergetar hebat karena berusaha menyembunyikan Isak tangisnya. Mengabaikan baju serta tangannya yang berlumuran darah.

Bahkan bujukkan dari teman-temannya hanya di anggap angin lalu saja olehnya. Tubuhnya tidak ingin beranjak dari tempatnya meski kakinya begitu kram karena terlalu lama berjongkok.

"Jung, ayo obati lukamu." Jungkook mendongak menampilkan wajah sembabnya. Matanya lalu mengitar menatap semua orang yang ada di sana. Mereka sudah di obati. Banyak plester dan perban di tubuh mereka. Jungkook mengangguk lalu bangkit dari duduknya.

Seojin mulai membersihkan luka-luka Jungkook dengan alkohol. Gadis itu nampak fokus dengan perkerjaannya meskipun begitu tangannya masih nampak bergetar.

"Terimakasih."

Jungkook mendongak mendengar gumaman dari Seojin. Mengerutkan keningnya tidak paham atas ucapan Seojin.

"Terimakasih sudah menyelamatkan adikku." Seojin menatap mata Jungkook dengan matanya yang berkaca-kaca.

Jungkook mengalihkan pandangannya. " Sebenarnya siapa mereka? Kenapa mereka mengejar kalian? Apa yang mereka inginkan?" Jungkook melontarkan pertanyaan bertubi-tubi. Namun matanya enggan menatap langsung gadis itu.

Seojin selesai dengan perbannya di lengan atas Jungkook. Gadis itu kembali mengemas peralatannya tadi.

Jungkook yang tidak mendapat jawaban dari keempat gadis itu akhirnya menatapi mereka satu persatu. "Katakan agar kami bisa membantu kalian." Ujar Jungkook lagi.

Hening. Tak ada yang membuka suara.

"Sebenarnya…" Byanca membuka suara.

"Byanca!!" Ren mencegah Byanca untuk mengungkapkan apapun pada pemuda-pemuda itu.

"Katakan." Hoseok yang sedari tadi diam pun kini buka suara.

"Tidak akan!" Ren dengan cepat menyahutinya. "Kalian tidak perlu ikut campur. Ini urusan kami!"

Namjoon mendengus. "Urusan kalian. Tidak perlu ikut campur? Bahkan saat kami sudah membantu dan terjun sejauh ini?"

"Kami tidak meminta_"

"Berhenti. Ku mohon," Seojin memitong ucapan Ren. "Ren, kita sedang terdesak. Kita butuh bantuan kita berempat tidak akan cukup untuk membalas mereka. Lagi pula yang di katakan Namjoon benar mereka sudah terlalu jauh terseret oleh kita. Mereka juga pasti bisa membebaskan Taera dari ayahnya." Seojin berucap lirih. Air mata yang sedari tadi ditahannya kini kembali turun.  Ren membuang pandangannya.

"Jadi ceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Aku berjanji akan membantu kalian. Tolong percayalah." Jimin berkata.

Yoonji menghela nafas sebentar, mempersiapkan diri untuk membuka segala rahasia yang mereka simpan.

"Kami adalah buronan ayah Taera. Ayahnya adalah seorang gembong pembunuh bayaran, dia tidak segan-segan membunuh siapa pun yang menentangnya. Bahkan ibu Taera, adiknya dan sahabatnya sendiri. Kami adalah korban dari keserakahannya. Aku dan Seojin diculik sewaktu umur kami masih 16 tahun. Dibawa di tempat terpencil di Jepang, markas utama ayah Taera. Kami dididik sesuai dengan kebutuhan mereka. Seojin, dia seorang peramu dan dokter. Aku memegang peranan sebagai otak dan pelacak. Ren sebagai sniper, Byanca sebagai fighter dan Taera sendiri harus bisa mengendalikan semuanya. Kami muak dengan semua yang kami jalani. Ini sangat bertentangan dengan apa yang hati kami inginkan. Puncaknya, saat terjadi pemberontakan yang di lakukan oleh ibu Taera, ayah Ren, dan orang tua Byanca. Orang itu membunuh mereka semua di hadapan kami. Memaksa kami untuk melihat kekejiannya. Dia_"

Yoonji mengusap matanya yang sudah benar-benar basah. Menarik nafas untuk menetralkan debaran jantungnya yang berdetak kencang. Rasa sesak dan mual itu dirasakannya lagi. Mengingat betapa kejinya pria tua itu menyiksa orang terkasih mereka di depan mata.

"D-dia_"

"Yoon, cukup." Byanca mendekap tubuh menggigil Yoonji erat.

"Intinya, kami berhasil melarikan diri dari pria itu. Yang tidak kami sangka yaitu dugaan Taera bahwa pria licik itu masih hidup. Karena bagaimanapun racun dan bom yang di buat Seojin serta Yoonji hanya mereka yang bisa mengatasinya." Ren menambahkan.

"Baiklah aku mengerti." Namjoon menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu_"

"Jung!" Ucapan Yugyeom terhenti oleh seorang yang baru saja keluar dari ruangan di depan mereka.

Jungkook segera berdiri menghampiri pemuda itu. "Bagaimana keadaannya, Jae?"

Pemuda itu menghela nafas. "Aku berhasil mengeluarkan pelurunya. Tapi racun dari sabetan pisau itu… aku tidak bisa mengeluarkannya. Aku hanya bisa menghambatnya agar tidak merusak organ vitalnya. Dan sialnya, Tidak ada satupun penawar yang cocok untuk menetralisir racun dari dalam tubuhnya."  Jelas pemuda bernama Jaehyun itu.

"Aku sedah menghubungi Eunwoo dan Mingyu untuk bertanya jenis racun itu. Tapi sampai sekarang belum ada kabar dari mereka. Jika terus di biarkan aku takut racun itu semakin jauh menyebar." Pemuda itu jelas terlihat frustasi.

Jungkook menatap Jaehyun dengan nanar. Tubuhnya tidak bisa beraksi banyak atas apa yang ia dengar.

"Aku bisa mengatasinya!" Seojin berseru.

"Kau yakin?" Jaehyun menatap tidak nyakin pada Seojin.

"Ya, karena akulah pencipta racun itu." Ucapan gadis itu membuat Jaehyun terkejut.

"Kalau begitu cepat lakukan." Jungkook menatap pada Seojin.

Gadis itu mengangguk. "Sebelum itu, aku butuh bantuanmu."

____

Jungkook, Seojin, Ren, dan Yugyeom kini sedang menuju apartemen yang beberapa bulan ini mereka tempati.

Mereka akan mengambil semua peralatan Mereka. Dari bom, senjata, bahkan racun dan penawarnya. Seojin di bonceng oleh Jungkook menggunakan motor pemuda itu. Sedangkan Ren dan Yugyeom menggunakan mobil Jimin.

Mereka terus berpacu dengan waktu. Selain untuk menghindari para suruhan ayah Taera Mereka juga harus cepat sebab penawar yang di butuhkan ada di apartemen itu.

______

Jungkook dan Seojin tiba di markas mereka lebih dahulu. Sedangkan Yugyeom dan Ren menyusul dengan membawa peralatan Mereka.

Sampai di sana Seojin bergegas memberikan penawar racun yan ada di tubuh Taera. Biasanya hanya butuh 20 menit. Namun hingga 30 menit berlalu tidak ada reaksi apapun yang timbul.

Jeongguk mulai kalut. Tidak mereka semua mulai khawatir.

"Sepertinya karena terlalu lama di dalam tubuh, racun itu sedikit sulit untuk di keluarkan." Jaehyun berkata setelah selesai memeriksa Taehyung. "Tapi keadaan Taera semakin membaik. Walau butuh waktu tapi dia akan baik-baik saja." Ujar Jaehyun lagi setelahnya.

Mereka menghela nafas lega. Setidaknya Taera akan aman. Mereka pun juga menemukan tempat bersembunyi sampai Taera kembali pulih. 

"Jung, sebaiknya kau segera menghubungi ayah mu Jung, aku yakin dia mau menolong mu." Namjoon menepuk bahu Jungkook.

"Akan ku coba Hyung." Jungkook masih terus menatap gadis yang terbaring di ranjang itu. Wajah pucatnya membuat Jungkook sesak nafas. Tidak tega melihat gadis bar-bar itu terlihat lemah.

Uhuk!

Jungkook terkejut ketika mendengar batuk keras dari gadis yang terbaring di ranjang ruangan itu. Taera, gadis itu terus terbatuk dengan keras setelahnya memuntahkan cairan darah yang berwarna hitam dari bibir gadis itu.

"TAE!" Jungkook segera menghampiri gadis itu.

Seojin segera mengambil stetoskop menyingkirkan Jungkook yang menghalanginya. Memeriksa denyut jantung gadis itu.

"Taera, kau dengar aku hey?!" Seojin berusaha menyadarkan gadis yang masih menutup matanya itu.

Tubuhnya terduduk dengan taangan yang menutupi mulutnya yang tetap mengeluarkan darah kental. Setelah batuknya reda gadis itu membuka matanya. Menatap sekeliling dengan mulut yang belepotan darahnya sendiri. Nafasnya masih tidak beraturan.

"Hey berbaringlah. Akan ku bersihkan darahmu." Yoonji bergerak ke depan dengan handuk basah kecil ditangannya.

"Bagaimana perasaanmu saat ini?" Byanca bertanya setelah dilihatnya nafas Taera sudah membaik.

"A-aku, lelah…" lirih gadis itu.

Hoseok datang dengan membawa air hangat ditangannya memberikannya pada Ren supaya gadis itu meminumkannya pada Taera. Air itu sudah di beri obat penawar dari Seojin untuk menuntaskan racun yang masih tersisa di tubuh gadis itu.

"Minum ini, lalu istirahatlah. Kami akan menjagamu." Teara mengangguk. Meminum air itu lalu memejamkan matanya.

"Tae, jika... kau setuju. Aku akan menyerang markas besar ayahmu." Jungkook berucap dengan kepala tertunduk.

Gadis yang masih terbaring itu menatap lekat sosok yang masih tidak mau menunjukkan wajahnya. Lalu matanya menatap kearah gadis lain di sisinya. Meminta penjelasan tentang bagaimana Jungkook dan para pemuda itu tau. Ya, walau Taera sudah menduga tapi tetap saja,dirinya butuh kepastian.

"Maaf, kami memberi tau mereka, lagi pula mereka sudah terlibat terlalu jauh. Aku yakin mereka juga bisa membantu kita." Seojin sebagai yang tertua menjawab.

Sebab perkataan Seojin barusan,Taera menutup matanya. Tangannya bergerak memijit pelipisnya. Agak menyayangkan keputusan mereka. Karena dirinya pribadi tidak ingin para pemuda itu terlibat lebih jauh. Lebih tepatnya takut membuat pemuda-pemuda itu terluka atau bahkan mati. Tapi ibarat kata pepatah, nasi sudah menjadi bubur. Para pemuda itu sudah tau pokok permasalahan mereka. Dan dari pengamatannya, para pemuda itu terlihat sangat keras kepala, percuma rasanya bila menolak bantuan mereka. Maka gadis itu mengangguk, menyetujui permintaan Jungkook.

"Berjanjilah kalian semua harus baik-baik saja." Ucap gadis itu kemudian.

Perkataannya dibalas oleh helaan nafas lega dan anggukan antusias dari seluruh penghuni ruangan itu.

"Tentu saja kami akan baik-baik saja." Ucap Namjoon.

Jungkook mendekati gadis yang masih memejamkan matanya di ranjang itu. "Kami akan baik-baik saja, kau juga harus segera pulih. Sekarang kau istirahat. Kami akan menyusun rencana untuk langkah selanjutnya." Tangan pemuda itu menyentuh lembut rambut Taera. Setelah mendapati anggukkan kepala dari Taera Jungkook mengangkat tangannya dari kepala gadis itu.

Melangkah mundur sebelum berbalik hendak keluar dari ruangan itu. Tapi seketika terhenti ketika mendengar suara lirih dari gadis kesayangannya. 

"Jung, terimakasih." Ucapan singkat itu membuat Jungkook mengembangkan senyumnya. 

Dengan langkah ringan dan percaya diri pemuda itu keluar dari ruangan itu diikuti oleh ke-empat temannya. 

"Kami akan ikut dengan Jungkook. Ku mohon jaga dirimu baik-baik. Fokus pada pemulihanmu." Seojin berucap pada Taera. Yang hanya di jawab anggukan dari Taera. Gadis-gadis itu lalu mengikuti langkah Jungkook, meninggalkan Taera yang sekarang hanya tersisa dirinya sendiri di ruangan itu. Gadis itu menatap langit-langit ruangan. 

"Sudah saatnya ya?"  

_____

Jungkook memutar ponsel ditangannya. Kemudian menatap kembali layar yang menampilkan sederet nomor telepon seseorang. Setelah beberapa saat, akhirnya Jungkook mendial nomor itu. 

Setelah beberapa saat nada sambung, terdengar suara orang yang di sebrang telepon. Jungkook memejamkan matanya sebelum berucap.

"Ayah aku akan mengikuti semua keinginan mu." 

_______________

TBC.

Continue Reading

You'll Also Like

234K 35K 64
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
50.6K 3.6K 24
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
45.1K 3.2K 48
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
36.6K 7.5K 10
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...