Royaltionship [✓]

By cindereyna

235K 52.7K 17.9K

Bukan sekedar cinta segitiga biasa, ini adalah kisah cinta segitiga orang kaya. ㅡcindereyna, 2O2O More

Prolog
Teaser
1. Suatu hari di lab biologi
2. Stalking
3. Dewi Kimia dan Pangeran Remedial
4. Duh, What?
5. Dibalik sebuah kesalah pahaman.
6. cafè
7. Einstein pasti bingung
8. Fireworks
9. Tentang keluarga Wang
10. We are friend, but i see u as a man.
11. Deals
12. Cruise trip plan
13. Hari dimana aku ingin mengakhiri hidup.
14. Setelah minum, kita jadi lebih akrab.
15. Panic attack
16. Pengakuan
17. Rich People Problem
18. This kind of family
19. Makan pinggiran ala sultan
20. Runaway
21. Br(ok)en
22. Hari Kelam
23. Dad and Son
24. How rich people solves their problems
25. Special Guest
26. Black Suit
28. Ssst! mom is mad, come on follow dad!
29. How rich people enjoy their holidays
30. The Story about Young Lady and an Ordinary Boy
31. The Ending Story About Young Lady and An Ordinary Boy
32. Sehari lagi
33. Chenchen mengkhawatirkan
34. Manusia manusia
35. Christmas eve
36. Yang Tidak Terduga
37. let's get it done
38. A lot of things happened
39. Our Journey
40. it's begin
41. I Fancy You
42. Keluarga Besar
43. Malam kelam
44. 幸福 (Happiness)
45. Royal-Relationship, Royaltionship.

27. Sadar diri

2.9K 825 206
By cindereyna

You seem like the type
To love 'em and leave 'em
And disappear right after the song
So give me the night
To show you, and hold you
Don't leave me out here dancin' alone

***




Siapa yang auto stress setelah makan kenyang dari kondangannya Papi Useok dan Mami Soojin? Aisha dan Nancy angkat tangan tinggi banget sampai udelnya kelihatan.  

Yap. Bagaimana tidak kalau si duo tolol alias Gafian sama Sanha malah mabuk-mabukan parah di tempat itu? Gafian sudah jelas apa alasanya minum banyak malam itu, tapi kalau Sanha????? Mmmmm hobbynya memang ngasih kerjaan ke malaikat pencatat amal buruk. Kabarnya si Sanha Sanha itu memang sudah pesan slot di neraka jahanam, jadi Aisha dan Nancy nggak heran lagi. 

Mereka berempat akhirnya berakhir di rumah Aisha. Kebetulan keluarga Aisha sedang pergi ke Padang untuk datang ke pemakaman Omnya Aisha. Katanya nggak sakit padahal, tapi tiba-tiba dapat kabar kalau beliau meninggal. Mungkin karena serangan jantung. Akhirnya semua kerabat berencana untuk mengirimkan salam perpisahan secara langsung kepada beliau. Karena dulu sewaktu masih hidup, Omnya Aisha ini rajin banget bersilaturahmi. Keluar kota sampai keluar pulau nggak masalah, semuanya pasti akan didatangi setidaknya setahun sekali entah itu waktu hari raya atau waktu tahun baru, makanya seluruh keluarga, saudara dan sepupu Aisha bersikeras menyempatkan diri untuk mengunjungi beliau. Untuk memberikan salam perpisahan dan penghormatan terakhir sebelum jenazah dikebumikan. Namun, karena Aisha berada di kelas dua belas, orderan yang harus di packing numpuk dan sudah lebih dulu mendapat undangan ke acara pernikahan orang tua Gafian, Aisha diizinkan nggak ikut ke Padang oleh kedua orang tuanya. 

Kenapa Aisha nggak memasrahkan Gafian ke Shasha? Jawabanya adalah... nggak tahu. Atau mungkin nggak rela. Entah yang mana yang benar, yang jelas, Aisha membujuk Nancy supaya membawa Gafian dan Sanha ke rumahnya saja Mumpung kosong. Toh dua cewek itu juga tau sahabat cowoknya laki-laki macam apa. Gafian sama Sanha memang kelewat pea terkadang, tapi keduanya nggak mungkin melakukan hal aneh-aneh ke Aisha dan Nancy.

Nancy langsung merebahkan tubuhkan ke sofa ruang tamu Aisha begitu selesai membopong Sanha sampai kasur Aisha. Sementara Gafian, cowok itu masih ada di rangkulan Aisha. Gafian masih sadar, dia beberapa kali ketawa ketawa sendiri dan ngaco ngomongin saham. Dia bicara pakai bahasa italia. Aisha nggak paham tentu saja, apalagi Nancy.

Ranjang Aisah ini terbilang sempit walau faktanya, bisa ditiduri oleh dua orang. Cuman, heii, lihatlah, siapa yang akan menggunakan kasur Aisha. Dia adalah Sanha dan Gafian. Yang masing-masing tingginya hampir dua meter. Tidur dengan posisi kaki tergantung pasti nggak nyaman. Karena itu, Aisha menendang pantat Sanha sampai cowok itu sedikit demi sedikit berguling dan jatuh dari ranjang.

"Emang lo siapa boleh tidur di kasur gua?" Sewot Aisha ke Sanha setelah cowok itu mengerang kecil karena tulangnya sakit terbentur lantai.

Setelah ranjangnya kosong lagi, Aisha pelan-pelan merebahkan badan Gafian ke ranjangnya.

Aisha melepas sepatu dan kaos kaki Gafian, Aisha membenarkan bantalnya supaya kepala Gafian bisa tidur dengan nyaman, selanjutnya Aisha melonggarkan dasi gafian, membuka dua kancing kemejanya karena kamar Aisha ini nggak ada ACnya, dia tau betul kalau di kamar Gafian ada tiga AC, jadi tidur di kamar kecil ini pasti akan membuat Gafian gerah kepanasan. Begitu kancing kedua terbuka, Aisha melihat kalung berbentuk salib di leher Gafian.

Aisha tersenyum pahit. Dia kemudian menatap rak bukunya. Di deret paling atas, ada al-Quran. Sampulnya memang sudah agak berdebu karena Aisha jarang membuka apalagi membacanya. Tapi, satu yang pasti, Aisha begitu mengimani Tuhannya. Walau dia masih banyak kekurangan, walau ibadahnya belum sempurna, walau dia nggak begitu alim... Aisha tetap anak dari keluarga yang cukup menjunjung tinggi ajaran agamanya.

Aisha mengelus pelan rambut Gafian. Mendapat elusan lembut yang bahkan nggak Gafian sadari siapa pelakunya, ujung bibir Gafian terangkat menarik senyum kecil dan menampilkan lesung pipi yang membuat pesona manis Gafian semakin kuat.

"Sha, I love you. I really like you. Please stay with me forever."

Mata Aisha terbelalak. Jantungnya bepacu dua kali lebih cepat. "I do, Gaf."

"Thanks... Shasha..."

Aisha kecewa. Dia merasa bodoh karena sudah mengira kalau Gafian akan mengatakan kata-kata itu ke dia. Untuk sejenak dia benar-benar malu dan salah tingkah sendiri. Padahal juga nggak ada yang tau kejadian ini kecuali dirinya sendiri. Cewek itu nggak bisa berbuat apa-apa selain ketawa yang terkesan di buat-buat sambil menggaruk tengkuknya.

Aisha kemudian berdiri. Mengambil cutter di laci meja belajarnya. Dia membuka cutternya sampai mata pisau itu nyaris keluar semua. Aisha mengarahkan cutter itu ke Gafian.

"Pengen gua unboxing lu sumpah. Usus lu bentuknya kayak apa sih? Kali aja bisa digoreng terus dimakan pake nasi."

"Tapi ngga dulu deh, gua mau packing orderan shopee dulu. Paket dari korea pada baru dateng."

"Haduh, perasaan gua udah biasa deh di ghosting customer. Biasa dibuat baper seolah dia tertarik sama produk gua padahal mah nggak jadi beli. Tapi kenapa di ghosting elu rasanya nyesek banget si, Gap? Mang lu siapa? Mang lu ngasi dampak apa sih ke online shop gua?"

"YA MANA SAYA TAU?!" Aisha kaget. Dia langsung nutup mulutnya rapat-rapat. Otaknya bahkan nggak bisa lagi berpikir harus bagaimana menghadapi Gafian setelah apa yang barusan dia ucapkan.

Namun melegakan! Ternyata Gafian tadi belum sadar. Dia ngaco lagi. Karena setelah membentak sambil menunjuk Aisha menggunakan jari telunjuknya, Gafian lanjut bicara, "Tapi kan, biaya jual beli di perusahaan sekuritas asing lebih tinggi, Pak. Kisaran 0,25% untuk transaksi beli dan 0,35% untuk transaksi jual. Angka segitu mending buat beli di perusahaan sekuritas lokal. Karena kaki babi bakar kadang bumbunya kurang melekat dan Kimia saya selalu remedial. Tapi blackcard pernah hilang sih cuman saya lebih ganteng dari Chenle."

"Anak anjiiiiinkkkkkk." Umpat Aisha sebelum benar-benar menyingkir dari Gafian.


💎







Di waktu yang sama, Shasha baru aja sampai rumahnya sendiri setelah berbincang-bincang dengan Mama Zhong di hotel. Mereka membicarakan banyak hal. Terutama tentang pendidikan Shasha sih, Mama Zhong bertanya kedepannya apa rencana Shasha, mau kuliah dimana, ambil jurusan apa dan lain-lain. Mama Zhong ini mengutamakan pendidikan juga, cuman beliau santai. Nggak harus jadi siswa yang terbaik, asalkan belajarnya sungguh-sungguh karena jadi manusia yang nggak berilmu itu sia-sia.

Sesampainya di rumah, Shasha merasa hampa. Rumah besarnya ini kini cuman dihuni oleh dirinya sendiri. Orang tuanya mulai malam ini menempati rumah baru mereka.

Shasha cuman tinggal ditemani beberapa pelayan.

Padahal cuman satu orang yang pergi, tapi rasanya jauuuuuuh berbeda.

Mendadak Shasha kangen dengan masa kecilnya. Di sofa berbahan kulit yang diimport langsung dari Prancis itu, Shasha mengingat kalau dirinya dimasa kecil pernah menghabiskan waktu yang indah dengan Mama dan Papanya di sofa itu.

Kadang Shasha kangen dan pengen tau keadaan Papa kandungnya. Tapi beliau nggak pernah kembali. Nggak pernah kelihatan atau sedikitpun menghubungi Shasha.

Perasaan ketika baru pulang dari tempat ramai dan masuk rumah yang hening itu bener-bener terasa aneh. Kayak... wah, tadi rame banget, seru banget... tapi sekarang .... dirinya hanya seoramg diri di ruang tengah yang penerangannya hanya remang-remang.

Makin dewasa, Shasha makin sering merasa kosong tanpa sebab. Jenuh aja gitu dengan semuanya. Mau melakukan ini dan itu sama sekali nggak berselera.

Shasha tenggelam dalam pikirannya sendiri. Suasana hatinya kelabu. Mendadak rasanya hidupnya nggak akan semenarik dulu lagi.

"Gimana gua bisa ngejalani hidup yang sama kalo semuanya sekarang udah nggak sama lagi?"

Gonggongan imut Haku dan Mata yang berlarian mengejar bola membuat Shasha tersenyum kecil. Ah, benar, setidaknya Shasha masih punya dua sahabat kecilnya.



💎





Nancy kebangun setelah sekitar tiga puluh menit lebih ketiduran di sofa ruang tamu Aisha. Dia denger suara berisik dari dalam kamar ternyata itu Aisha lagi nangkepin nyamuk pake raket nyamuk.

Gafian kelihatan nggak nyaman soalnya karena di rumahnya ada lumayan banyak nyamuk kalau pintu kamar dibuka.

"Ya Allah Sha, kenapa ngga semprot baygon aja si?"

"Baygon tu ga baik dihirup. Bisa bahayain saluran pernapasan. Lo tau disini ada dua manusia yang lagi teler."

"Kayaknya kalo disini cuman ada Sanha lo ga bakal keberatan deh nyemprot baygon."

"IDIIIH, maksud lo apaan."

"Halah. Udah lah jujur aja."

Aisha malu banget. Dia sebisa mungkin nahan senyum sambil terus menangkas para nyamuk nyamuk nakal itu pakai raket nyamuk.

"Kagum gapapa kok, Sha. Pian emang asik anaknya. Wajar kalo lo baper soalnya sikap Pian ke lo emang udah kaya couple banget."

"APAA SIH NANNN. ENGGAK GITU."

Nancy ketawa kecil. "Gua mau bikin kopi. Lo ada nggak?"

"Ada. Sini gua bantu."



Selesai dengan kopi panasnya, Aisha dan Nancy sekarang duduk di kursi kayu depan rumah Aisha. Di halaman gitu, di bawah pohon. Karena rumah Aisha di halamannya ada beberapa pohon buah kayak mangga dan jambu.

Diluar lumayan dingin. Apalagi ini udah jam 12 lewat. Aisha sama Nancy malah nongkrong di depan sambil menggenggam gelas kopi supaya tubuh mereka lebih hangat.

"Jujur gua sama Sanha sering ngomongin lu ama Pian, Sha. Soalnya gimana ya, keliatannya Pian tu kaya naksir lu. Terus lunya juga keliatan baper. Tapi kadang kalo diliat liat lagi, Pian emang anaknya seru. Gua sama Sanha kadang bingung, Pian tu manfaatin lo apa gimana, apa cuman ngebaperin? Tapi kita juga ga yakin soalnya lo sama dia emang udah sedeket itu. Seakrab itu."

Aisha nyeruput sedikit kopinya. "Lu ngerti nggak sih, Nan, rasanya suka sama seseorang yang terlalu luar biasa tu kayak gimana? Ketika lu mau jatuh cinta ke dia makin dalam, kenyataan seakan nampar lu. Kayak.. semesta dengan judesnya ngebisikin gua, 'Sadar bodoh, kalian gabakal bisa bersama. Gausah ngarep.'"

Nancy ketawa. Aisha kalo mode galau gini lucu banget sumpah! soalnya Aisha sama sekali nggak pernah keliatan ngurusin cinta-cintaan. Hidupnya udah cukup repot dengan buka PO - rekap orderan - packing dan kirim barang ke customer. Kalopun galau biasanya juga sebel karena di hit n run sama calon customer. 

"Iiih bete ah, lu rese, Nan."

"Maaf maaf. Gua baru liat sisi lu yang ini, Shaaaa. Duh lu lucu tauuu!!"

"Emang." Aisha melet ke Nancy.

"Tapi bener sih, Sha. Pian tuh emang luar biasa banget. Liat deh gaya hidupnya, keluarganya, Papinya, circlenya yang sesama Chinese Chinese kaya... mantannya yang sempurna sempurna. Modelan Somi sama Shasha loh. Yang satu selebgram bahkan bintang iklan dan yang satunya princess keluarga kaya yang punya otak encer banget."

"Makanya. Gimanapun juga, seberusaha apapun gua, gua sadar gua nggak bakal bisa nandingin orang-orang disekitarnya. Tapi gapapa, gua juga nggak berharap berjodoh sama dia kok. Jadi temen deket yang dia percaya banget aja gua udah bersyukur. Asalkan masi bisa deket sama dia gua bakalan terus bersyukur pokoknya."

"Woe tidur!! Malah arisan lu berdua." Tiba-tiba Gafian nyaut dari balik jendela kamar Aisha. Aisha sama Nancy tatap tatapan, takut kalau Gafian denger percakapan mereka berdua tapi kayaknya sih enggak. Soalnya Gafian agak budek. Di kelas aja pas di jelasin pelajaran sama guru dia nggak paham-paham apalagi dijulidin dari kejauhan gini.





Continue Reading

You'll Also Like

42.8K 3.1K 47
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
123K 8.9K 56
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
66.1K 6.7K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
1M 84.1K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...