GAVRIELZE [Completed]

By Dhnrevarhe

2.6M 235K 67K

[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] Gavriel Elard Raymond Kehidupan Gavriel berubah setelah bertemu dengan Elze... More

PROLOG
01. JANGAN GENIT!
02. BOLOS BERHADIAH
03. PERIHAL RASA
04. POSSESIVE GIRL
05. HAL LAIN
06. AJARAN ZERA
07. ANGER IS DIFFERENT
CAST
08. LET'S START THIS GAME
09. SEBUAH GELANG
10. DANGER
11. JALAN BARENG
12. TERLUKA
13. MENYERAH?
14. RASA SAKITNYA
15. ANEH
16. DI HUKUM
17. AWAL MAIN
18. SECOND OF DEATH
19. TIGA DARAH
20. BERBEDA
21. SIAPA SEBENARNYA?
22. UNDANGAN
23. PESTA
24. HILANG
25. MENYEBALKAN!
26. CAMPING
27. USIL
28. GUBUK TUA
29. JADI GIMANA?
30. GAVRIEL SAKIT
31. SLIGHTYL DIFFERENT
32. TANDA TANYA
33. 5 MENIT
34. MUNGKIN KEMBALI
35. JANGAN LAGI
36. TELAH KEMBALI
37. SURAT UNTUKMU
39. YANG SEBENARNYA
40. POISON
41. 00.00
EPILOG
EXTRA PART
YANG LAINNYA
SEQUEL gak ya?

38. GARA-GARA TYPO

33K 4K 518
By Dhnrevarhe

"Mau pulang gak?" tanya Gavriel saat kini Zera yang berganti diam, seperti memikirkan sesuatu.

"Bang Arlan kenapa gitu...," lirihnya. Zera mengaduk-ngaduk minumannya yang tinggal setengah. Ia terus memikirkan tentang Abang Arlan yang bersama dengan Aluna. Meski raut wajah Aluna nampak panik, entahlah. Zera hanya kecewa jika yang difikirnya benar.

Matanya terus memperhatikan Zera yang masih melamun. Akhirnya Gavriel memutuskan untuk membayar nasi goreng terlebih dulu, agar tidak menghambat waktu karena sudah malam. Dirinya tidak mau Zera sampai sakit jika terkena angin malam.

"Zera, ayo pulang. Udah malem, nanti sakit." Tangannya terulur, membuyarkan lamunan Zera. "Zera gak mau sendiri," gumam Zera. Sedari tadi perasaannya tidak bisa tenang.

Gavriel sedikit menunduk, merapikan anak rambut yang nakal menutupi mata Zera. "Terus Zera maunya apa hm?"

"Temenin, malam ini aja. Zera gak tenang."

Dahi Gavriel berkerut, lantas mengangguk. Merangkul Zera dengan erat, sesekali mengacak rambut Zera dengan gemas menuju ke arah motor.

"Mau peluk ya," ujar Zera langsung memeluk Gavriel dengan erat saat sudah berada di atas motor. Gavriel merasa ada yang aneh pada cewek itu. Biasanya jika Gavriel meminta peluk, Zera menolak. Tapi sekarang malah izin minta peluk.

"Peluk yang erat, jangan dilepas." Gavriel mengusap punggung tangan Zera. Cewek itu menyenderkan kepalanya di punggung Gavriel. Tak terasa air mata Zera meluruh tanpa seizinnya. Zera tidak mengerti, hanya perasaannya terasa begitu sesak.

Mengerti kondisi sudah malam. Jadi Gavriel membawa motor dengan kecepatan sedang. Untung saja tempat nasi goreng tidak begitu jauh dari rumah Zera. Perjalanan terasa begitu hening tanpa adanya pembicaraan. Zera hanya diam saja, bahkan Gavriel merasa pelukannya semakin erat membuat dirinya merasa sedikit sesak.

"Zera kamu lewat pintu depan aja. Bawa kunci cadangan kan? Susah kalo lewat balkon, lagi pula kamu lemes banget. Kenapa?"

"Gapapa." Andalan cewek. Bilang gapapa, padahal banyak arti yang tersembunyi dibalik kata 'gapapa'.

"Biasanya cerewet," gumam Gavriel bingung.

"Ngantuk Gav." Zera tersenyum tipis. Mencari kunci rumah dan segera membukanya untuk bisa masuk ke dalam. Dengan harap-harap Bang Rama sudah tertidur, atau berada di dalam kamar.

"Yaudah Gavriel pulang aja. Biar Zera bisa istirahat."

Zera menggeleng, langsung menarik tangan Gavriel dengan tatapan sendunya. "Jangann... Zera gamau sendiri. Takut...."

Mereka berdua akhirnya memutuskan masuk ke dalam rumah secara diam-diam. Hingga sampailah di depan pintu kamar Zera, segera Zera membuka pintu dan masuk tak lupa mengunci pintu.

"Em— Gavriel di sofa ya."

Gavriel mengangguk patuh. Sejujurnya dirinya belum terlalu mengantuk karena baru pukul 9 malam lebih. Jadi masih terlalu sore untuk tidur.

Zera melepas jaket Gavriel, menyisahkan baju lengan pendeknya. Cewek itu mulai memejamkan mata meski terasa begitu sulit. Bayangan-bayangan orang yang menyelakai dirinya terlintas dipikirannya. Mampu membuat Zera takut akan kesendirian. Mulai hampir dibuat jatuh dari atas rooftop dan dihadang tiga orang penjahat. Semuanya sudah pernah Zera rasakan, hingga berakhir masuk di Rumah sakit.

Apa yang dimaksud Aluna itu Arlan? Abangnya? Cowok yang selalu menyelakainya? Padahal, meski Arlan terbilang keras. Tapi cowok itu yang paling maju terdepan jika dirinya disakiti.

"Abang Arlan kenapa lakuin itu... salah Zera apa Bang...." Zera menangis dalam diam memunggungi Gavriel yang berada di sofa. Punggung cewek itu bergetar mampu membuat Gavriel khawatir.

"Zera kenapa nangis?" Gavriel menghampiri cewek itu. Tapi Zera malah menutupi wajahnya dengan selimut. "Engga nangis." Suaranya terdengar bergetar.

"Bohong. Kenapa?" Gavriel menyingkirkan selimutnya. Tak siap, tiba-tiba saja Zera langsung menyerang tubuhnya. Mendekap tubuh Gavriel dengan erat. Menumpahkan seluruh air matanya di dada bidang Gavriel.

"Gavriell... kenapa semua orang ngekhianatin Zera," lirihnya. Meremas punggung Gavriel.

Gavriel tidak mengerti dengan kondisi Zera sekarang. Ia hanya membiarkan cewek itu terus menangis dalam pelukannya.

***

Zera berdecak kesal. Padahal hari ini latihan terakhir Gavriel, sebelum besok sudah masuk pertandingan. Tapi dengan sialnya Bu Ayu memaksa dirinya piket karena hari-hari biasanya Zera selalu kabur dari kewajibannya, dan ketua kelas lapor pada Bu Ayu. Sudah pasti Zera tidak bisa berkutik karenanya.

"Juminten! Lo aja deh yang nyapu ya, gue mau ke lapangan nih."

"Ihh gamau ya, hari-hari biasanya kan aku selalu piket sendiri. Zera kabur mulu," tolak Juminten.

Zera mendengus kesal. Lantas menyapu dengan setengah hati. Cewek itu sampai menekan-nekan sapunya hingga banyak yang lepas karena kesal. Meski bosan harus menunggu Gavriel latihan. Tapi itu lebih baik daripada harus piket di sekolah. Mana di kolong meja cowok banyak banget sampahnya. Bahkan ada yang sudah bau busuk. Setan! Menjijikan sekali.

"Juminten mahhh! Gue tuh capek habis belajar giat banget hari ini. Tuh, lo gak liat muka gue udah pucet?"

Juminten memperhatikkan wajah Zera, kemudian mengangguk. "Iya sih pucet gitu ih kamu, kayak orang kurang kasih sayang," katanya polos tanpa beban.

"Anjing," umpat Zera kelepasan.

"Lah tapi kamu kan seharian bisanya molor mulu. Gak pernah dengerin penjelasan guru. Terus capek ngapain? Tidur?" celetuk Juminten sambil menghapus tulisan di papan tulis.

"Gak usah diperjelasssss. Gue udah niat tapi males lagi. Semua orang juga pasti kayak gue. Udah ada niatan buat baca, sekalinya baru buka tuh buku terus liat tulisannya. Yang ada ngantuk gak jadi tuh baca buku, mendingan tidur."

"Ohhh... pantesan kamu goblok," ujar Juminten lugu.

"Astaghfirullah." Zera mengusap dadanya sabar. Lantas mengambil ponsel di saku seragamnya. Mengetik sambil salah satu tangannya tetap menyapu lantai agar cepat selesai.

Zera:
Gavriel gue disuruh piket dulu sama guru. Nanti kalo udah selesai gue nenenin lo di lapangan

Gavriel:
Zee? Beneran?

Zera:
Iya beneran lah! Kayak biasa. Bosen tau gak?!

Gavriel:
Lo mau nenenin gue?

Zera:
Hah?

Bola mata Zera seketika melebar saat kembali membaca isi pesannya sendiri. Seketika Zera ingin mengubur dirinya hidup-hidup.

Anda telah memblokir nomer ini

"JUMINTENNN! INI SEMUA GARA-GARAAA LOOO!!"

Seketika Juminten kena serangan jantung dadakan.

***

Gavriel terkekeh kecil melihat pesan yang dikirim Zera. Dirinya tau pasti cewek itu salah ketik karena sibuk menyapu. Namun jika itu benar, Gavriel tidak akan menolak. He he.

"Anak-anak, Bapak absen dulu ya. Berhubung hari ini latihan terakhir kalian, jadi pulangnya tidak akan sore seperti biasa. Kalian bisa pulang cepat untuk istirahat agar pertandingan besok tidak drop. Bisa berabe nanti, masa giliran tanding malah pucet."

"Gavriel." Pak Tino mulai mengabsen.

"Ada."

"Somay."

"Gaada Pak! Gada tukang somay! Adanya Babank Somad yang ganteng. Kang somay mah Bapak lu!" sambar Somad kelewat kesal.

Pak Tino lagi-lagi melempar bola basket ke arah Somad. "Fucek."

"Ihh gelooo," ringis Somad merasa dianiaya.

"Diki."

"Hadir Pak!"

"Ardi."

"Ada."

"Arsen."

Pak Tino mendongak saat tidak ada sahutan. Matanya menelisik semua murid mencari seseorang yang namanya ia sebut. "Arsen mana? Ada yang tau dia kemana?"

Somad menggeleng. "Gatau Pak. Dari waktu pelajaran Bu Ayu, kalo gak salah dia izin. Gatau deh kenapa gak balik lagi sampe sekarang."

"Aduhhh, gawat nih. Yaudah-yaudah. Kalian tetap latihan seperti biasa, biar nanti Bapak hubungi dia."

Pak Tino kembali melihat absensinya. "Elxon?" Guru itu menggeleng. "Kemana lagi Elxon? Ada yang tau dia kemana?"

"Gatau Pakkk!"

"Aduh gimana sih mereka berdua. Giliran latihan terakhir malah gak berangkat."

Sedangkan Gavriel terdiam dengan pikiran yang melayang pada Arsen dan Elxon yang tiba-tiba menghilang. Ia curiga dengan apa yang sedang mereka berdua lakukan.

***

"Aduh-aduh Juminten! Gue gak peduli ya, gue mau balik aja! Malu bangsat." Zera kelimpungan sambil menyambar tasnya bergegas akan pergi.

"Ekhhh gak semudah itu Zeraaa.... Sampah di depan belum di buang. Meja sama bangku belum dirapiin, masih banyak kerjaan."

"Halah bodoamat! Gue mau balik. Plisss... gue mau pindah planet Jum. Kalo lo mau ikut ayo, kita ke mars sama-sama," mohon Zera dengan tatapan melasnya.

"Ngapain ke mars? Ketemu Alien?"

"Iya deh! Ketemu Alien juga gapapa. Yang penting gak ketemu sama Gavriel dulu. Anjirrrr! Gara-gara sapu sialan ini gue salah ketik! Mau taruh dimana muka gue Jummm?!!"

Juminten menunjuk wajah Zera. "Masih disitu sih, belum pindah tempat," ucap Juminten polos. Ucapan yang berhasil membuat Zera semakin kesal sekaligus panik.

"Goblok arghh! Bodo! GUE BALIK. Lo gak bisa cegat gue. Bye!"

Juminten menghentakkan kakinya kesal. Lagi-lagi ia harus piket sendirian. Ini yang tidak ia sukai piket bersama dengan Zera. Yang ada dirinya yang harus menanggung repot karena segala alasan Zera. "Nyapu-nyapu sendiri, ngelap-ngelap sendiri. Jalan-jalan sendiri, nyanyi pun sendiri. Hufttt! Gini amat nasib para jomblo."

Zera menutupi wajahnya agar tidak ada seorang pun yang melihat dirinya kabur secara diam-diam keluar sekolah. Sebenarnya Zera hanya ingin menghindari Gavriel, tapi jadinya malah kayak maling.

"Gav, itu Zera ngapain dah ngendap-ngendap," kata Diki mengerutkan dahinya. Cowok itu kembali meneguk air minumnya.

Gavriel menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah aneh Zera, yang mana terlihat lucu dimatanya. "Zee!"

"Mampus! Gavriel. Gue harus kabur." Zera segera berlari dengan cepat tanpa ada niatan untuk berbalik menatap seorang yang kini sedang ia hindari. Mau di taruh dimana wajah Zera jika bertemu dengan Gavriel nanti.

Zera melewati Pak Satpam begitu saja tanpa menyapa karena sudah panik. Cewek itu berlari keluar sekolah dengan cepat berharap ada kendaraan yang bisa membawa dirinya pergi jauh dari sini. Agar Gavriel tidak bisa menemui dirinya dan menertawai Zera.

"Zeraa! Jangan lariii!"

Zera seperti sedang menjadi buronan jika seperti ini. Gavriel berada dibelakangnya tidak terlalu jauh dari posisinya sekarang.

Dua orang berbadan besar keluar dari mobil hitam langsung berjalan mendekati Zera. Membekap mulut cewek itu dan menarik Zera dengan kasar masuk ke dalam mobil.

"Emhh! Lepasinn guee!"

Gavriel panik saat melihat seseorang membawa Zera masuk ke dalam mobil. Cowok dengan jersey itu berlari hingga sebuah pukulan di kepala membuat pandangannya mengabur hingga kesadarannya hilang saat itu juga.

Bugh!

***

Makasih yang udah ngikutin cerita GZ, entah untuk yang aktip komen dan bagi yang silent reader sekalipun.

Mau Next kapan? Kapan2¿

Baca doang gak ninggalin jejak

Headshot!

Continue Reading

You'll Also Like

752K 55.8K 60
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
762K 21.5K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
657K 19.2K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
2.1M 97.5K 70
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...