GAVRIELZE [Completed]

By Dhnrevarhe

2.3M 226K 66.6K

[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] Gavriel Elard Raymond Kehidupan Gavriel berubah setelah bertemu dengan Elze... More

PROLOG
01. JANGAN GENIT!
02. BOLOS BERHADIAH
03. PERIHAL RASA
04. POSSESIVE GIRL
05. HAL LAIN
06. AJARAN ZERA
07. ANGER IS DIFFERENT
CAST
08. LET'S START THIS GAME
09. SEBUAH GELANG
10. DANGER
11. JALAN BARENG
12. TERLUKA
13. MENYERAH?
14. RASA SAKITNYA
15. ANEH
16. DI HUKUM
17. AWAL MAIN
18. SECOND OF DEATH
19. TIGA DARAH
20. BERBEDA
21. SIAPA SEBENARNYA?
22. UNDANGAN
23. PESTA
24. HILANG
25. MENYEBALKAN!
26. CAMPING
27. USIL
28. GUBUK TUA
29. JADI GIMANA?
30. GAVRIEL SAKIT
31. SLIGHTYL DIFFERENT
32. TANDA TANYA
33. 5 MENIT
34. MUNGKIN KEMBALI
35. JANGAN LAGI
37. SURAT UNTUKMU
38. GARA-GARA TYPO
39. YANG SEBENARNYA
40. POISON
41. 00.00
EPILOG
EXTRA PART
YANG LAINNYA
SEQUEL gak ya?
FRIENDZONE (sequel!)

36. TELAH KEMBALI

31.9K 3.3K 600
By Dhnrevarhe

"Hari ini latihan hari kelima. Kalian harus bisa lebih baik daripada hari sebelumnya."

"Siap Pak! Biasanya juga kita selalu keren," timpal Somad mengibaskan rambut berharap ada yang terpesona.

Gavriel terkekeh kecil lantas mengambil air minum serta meneguknya sebelum kembali latihan. Hari-hari biasanya Zera selalu menemani dirinya latihan. Meski terkadang cewek itu sampai tertidur sendirian.

Setidaknya setelah insiden waktu itu. Kini Zera telah bersikap layaknya hari-hari biasa. Tidak selalu murung dan banyak diam. Tadi cewek itu menunggu sambil memakan banyak cilok, sampai berkali-kali Gavriel tegur. Ya dan benar saja sekarang izin ke WC karena mules.

Keringat menetes dari dahi Zera. Cewek itu celingukan memastikan bahwa di kamar mandi sepi. Karena sesuatu yang sudah tidak dapat ditahan memaksa keluar.

"Iya tai, sabar ngapa tai astaghfirullah. Lo jangan gegabah keluarnya. Antri! Dikira gak sakit perut gue." Zera mengunci pintu rapat-rapat.

Tak disangka seseorang tersenyum sambil menunggu di luar kamar mandi. Aluna bercermin menatap wajah cantiknya dibalik pantulan cermin. Cewek itu melihat jam dipergelangan tangan, menghitung waktu yang sudah ditentukan. "Sebentar lagi lo bahagia Zeraaa.... Bahagia di akhirat."

"Abang emang paling best deh." Aluna memainkan rambutnya. Mendadak bau tidak enak memasuki indra penciumannya. Sial! Jadi bener Zera buang air besar. Mana lama sekali.

"Idih! Zera kalo berak bau banget. Makan apaan sih?! Jengkol?" Aluna menutupi hidungnya sambil menahan bau tidak sedap selama menunggu Zera selesai buang air besar.

Ceklek!

"Ah lega." Zera mengelus perutnya. Mungkin efek terlalu banyak makan cilok hingga mules seperti ini. "Hoh? Ngapain lo disini?"

"Hallo Kak Zera, ekh Zera aja deh gak usah pake Kak. Terlalu sopan kesannya." Aluna melangkah ke arah Zera lantas memperhatikkan Zera dari atas hingga bawah.

"Anak curut, gak sopan banget lo." Zera mendorong tubuh Aluna menjauhi dirinya. Risih ditatap seperti itu. Seakan-akan menatap dirinya murahan.

"Zera, Zera... lo itu jangan kasar sama gue. Harusnya lo baik-baikin gue buat akhir-akhir ini kalo mau selamat. Karena sebentar lagi lo dalam bahaya."

"Tau apa lo. Emang lo Tuhan?" sinis Zera.

"Setidaknya gue udah ngerencanain dan kali ini bakalan berhasil."

"Dih rencana apaan? Lo mau nikah terus ngundang gue gitu? Mon maap nih gue sibuk," lantur Zera.

Aluna menghentakkan kakinya. "Kak Zera itu ya! Gak pernah bisa serius!"

"Ngapain gue seriusin lo? Sesama cewek juga." Zera melangkah ke arah cermin. Cewek itu merapikan seragam yang sedikit acak-acakan tanpa memedulikan Aluna yang mencak-mencak dibelakangnya.

Dug!

"Awh! Sakit bego!" Zera mengelus dahinya saat Aluna mendorong tubuhnya dengan kasar hingga membentur tembok.

Plak!

"Murahan." Aluna berdesis. Cewek itu mencekeram dagu Zera dengan kasar lalu menghempaskannya.

"Gue bakalan rebut Gavriel dari lo Zera.... Dan Gavriel bakalan jadi milik gue."

Zera terkekeh pelan tanpa memedulikan sudut bibirnya yang berdarah. "Rebut? Jadi bisa diliat kan sekarang, siapa yang murahan?"

"Gue rebut apa yang seharusnya milik gue. Bodoh." Aluna menatap Zera tajam. "Lo yang rebut Gavriel dari gue dulu. Lo yang MURAHAN."

Zera berfikir sejenak. "Oh atau jangan-jangan lo yang sering nyelakai gue hanya karena Gavriel?"

"Kalo iya kenapa?"

"Sinting lo njing!" Zera menggeleng tak percaya. Dirinya bahkan hampir mati saat dulu-dulu sering celaka. "Cowok yang waktu di rooftop siapa? Itu suruhan lo?" Nafas Zera memburu.

Aluna bersedekap. "Ya, dia Abang gue. Kenapa? Keren kan hampir buat lo jatuh dari atas rooftop saat itu juga."

"Lo berdua sama-sama gila. Setidaknya sekarang gue udah tau sifat busuk lo dan Abang lo!"

"Emang lo tau siapa Abang gue?" Alis Aluna terangkat menggoda.

Zera terdiam. Dulu, ia pernah mendengar suaranya. Terdengar begitu familiar di telinga Zera. Tapi hati kecilnya sulit untuk mengucapkan nama itu.

"Minggir bangsat, gue mau keluar." Zera mendorong tubuh Aluna hingga terjatuh. Cewek itu memegang handle pintu namun tubuhnya kembali ditarik dan dihantamkan ke tembok hingga rasa nyeri menjalar keseluruh tubuh.

"Wah kurang ajar gue dikunciin." Zera mengepalkan tangan saat Aluna mengunci dirinya dari luar.

"SELAMAT BERDUAAN SAMA TAI-TAI LOO!"

"Anjing."

***

"Gue tau rencana lo kali ini."

"Why? Lo gak akan bisa gagalin rencana gue kali ini."

"Lo benar."

"Lo biarin Zera mati detik itu juga?"

"Kita liat aja nanti."

Dia memperhatikkan tubuh seseorang yang semakin menjauh dari pandangannya. Tanpa mau peduli, dia kembali masuk dan mengambil sesuatu dari bilik lemari kecil.

Sebuah botol kecil berisi racun yang akan disuntikan nanti.

Tinggal menunggu beberapa hari lagi.

Dan semuanya akan selesai.

Dendamnya akan terbalas.

Dia akan membalas semua rasa sakit yang diderita sang pacar.

Dan semua ini hanya karena Zera.

"Kali ini gak akan ada yang bisa ngehentiin gue Zera. Lo akan mati hari itu juga."

"Kakak baik, aku suka sama Kakak. Selalu jadi orang baik Kak, meski tanpa aku nanti."

"Gak tanpa lo." Dia berdecak. "Lo pergi begitu aja, tanpa ada kejelasan. Lo bilang lo udah sembuh, kenapa lo pergi? Kenapa!  Kasih gue penjelasan Jessy!"

Prang!

Sebuah vas bunga hancur berkeping-keping disertai tetesan darah.

***

Cewek dengan jaket kulit yang melekat ditubuhnya tak henti-henti melunturkan senyumnya. Hari ini hari ke 2 dirinya berada di Indonesia. Dan dirinya akan mencari seseorang, untuk menyelesaikan sebuah masa lalu yang belum juga selesai, karena kejelasannya ada di surat ini. Meski setelah ini tidak memungkinkan bahwa dirinya akan dibenci.

"Loh? Vanna balik lagi ke Indonesia? Sejak kapan?"

Cewek itu membalas senyuman para tetangganya. "Iya Bu, kangen suasana rumah disini."

"Orang tua kamu mana? Gak ikut pulang? Emang gak mau ke makam anaknya sendiri? Orang tua macam apa itu?" Para tetangga mulai nyinyir.

"Ayah sama Bunda masih sibuk sama kerjaannya di Prancis Bu, jadi gak bisa ikut Jeo ke Indonesia."

"Segitu sibuknya orang tua kamu sampai bertahun-tahun gak ziarah ke makan anaknya?"

"Udah ya Bu, ini keluarga saya. Jadi Jeo mohon Ibu-ibu gak usah ikut campur terlalu jauh ya. Gak sopan." Jeo tersenyum tipis. Lantas pamit kembali masuk ke dalam rumah. Setelah menutup pintu, barulah air matanya tumpah saat itu juga. Rasa nyeri kembali menghantam ulu hatinya.

"Je maafin Kakak. Maafin Mama sama Ayah juga." Dia terus memukul ulu hatinya yang terasa begitu sakit. Pandangannya mengabur. Sebelum kesadarannya hilang. Tangannya mengetikkan sesuatu dan mengirimkan pada seseorang.

Arsen, aku di Indonesia. Aku mohon kamu kesini, aku butuh kamu Arsen. Hati aku sakit banget

***

Ting!

Terdengar bunyi notifikasi dari ponsel Arsen. Cowok yang baru saja selesai dengan latihannya itu seketika membuka pesan dari seseorang. Jantungnya berdegub kencang saat membaca pesan itu.

Dia disini?

Arsen mengacak rambut frustasi. "Kamu ngapain sih?!" Segera ia menyambar tas dan pergi meninggalkan area lapangan. Membuat para teman-temannya menjadi penasaran begitu juga Pak Tino yang bertanya-tanya kemana muridnya yang satu ini. Yang pergi tanpa pamit seperti gebetan.

"Woyy Sen! Lo mau kemana?!" Somad berteriak namun tak mendapat balasan. Mengsedih.

Alis Gavriel ikut tertaut melihat wajah panik Arsen. Tak biasanya cowok itu begitu. Oh iya, ngomong-ngomong dari Zera izin ke toilet. Cewek itu tak kunjung kembali lagi, bahkan tidak ada kabarnya.

"Lo liat Zera gak?" tanya Gavriel pada Somad.

"Ya mana gue tau Gav, dari tadi kan kita latihan."

Gavriel segera berlari meninggalkan lapangan. Seperti Arsen tadi.

"Set dah. Anak murid aing pada kenapa. Lari-larian gitu. Kagak ada capek-capeknya kali ya," celetuk Pak Tino. Matanya melirik sebuah plastik berisi cilok. Tinggal 3 biji. Entah punya siapa tapi nampak terlihat menggoda. Diam-diam Pak Tino melahapnya.

Zera menggaruk lengannya yang gatal. Cewek itu menguap menunggu seseorang membukakan pintu. Tak sengaja tangannya menyenggol dahi yang membiru karena terbentur tembok oleh Aluna. Sialan! Benjol kan!

"Aluna gue sangsi kalo lo perempuan. Sesama perempuan tapi lo begitu, nyakitin gue gak manusiawi. Gue gak habis pikir sama lo. Lagi pula gini nih. Kalo gue putus sama Gavriel jugaan, emang Gavriel nya mau sama lo? Orang walau sinting tuh mikir-mikir," celetuk Zera sendiri. Menistakan Aluna.

"Gavrielll! Tolongin gueee! Siapapun tolongin gueee! Disini bau taiii!" teriak Zera meski sia-sia.

"Awas lo Lun, gue tarik rambut lo nanti sampe lepas dari akar-akarnya," sungut Zera mengebu-gebu. Kesal.

"Zeraaaa!"

Dahi Zera berkerut saat mendengar suara teriakan Gavriel. Lantas cewek itu kembali berteriak agar Gavriel mendengar suaranya. "GAVRIELLLL! Itu lo kan?! Bukain pintunyaaa! Gue bisa mati disini! Pengab bangeettt!"

"Zera lo ngapain di dalem? Masih mules?"

"Ishhh! Gue dikunciin disini! Cepet bukain! Gue udah sesak nafas tau gakkk?!"

"Oh dikunciin," guman Gavriel belum sadar. "Hah? Dikunciin?! Sama siapa Zera?! Lo gapapa kan di dalam?!"

"NAFAS GUE UDAH SESAK SIALAN! LO BANYAK OMONG BANGET!"

"Iya-iya gue bukain!"

Di dalam Zera menggerutu kesal. Nih cowok ganteng-ganteng otaknya lemot. Mana gak konsisten, kadang panggilnya aku-kamu dan sekararang lo-gue lagi. Kampret emang.

Ceklek!

Grep!

Zera mematung. Saat Gavriel melakukan hal yang tak terduga.

"Nafas buatan. Hehe."

***

"Je!"

"Arsenn...."

Dengan segera Arsen berlari mendekati tubuh yang melemah itu. Didekapnya erat, Arsen menyingkirkan rambut yang menutupi wajah pucat pasi itu. "Kenapa nekat? Kenapa kesini?"

Jika saja cewek dalam dekapannya ini tidak sherlock. Pasti Arsen tidak akan tahu dimana keberadaannya. Arsen juga terpaksa masuk ke dalam rumah yang hanya ada dirinya dan juga Jeo. Karena kondisi cewek itu.

"Kamar kamu dimana? Aku bawa kamu ke kamar, habis itu minum obat. Jangan paksain diri kamu buat keluar."

"Aku seneng kamu masih perhatiian sama aku. Aku kira kamu udah lupa sama aku dan lebih pilih Zera. Lagi pula Zera gadis baik kan? Dia juga sehat gak kayak aku. Penyakitan," gumamnya. Mampu membuat Arsen heran.

"Kamu kenal Zera?"

Dia mengangguk. "Aku kenal Zera dari seseorang. Tapi sekarang udah pergi karena aku. Jahat ya. Uhuk!" Arsen segera membopong tubuh Jeo saat kondisi cewek itu sudah tidak bisa dikatakan baik.

"Cukup. Jangan banyak bicara lagi. Nanti kamu kenapa-napa, aku gamau. Oke?"

Cewek itu tersenyum pedih. Terkadang dirinya berfikir bahwa Arsen terlalu baik untuk dimilikinya. Tapi sulit baginya untuk melepas laki-laki dalam dekapannya ini.

"Minum obat, habis itu tidur. Arsen temenin disini. Jangan khawatir."

***

Sedari tadi Gavriel mondar-mandir kesana kemari hanya karena melihat sebuah tanggal di kalender. Seketika dia mengingat bahwa sebentar lagi Zera akan ulang tahun yang ke 18. Namun Gavriel belum juga menemukan hadiah apa yang disukai Zera, dan akan membuat cewek itu senang.

"Gavriel...," lirih Zera menatap Gavriel. "Nanti kalo Zera ulang tahun, Gavriel ucapin selamat ulang tahun buat Zera ya? Zera gak minta hadiah, Zera cuman pengin denger Gavriel ngucapin selamat buat Zera. Itu aja udah lebih dari cukup buat Zera."

Gavriel mengedikkan bahunya. "Kalo gak lupa."

Seketika hatinya berdenyut nyeri mengingat kejadian itu. Dimana dirinya memang sengaja mengerjai Zera. Dengan mengajak Zera ke pusat perbelanjaan dan menyuruh cewek itu memilih sepasang sepatu untuk Aluna. Jika diingat-ingat begitu kejam.

"Gavriel, bantuin Zera pasang gelangnya dong." Zera mengulurkan tangannya ke Gavriel.

"Pasang sendiri gak bisa?" ketus Gavriel.

"Pasanginnnn," rengek Zera terus memaksa.

"Gelang?" Seketika Gavriel mengingat gelang couple miliknya dan Zera. Sayang, gelang yang ia pakai sudah putus saat latihan basket dulu-dulu.

Dulu Zera pengin banget punya gelang couple. Mungkin Gavriel akan membelikan gelang couple untuk dirinya dan Zera dihari ulang tahun cewek itu. Dan mengajak Zera ke suatu tempat agar meninggalkan kenangan yang tak terlupakan.

Tangannya menyambar jaket serta kunci motor. Gavriel akan pergi keluar malam ini mencari hadiah untuk Zeranya.

Cowok itu menghentikkan motornya di depan mall. Gavriel melepas helm dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Baru menginjakkan kakinya disini saja sudah membuat Gavriel risih karena berbagai macam tatapan.

Gavriel berhenti di sebuah tempat aksesoris. Jujur dirinya tidak mengerti perihal seperti ini. Sungguh bukan dirinya banget.

"Mau yang mana Mas."

"Nanti ya Mba, saya liat-liat dulu."

Gavriel memperhatikan berbagai macam gelang. Dari mulai yang bentuknya rumit hingga terlihat aneh. Matanya kemudian terarah pada gelang yang cukup simpel. Namun tetap terlihat menarik. Akhirnya Gavriel membeli itu dan setelahnya cowok itu segera pergi pulang.

Tak sengaja saat melewati rumah yang sudah bertahun-tahun kosong. Kini lampu-lampu rumah itu menyala dan keluar seorang cewek yang sangat Gavriel kenali.

"Jeovanna...."

***

Dari kemarin aku gak pernah tanya2 apapun sama kalian. Itu artinya udah tanda²

Tapi flis kasih kalimat atau kata² di part ini. Bilang apa yang kalian pikirin disini

Makasih yang udah nyempetin

Continue Reading

You'll Also Like

232K 10.7K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...
324K 24.5K 36
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
3.4M 275K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
2.6M 262K 62
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?