MRS. SANJAYA [ON GOING]

By Peachiesgurl_

1.6K 442 820

WARNING! 🚫 MENGANDUNG KATA-KATA KASAR 🚫 BANYAK ADEGAN KEKERASAN 🚫 BANYAK ADEGAN PEMBUNUHAN YANG SADIS 🚫 P... More

CHAPTER 0.1
CHAPTER 0.2
CHAPTER 0.3
CHAPTER 0.4
CHAPTER 0.5
CHAPTER 0.6
CHAPTER 0.7
CHAPTER 0.8
CHAPTER 0.9
CHAPTER 1.0
CHAPTER 1.1
CHAPTER 1.2
CHAPTER 1.4
CHAPTER 1.5

CHAPTER 1.3

49 18 6
By Peachiesgurl_

Ansell menunggu kabar dari kedua putrinya yang sedari tadi tidak bisa di hubungi, bukan hanya mereka. Namun Nena, Mark dan anak buahnya yang lain tidak bisa dihubungi satupun. "Kemana mereka semua?" Gumamnya khawatir, perasaannya menjadi tak enak.

"Lacak keberadaan mereka semua dan segera beritahu saya, apapun itu!" perintah Ansell yang langsung dilaksanakan oleh beberapa orang disana.

Sepuluh menit berlalu masih belum mendapatkan informasi dimana keberadaan kedua putrinya, Ansell duduk di tempat kejayaannya gusar, perasaannya semakin tidak enak. Dia bahkan menyuruh anak buahnya untuk pergi mencari ke lokasi tempat misi terakhir mereka.

Dua jam berlalu, tepat pukul 3:45 AM ACST beberapa mobil memasuki pekarangan massion, tempat kediaman Sanjaya family.

"Woi! Panggil dokter sekarang!" Nena turun dari mobil dengan sejuta kehebohan, tak lama Mark turun dari mobil mengendong tubuh Airin yang penuh dengan darah, ada kain putih menutupi luka gadis itu.

"Kalian dar— ya Tuhan, Airin!" Ansell terkejut melihat putri bontotnya yang sudah tidak sadarkan diri dengan cairan merah pekat ditubuh kecilnya, Ansell segera menghubungi dokter pribadinya.

Ansell mengikuti langkah Mark. "Bawa di ke kamar itu." ucapnya sembari menunjuk pintu ruangan paling pojok kiri. Itu ruang rawat pribadinya.

Setelah berada di dalam ruangan Mark meletakkan tubuh Airin di kasur king-size, Airin langsung ditanganin oleh beberapa orang yang memiliki keahlian dalam bidang medis. Ansell sudah mengatakan pada orang itu untuk tidak menyentuh luka tembak itu sebelum dokter datang, meski dia tahu orang-orangnya itu memiliki keahlian medis, dia tidak akan mempercayakan putrinya selain kepada dokter pribadinya.

"Om Ansell, Airin mengalami pendarahan pada bagian perutnya. Dia terkena tembakan, saya engga tau pasti peluru apa yang mengenai tubuhnya tapi tidak terlalu mematikan." Mark menjelaskan kejadian apa yang dia lihat tadi.

"FN57, itu pistol yang di pakai musuh." Nena tiba-tiba angkat bicara.

"Kok lo tau?" tanya Nisla yang baru saja datang ke ruangan.

"Gue liat pasukan musuh rata-rata pake pistol itu," jawab Nena sedikit panik sembari menggigit kukunya.

Nisla memberikan berkas yang ia bawa ke Ansell. "Ini semua berkas perusahan Bramasta yang aku dapat, Dad."

"Kamu engga apa-apa kan, Kamila?" Ansell menerima berkas itu tak sengaja melihat tangan kanan Nisla terlilit sapu tangan berwarna biru dengan bercak darah yang terlihat baru.

"Aku engga apa-apa, Dad," jawab Nisla, ia segera pergi dari ruang rawat Airin setelah memberikan berkas-berkas itu ke Ansell.

Tak lama pria paruh baya berjas putih masuk ke dalam ruangan Airin.

"Hi, how are you Mr. Sanjaya?" tanya Jacob, dokter pribadi Ansell selama bertahun-tahun.

"I'm good. How about you, Jacob?" jawab Ansell sekaligus bertanya pada Jacob.

"I'm okay, I'll check your daughter's condition first." Jacob mengeluarkan beberapa perlengkapan yang ada di dalam tasnya.

Nena dan Mark pamit keluar dari ruangan, untuk menjaga privasi Airin, Ansell dan Jacob.

"Bagaimana keadaan putriku?" tanya Ansell khawatir.

"Dia baik-baik saja, posisi peluru tidak terlalu dalam dan tidak harus melakukan operasi." Jacob mengambil peluru FN57 di dalam perut Airin hanya menggunakan pinset, setelah berhasil mengeluarkannya Jacob menjahit luka Airin lalu menutupinya dengan kain kasa.

"Jacob, bisakah kau pergi ke kamar Nisla untuk mengecek kondisinya? Tadi aku melihat tangannya terluka."

"Bisa, aku sudah selesai menjahit luka Airin. Jangan lupa berikan obat pereda nyeri dan vitamin yang aku berikan," ucap Jacob meletakkan beberapa pil yang berbeda di atas meja nakas.

"Terima kasih banyak, Jacob."

"Sama-sama, kapanpun kau butuh bantuan aku siap datang kemari. Baiklah, aku ke kamar Nisla dulu. Kau jaga Airin dengan baik dan jangan biarkan siapapun masuk, dia butuh istirahat yang banyak." Setelah mengatakan itu Jacob keluar dari ruangan Airin dan menunju ke kamar Nisla. Tentu saja dia sudah tahu keberadaan kamar Nisla, Jacob bekerja dengan Ansell bukan setahun atau dua tahun, tetapi, sejak istrinya Ansell masih hidup.

Tiba-tiba seorang gadis meringis nahan rasa sakit di tangannya, Nisla melihat wajahnya di cermin pun tidak beda jauh dari tangannya. Penuh luka lebam bahkan sudut bibirnya sobek. Bukan hanya luarnya, tapi dalamnya juga penuh luka.

"Mom, i miss you so much." Nisla memegang sebuah bingkai foto terbuat dari kayu berwarna coklat dengan kaca untuk melindungi foto seorang wanita cantik berusia 22 tahun yang tengah mengandung anaknya berusia 7 bulan. Di dalam perut wanita hamil itu adalah Nisla dan Airin.

"Mom, kata Daddy dulu aku sama Airin mirip banget kayak anak kembar. Tapi, emang anak kembar sih kan cuma beda beberapa menit aja. Kok sekarang beda banget sih? Terus kenapa kalo sekolah harus beda tingkatan kelas? Padahal gak masalah kalo aku sekelas sama Airin, pasti Airin suka malu kan ya seumuran denganku tapi dia kelasnya dibawah tingkatan aku." Nisla tersenyum tipis memandang wajah Auristella Sanjaya -ibunya- yang tengah berpose dengan senyuman manisnya menyentuh perut buncitnya bahagia.

Jika Nisla adalah duplikatan Ansell maka Airin duplikatan Auristella, wajah mereka benar-benar berbeda. Nisla memiliki wajah cantik, tegas, bermata tajam, dingin, dan jarang sekali mengeluarkan senyumnya mirip sekali dengan Ayahnya. Sedangkan, Airin memiliki wajah cantik dan imut, ia juga sering tersenyum pada siapapun sama seperti ibunya.

"Mom, dulu aku pas baru lahir imut engga? Aku gak pernah liat foto aku ataupun Airin sewaktu bayi, Daddy menyembunyikannya."

Gadis itu menghela nafasnya berat. "Aku engga pernah ngerasain kasih sayang dari Mommy. Kenapa Mommy ninggalin aku?"

"Walaupun aku belum pernah ngerasain pelukan Mommy, aku benar-benar merindukanmu. I miss you, Mom." Nisla memeluk erat bingkai foto itu, ia tidak peduli jika itu akan membuat bingkai foto kotor dengan darah entah milik siapa yang menghiasi baju dan tubuhnya.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu membuyarkan lamunan Nisla, ia meletakkan foto Auristella di meja riasnya lalu membukakan pintu kamarnya. "Ada apa kesini?" tanyanya ketika melihat Jacob yang tersenyum berdiri di hadapannya.

"Saya dengar kamu terluka. Jadi, saya kesini untuk memeriksa luka kamu sebentar," jawab Jacob, ia sempat melirik tangan kanan Nisla yang terlilit sapu tangan.

"Aku tidak butuh."

"Saya memaksa Nisla, tanganmu terluka."

"Aku bisa menyembuhkannya sendiri."

"Tanganmu akan infeksi jika tidak segera di obati. Keluar sebentar, aku tunggu kau di ruang tamu."

Nisla memutar bola matanya malas, ia kembali masuk ke dalam kamar dan mengganti bajunya yang sobek di beberapa akibat tarikan musuh.

Gadis itu menuruni anak tangga dan melihat Jacob yang sudah duduk di ruang tamu dengan berbagai macam perlengkapan medis untuk mengobati luka di tangan Nisla.

"Cepat dan jangan lama!" ujar Nisla dingin. Ia duduk di samping Jacob sambil mengulurkan tangan kanannya.

Jacob mengangguk dan langsung mengobati luka di tangan Nisla yang bisa ia tebak bahwa ini adalah luka terkena lesatan peluru.

"Ini harus di jahit."

"Jahit lah, aku tidak peduli."

"Kau bisa menahan sakit tanpa obat bius?"

Nisla tertawa kecil. "Kau meremehkanku, Jacob."

"Baiklah, jika kau kesakitan bilang saja maka aku akan menghentikannya," ucap Jacob sambil menyiapkan jarum jahit.

"Wait, kau benar-benar ingin menjahit tanganku tanpa anestesi?"

Jacob mengangguk. "Kau yang memintanya, tadi kamu bilang tidak peduli."

"Bukan itu maksudku, jahit saja aku tidak peduli bukan berarti aku menolak menggunakan anestesi." Jacob tertawa mendengar penuturan Nisla.

"Kamu benar-benar sudah dewasa, Nisla."

"Ck! Kau masih berpikir aku takut sama jarum suntik seperti anak kecil yang akan menangis dan kabur, begitu?" kata Nisla, nadanya sinis dan sangat tidak enak untuk di dengar. Namun, Jacob bisa memahami gadis itu. Bukan hanya Nisla yang sering berbicara seperti itu, Ansell pun juga sama.

"Mungkin saja kau masih takut dengan jarum suntik seperti dulu." Jacob menjahit tangan Nisla setelah memberikan gadis itu suntikan anestesi.

Nisla tertawa mendengarnya. "Itu dulu, sekarang sudah berbeda. Ah tidak, tapi sangat berbeda. Jarum suntik tidak seberapa sakitnya jika di bandingkan dengan tusukan sebuah belati atau bahkan sebuah peluru yang akan menembus jantungmu."

Terdengar sangat mengerikan, ucapan Nisla memang faktanya seperti itu. Jacob belum pernah tertusuk atau terkena tembakan, tetapi melihat Ansell dan kedua putrinya yang selalu kena tusukan dan terkena tembakan membuat Jacob memahami kehidupan keluarga mafia terkuat di seluruh dunia yang sangat keras dan gelap.

Ceklek!

Ansell baru keluar dari ruangan Airin dan menghampiri Nisla yang sedang diobati oleh Jacob.

"Ansell, kau tak perlu khawatir. Nisla baik-baik saja hanya keras kepala seperti dirimu, dia tidak ingin diobati jika aku tidak memaksa," jelas Jacob tanpa di minta oleh Ansell.

"Terima kasih, Jacob. Kau sudah banyak membantu keluargaku."

"It doesn't matter to me, this is the work I have to do." Jacob tersenyum senang telah membantu keluarga Sanjaya yang baik dengan keluarganya juga.

Ansell beralih ke putri sulungnya. "The last mission was successful."

"Aku tau, Dad," ujar Nisla lelah. Tubuhnya butuh waktu untuk beristirahat.

"Habis ini kamu mau jalan-jalan atau gimana?" tanya Ansell dengan ekspresi wajah datarnya.

"Aku mau langsung balik aja ke Indonesia, udah berapa hari aku gak masuk sekolah."

"Hari ini kamu mau balik?"

"Iya, aku udah pesan tiket pesawat untuk penerbangan jam sebelas pagi."

Ansell melihat arlogi hitam di pergelangan tangannya menandakan sekarang sudah jam lima pagi. "Enam jam lagi kamu berangkat? Bagaimana dengan Airin?"

"Dia bukan anak kecil lagi yang harus kemana-mana bareng aku terus, dia bisa balik sendiri."

Jacob yang mendengar itu mengangguk setuju, lagipula Airin juga sudah memiliki kartu identitas sendiri apa yang harus ditakuti?

"Ya udah kalo itu mau kamu, Daddy gak melarang," ucap Ansell pasrah.

Nisla bangkit dari duduknya. "Aku masuk ke kamar dulu mau beres-beres."

Gadis itu lupa mengucapkan terima kasih pada Jacob yang telah mengobati lukanya.

"Nisla sangat mirip denganmu, Ansell," ujar Jacob membuat Ansell menoleh ke arahnya dengan senyum penuh arti.

"Dia akan menjadi penerus keluarga Sanjaya, Jacob."

Sang dokter pribadinya pun menggeleng pelan sambil menatap Ansell sendu. "Dia tidak akan mau menjadi penerusmu, Ansell. Bukan itu yang ia inginkan selama ini," ucapnya lemah lembut.

"Kau tidak tahu apa-apa tentang anakku, Jacob."

"Kau lupa bahwa aku psikolog? Maka aku ingatkan sekali lagi, Nisla hanya ingin menemukan siapa pembunuh ibunya bukan ingin menjadi penerusmu." kecam Jacob membuat Ansell terdiam dalam seribu Bahasa. Namun itu bukan penghalang baginya, Nisla harus menjadi penerusnya nanti.


☞🔪•🔪•🔪•🔪•🔪•🔪•🔪•🔪•🔪☜

VOTE, COMENT, AND SHARE!
☞☠️•☠️•☠️•☠️•☠️•☠️•☠️•☠️•☠️☜

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 78.9K 36
SELESAI (SUDAH TERBIT+part masih lengkap) "Nek saumpomo awakdewe mati, awakdewe bakal mati pas negakke keadilan. Mergo sejatine hukum kui kudu sing r...
KENZOLIA By Alpanjii

Mystery / Thriller

76.6K 4.2K 13
Iexglez diketuai oleh Kenzo, anggota inti menyamar menjadi siswa di SMA Rajawali untuk suatu misi. Ditengah misi itu ada Lilia, gadis yang Kenzo suka...
6.1M 480K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
79.9K 2.8K 46
Will you still love me when I'm be a monster? --------------- Shella yang dituntut sempurna oleh orang tuanya hanya dikenal sebagai cewek paling popu...