Exist Season2

By VULNERABOY

6.1K 21 57

6K Makasih banyak buat yang udah baca walaupun sampe sini doang nih←. Revisi Penulisan lebih nyaman di mata. ... More

EPS 1: Care attention
Episode 2: The truth is out
Episode 4: Memburuk
Episode 5: Drama!
Episode 6: The Night to forget
Episode 7: Space
Episode 8: Ada apa sih?!
Episode 9 : Rekor baru
Episode 10: Terikat
Episode 11: Terlepas
Episode 12: play date
Episode 13: Do what you have to do

Episode 3 : Ride

2 3 13
By VULNERABOY

Kenapa juga ada cewek si rambut gelombang sebahu itu di sini?

Buat rasa kesal karena kakiku yang sakit, jadi berlipat ganda.

Aku sedang pms dan ini hari terakhir pmsku.

Namun tingkah dia lebih tidak mudah ditebak.

"Hy," kata si rambut gelombang sebahu itu, dia mengajakku bicara.

Tingkah yang sulit ditebak seperti menyapaku begini memecahkan stigma kalau cewek ini menyebalkan.

Aku bukan kasihan, tapi sumpah.

Wajahnya super pucat.
Jika dilihat dari jarak sedekat ini.

Dia seperti sakit, maksudku... Helo Ralin... ini UKS di sini tempatnya siswa atau siswi yang sakit.

Aku hanya mengangguk.
Saat dia katakan 'Hy'.

"Maaf, sudah beritahu dimana kau berada waktu Hardy mengejarmu tadi," katanya serius menyesal.

Aku kira dia menyebalkan, mungkin hanya Atan saja yang menyebalkan.

"Ya....tak masalah," kataku.
"Aku Ralin Ruby,"

"Aku Selma,"

Kami berkenalan.

"Kau kenapa?"
"Sampai wajahmu pucat sekali,"

"Entahlah, Aku tak sempat ke kantin,"
"Tadi berdebat dengan Atan di ruang loker cukup lama dan karena itu Aku tidak ke kantin,"

"Memangnya apa yang kalian debatkan?" kataku.

Dia malah balik bertanya setelah bercerita kenapa mereka debat.

"Aku hanya penasaran bertanya, soal waktu kelas 10 dulu tentang dia muka dua," itu alasan yang buat mereka debat.

"Kau tahu sesuatu tentang Atan kenapa disebut muka dua tidak?" dan Selma balik tanya soal ini.

Aku kira Selma dekat dengan Atan sudah tahu rumor itu, Atau dia hanya ingin tahu dari perpsektif orang lain.

Sebenarnya kita sudah kelas 11 pun, Atan tetap disebut muka dua.

"Kau tak tahu?" kataku sedikit tak menyangka.

"Aku tahu kok, tapi maksudku kenapa Atan disebut begitu?" kata Selma.

"Aku dengar Atan itu fake nerd, yang Aku tahu hanya itu sih," jelasku.

"Kau kenal Diana?" kata Selma.

"Diana mantannya Miguel, ya Aku tahu.... tapi tidak kenal,"

"Kau bilang semua hal itu karena tahu Miguel pernah tinggal serumah denganku, Atau bagaimana?" kenapa juga Dia tanya Diana kepadaku.

"Aku tahu itu karena kalian sering satu mobil saat pulang sekolah, Aku tidak tahu kalau kalian pernah serumah, maksudku bisa tidak kita tetap bahas Diana dulu," kata Selma.

"Iya itu tadi Aku tahu, tapi tidak kenal, Miguel pernah bawa Diana ke rumah dan Aku tak pernah turun dari kamarku saat itu," jelasku.

"Maksudku kenapa kau tanya Aku tahu Diana atau tidak, alasannya apa?" tentu Aku harus balik bertanya dong, kenapa Selma tiba-tiba bahas Diana.

"Bisa tidak kalian berdua jaga rahasia ini...." kata Selma hati-hati.

Melirik kepadaku dan Madu yang selesai membuat teh hangat untuk Selma.

"Rahasia Apa?" Aku penasaran.

"Atan, bukan hanya fake nerd, tapi dia juga pernah menculik Diana kelas 10 dulu,"

"Masa?"
"Ih kok Miguel tak pernah cerita padaku soal ini?"

"Percayalah, Aku tahu ini dari salah satu teman Atan, dia mata-mataku,"

"Kau memata-matai gebetanmu sendiri?" kataku.

"Memangnya kau bisa tenang-tenang saja...., Punya gebetan fake nerd dan dibenci satu sekolah?"
"Dia juga punya banyak rahasia lain,"
"Salah satunya itu, dia menculik Diana,"

"Kak Atan culik Kak Diana?"
"Kak Diana yang mana?" Madu yang tak tahu apa-apa bingung.

Mungkin sama seperti kalian.

"Sudahlah kalau Madu tidak tahu, pura-pura tahu saja," kataku.

Aku juga harap kalian begitu, kalian pura-pura tahu saja biarkan cerita ini mengalir seperti keringatku yang mengalir tiba-tiba.

Karena kangen dengan sosok Miguel.

"Oke kak Ralin,"

"Ralin, kau mau tidak buat rencana?"

"Rencana Apa?"

"Menjebak Atan,"
"Atan sedang berurusan dengan Kean bisa saja dia menculik Shinta, sama seperti menculik Diana saat berurusan dengan Miguel waktu itu,"

Sekarang kalian penasaran siapa juga Kean dan Shinta.

Kean dan Shinta itu anak eskul drama, yang Aku tahu hanya itu, jangan ditanya kenapa Atan berurusan dengan Kean.

Aku pernah dengar dari Miguel kalau Kean itu menyebalkan dan suka meledek orang.

Apalagi meledek Atan yang dibenci satu sekolah, uhh Aku yakin ledekannya Kean ke Atan lebih hebat lagi.

"Memangnya kau yakin Atan akan lakukan 'penculikan' itu lagi?" kataku.

"Iya Aku yakin, dia pernah cerita ke mata-mataku," jelas Selma.

"Sebenarnya siapa mata-matamu?"
"Kok kerjanya bagus sekali,"

"Dia salah satu teman dekat Atan,"
"Aku kan sudah bilang," kata Selma.

"Bukan itu, sebenarnya dia siapa Aku mau pakai jasanya sih hehe," Aku malah bercanda disaat yang tidak tepat.

Maafkan Aku.

Aku bercanda untuk hilangkan takutku terhadap Atan.

Ya, Aku jadi takut dengan Atan si fake nerd itu.

"Ralin, bagaimana kau mau membantuku atau tidak?"

"Aku mau," Aku mengangguk dengan sadar.

"Jadi begini, jika Atan coba menculikmu.... Maksudku amit-amit, saat hal itu terjadi kau bagi lokasimu dan kita akan tukar posisi, atau tidak Aku akan muncul secara tiba-tiba,"

"Biar hubunganku dengan Atan selesai saat Aku berhasil menjebaknnya nanti,"

"Atan itu gebetanmu kan....,"
"Kenapa kau ingin selesaikan hubungan, jadian dengan dia saja belum," kataku.

"Iya sih, tapi aku tak tahan,"
"Lagipula Aku lebih baik sendiri, sendiri itu bebas,"
"Aku capek berdebat dengan dia, seperti di ruang loker tadi,"
"Kau kira ini yang pertama kalinya kita debat?"

"Ih mana Aku tahu, mungkin ini yang kedua?"

"Tentu tidak, ini yang ketiga kalinya,"

"Ya ampun kak Selma serius kau tidak ke kantin karena debat dengan kak Atan sampai sakit begini, dan ini yang ketiga kalinya?" Madu kasihan.

"Yaaa, untuk yang pertama kali dia yang marah, yang kedua kali Aku yang marah, dan kali ini kami berdua marah,"

"Tak tahu sih, Aku minta tolong pada siapa, Aku tak punya teman perempuan karena Aku di cap cewek aneh dekat dengan Atan,"

"Baiklah Sel,"
"Aku bisa membantumu,"
"Astrid bilang kalau hubungan salah satunya atau keduanya saling merugikan disebut hubungan toxic"

"Dan tak boleh kita berlama-lama dalam hubungan yang seperti itu, Itu kata Astrid," jelasku.

"Ralin Aku boleh minta kontakmu?"

"Tentu,"

Aku berikan kontakku ke Selma, karena kami sama-sama perempuan.

Aku bisa merasakan jadi Selma.
Aku kasihan padanya, dia butuh pertolongan, dan mungkin hanya Aku yang bisa dia mintai tolong.

Karena Selma.
Tak punya teman.
Maksudku, siapa yang mau temani cewek seperti Selma yang dekat dengan cowok yang dibenci satu sekolah.

Aku juga kira dia menyebalkan.
Tapi nyatanya tidak kok.

Kami bertiga berpelukan.
Aku, Selma dan Madu.

Kami bertiga bicarakan tentang Atan.

Apakah Atan penting?

Jawabannya iya.

Aku harus tahu dengan siapa Aku berhadapan.

Kami bicarakan rumor yang tersebar tentang Atan.

Dan ingin dengar faktanya dari Selma.

90% rumor itu benar.
10% rumor itu salah.

Atan pernah ke psikiater, bukan berarti Aku jijik dengan seseorang dengan mental illness.

Atan pernah debat dengan guru, dan menyogok sekolah untuk keluarkan guru itu.

Atan pernah keluarkan dari NHS kakak dan adiknya yang berurusan dengan dia sekaligus.

Atan itu fake nerd.

Dan semuanya benar.

10% rumor yang salah adalah soal Atan dan Selma adalah pasangan.

Padahal jadian saja belum.

Sekarang Aku tahu sesuatu.



Saat jam pulang sekolah....

Aku ingat Astrid pernah bilang pulang saja tanpa aku.

Dan Papah tak bisa jemput, saat Aku ingin membalasnya hpku mati, oh iya kakiku sudah tak merasakan sakitnya terkilir.

Kakiku baik-baik saja, tapi tak sepenuhnya baik-baik saja.

Jika orang lihat.... jalanku baik-baik saja, tapi Aku masih merasakan sakitnya, walau sedikiit.

Buatku hela napas saat sampai trotoar depan sekolah.

Kenapa Aku berdiri di sini, jawabannya Aku tidak tahu.

Aku butuh istirahatkan kakiku.

Hpku mati.
Benar-benar mati.

Ada cowok potongan undercut dan memakai kacamata menghampiriku.

"Hai Ralin,"

Aku tak meresponnya, lagipula siapa dia.... Tiba-tiba menyapaku.

"Aku Atan.... Aku lihat kok, saat kau tampar Hardy di ruang loker.... Aku suka gayamu apalagi suara tamparanmu"

"Pasti sangat sakit dipipinya playboy itu, serius ini bukan sarkasme, karena Aku benci Hardy,"

Atan.

Oh iya ini yang namanya Atan.

Kenapa dia masih di sini sih?

"Mau bareng Aku atau tidak?"

Aku mulai takut.

Aku tahu dia biasanya bawa mobil sendiri, tapi entah kenapa dia jemput begini.

Bukan itu masalahnya, kenapa tunggu jemputannya di sebelahku sih!

Aku kan malu.
Ini benar-benar memalukan.
Bukan memalukan yang seperti waktu Aku dibopong Hardy waktu itu.

"Ayolah," ajaknya.

Aku hanya mengeleng sambil tersenyum, terpaksa.

"Oh iya kau kan dijemput Papahmu ya..., Dah Ralin Aku duluan,"

"Iya...." kataku mengangguk.

Dan coba tebak apa yang Aku lihat, Ada yang lebih mengerikan dari Atan.

Ada Elang dengan motornya yang mendekat kearahku.

"Ralin,"

Aku pura-pura tak melihat.

"Ralin kau mau pulang bareng Aku atau tidak?"

Aku menggelengkan kepalaku, tanpa melihat kearah Elang.

"Aku pulang bareng papah," kataku menggembungkan pipiku saat selesai menolak ajakan Elang.

Elang mengangguk paham kalau Aku menolak ajakannya lalu dia pergi.

Hal yang paling mengerikan adalah, aku dihampiri Hardy.

Rasanya masih malu bertemu dia, karena Aku pernah menamparnya.

"Hey cewek Imut,"
"Kau tidak dijemput?"

"Darimana kau tahu.... Kalau Aku biasanya dijemput?"

"Aku kan menyukaimu, jadi Aku diam-diam perhatikanmu lho," katanya jahil.

Aku hanya kesal dan Aku tahan.
Aku tahan rasa kesalku, ingin menampar wajahnya lagi seperti di ruang loker.

Ya ampun orang ini.

Ternyata Hardy menyebalkan ya.
Dia menganggu.

Hardy memukul-mukul jok belakang motor sport warna kuningnya.

Menyuruhku duduk di situ.

Haduh.
Hardy menatapku sambil lakukan itu.
Mana dia senyum dan mengangkat alisnya.

Aku seperti terhipnotis sama seperti dia waktu membujukku untuk temani dia makan bekal di ruang loker.

Waktu itu Aku menurut saja, tapi kali ini huhu sama saja, Aku seperti terhipnotis.

Aku mendekat.
Dan Aku duduk.
Aku bisa duduk karena bantuan trotoar, tanpa trotoar, pasti aku kesulitan.

Aku hanya melihat punggung Hardy.

"Maaf helmnya cuma satu," katanya.

Aku katakan Iya.
Sudahlah iya-iya saja biar cepat.

Dan kami belum jalan juga.

Dia bicara, Aku tak mau dengar dia bilang apa, bagaimana kalau dia cuma gombal.

Aku hanya katakan iya-iya saja biar cepat jalan.

"Yeee dimana kau tinggal?"

Tentu jawabanku iya juga.

"Iya apanya yang Iya coba,"
"Ralin dimana kau tinggal?"

"Astrid bilang kalau cowok ingin tahu rumah cewek, itu bisa jadi hanya modus," kataku.

"Jangan melawak, Lalu Aku harus antarkan kau kemana?"

"Pena hijau, turunkan Aku di gapura komplek Pena Hijau," kataku.

"Serius?" kata Hardy tak menyangka.

"Memangnya kenapa?" kataku.

"Aku juga tinggal di situ,"

"Ih masa?"

"Serius, Aku di blok F, kau?"

"Blok G no.72,"

"Jadi kita hanya beda blok saja?"

"Ih kau seriusan tinggal di Pena Hijau?"
"Sejak kapan?" Aku tersenyum dan kenapa senang dengar hal ini.

"Sejak Aku kecil, Aku memang tinggal di situ.... itu rumah papah biologisku,"

Apa maksudnya dia bilang itu rumah papah biologisnya?

Aku juga tinggal di rumah papah biologisku, tapi tak usah selengkap itu kan.

Tinggal katakan saja itu rumahmu meski itu rumah orang tuamu.

Aku pasti akan mengerti.

Kami sempat tak ada obrolan.
Karena jujur Aku gerogi.
Apalagi Aku masih tak menyangka, kalau rumah kita hanya beda blok.

Ya ampun parfumnya Hardy.

Aku tak pernah keluar rumah, Aku hanya kenal kiri dan kanan rumahku.

Sebelah kanan Rumahku adalah Rumah Astrid.
Sebelah kiri Rumahku adalah Rumah Mirah.

Aku tak punya teman Rumah yang lain lagi, karena Aku jarang ke luar Rumah.

Kau tahu Pena Hijau itu sepi, sama seperti perumahan pada umumnya.

"Pegangan....," kata Hardy tiba-tiba.

"Tidak mau," kataku.

Hardy sempat ngebut sebelum akhirnya mengerem mendadak.

Astrid bilang ini yang disebut 'Main rem'.

Aku mencubit perut Hardy sekeras mungkin.

"Ralin sakit," katanya.

Dia malah lanjut jalan, bahkan membawaku ngebut.

"Ih berhenti Hardy!"
"Berhenti!"

"Lepaskan dulu, kita bisa kecelakaan kalau begini caranya"

"Kau yang buat kita kecelakaan!"
"Kenapa kau sempat mengerem mendadak tadi!" Aku masih cengkram perutnya.

Buat dia menepi.
Dan kami menepi di trotoar.
Aku cepat-cepat turun dari motornya saat benar-benar sudah berhenti.

Aku menjauh dari Hardy.

Hardy menatap cemas kearahku.
Sebelum Akhirnya dia tertawa kikuk.

"Maaf," Hardy mencabut kunci motornya, Dia juga ikut turun dari motornya.

Aku mulai takut dengan dia.

Dia mulai mendekat.

"Ralin, mau apa kau minta berhenti?"

"Tidak lucu Hardy!"
"Yang barusan tidak lucu!"
"Aku tahu, itu namanya main rem,"

Hardy seperti menahan tawa saatku katakan itu.

"Aku kan sudah menyuruhmu untuk pegangan tadi," kata Hardy, dia pikir ini lucu.

Aku agak mundur ketakutan.
Hardy mendekatiku lagi.

"Ralin.... Kau kenapa?" dia berhenti mendekatiku.

"Jangan lakukan itu lagi," Aku menutupi dadaku dengan tangan.

Astrid pernah bilang, mereka para cowok gunakan kesempatan saat 'Main Rem' itu agar dia merasakan sesuatu dari belakang.

Jadi untuk perempuan, kalian harus hati-hati, Aku bukan menakut-nakuti tapi waspada tak ada salahnya, bukan?

Aku pindahkan tasku ke perut.

"Maaf," Kata Hardy.

Aku masih belum berani naik ke motornya lagi.

Hardy menggandeng tanganku, tanpa izin.

Mungkin ini adalah jurus jitu playboy yang satu ini.

Suka berbuat tanpa izin.

Seperti dia mengajakku pulang tanpa izin.

Hanya menepuk-nepuk jok motor, salahku kenapa terhipnotis sih.

"Ralin...."
"Jangan diam saja, Aku minta maaf,"
"Kau tak mau lanjutkan pulang bersamaku?"
"Aku bisa pesankan ojol untukmu dari sini.... Aku tanggung jawab kok,"

Aku menggelengkan kepalaku.
Lalu naik ke motornya Hardy dengan bantuan trotoar lagi.

Asal kalian tahu dudukan motornya Hardy cukup tinggi, Aku saja yang pendek, iya tahu.

Hardy tak mengajakku bicara.

Meski dia tak mengajakku bicara, tapi itu bisa redakan amarahku.

Sekali lagi, Kau tak bisa marah lama-lama ke orang yang kau suka.

Apakah itu bahaya?
Astrid bilang itu ada bahayanya.

Kalau kau tak bisa marah lama-lama ke orang yang kau suka..... Itu berarti kau sudah tak pakai logika.

Lagipula gunakan logika bukan keahlian perempuan.

Astrid bilang kita para perempuan bertindak pakai perasaan, sedangkan laki-laki pakai logika.

Astrid juga pernah bilang.....
Makanya jika Astrid putus rasanya sangat sakit, seolah laki-laki itu kejam.

Padahal tidak, laki-laki masih berpikir pakai logika, kalau sudah tidak bisa lanjutkan untuk apa masih bersama.

Itu kutipan salah satu mantan Astrid.

Parfumnya buatku mengantuk.

Tangaku bergerak sendiri memeluk perut Hardy.

Dia tak hiraukan itu.

Kenapa punggungya terasa sangat nyaman, buatku makin mengantuk.

Aku hilangkan kantukku dengan membuka mata, tapi kami sudah sampai blok G, blok rumahku.

Ih berarti Aku ketiduran dong!?

"Sampai," kata Hardy.

Aku turun dari motornya, lalu balikan lagi tasku ke punggung.

Pak Ikin, satpam rumahku bukakan gerbangnya.

"Makasih sudah antarkan Aku pulang," Aku katakan itu melihat sepatu Hardy.

Aku balik badan lagi dan masih menunduk.

Aku berjalan masuk.

Aku sudah masuk, tapi suara gerbang diseret masih terdengar.

Kenapa menutup gerbang saja lama sekali?

Buatku lihat kebelakang lagi.

Pak Ikin ternyata buka gerbangnya lebar-lebar untuk Hardy masuk.

Ya ampun, bagaimana cara mengusir playboy ini pergi.

Hardy memarkirkan motornya di depan garasi rumahku.

Dia melepas helmnya dan menaruh helmnya di tangki motor kuningnya itu.

Oke kalian sudah bertemu Pak Ikin satpam rumahku, dan yang ini asisten rumah tangga kami, Bi Inah.

Kali ini Bi Inah tak perlu mengadu ke Mamah kalau Aku bawa cowok ke rumah, karena kali ini Mamah pasti ada di rumah.

"Non Ralin dengan siapa?"

"Teman,"

"Bukan bu, Aku pacarnya," kata Hardy tak terima.

Hardy keterlaluan.

Bi Inah masuk, lalu dia katakan pada mamahku kalau Aku bawa pacar ke rumah.

Ih makin kacau kan!

Ini semua gara-gara Hardy, kenapa dia tak langsung pulang saja sih!

"Siapa namamu?"

"Aku Hardy tante, kalau nama tante?"

Ya ampun, Hardy sok akrab sekali dengan Mamahku.

Mungkin Hardy sudah biasa ketemu dengan para orang tua dari anak yang dia ajak jalan.

Darimana Aku tahu?

Entahlah itu hanya muncul dikepalaku.

"Nama Tante.... Alya,"
"Kamu tinggal dimana nak Hardy?"

"Aku.... Di blok F, anaknya tante Citra,"

Idih penting sekali ya sebutkan namanya, Aku kesal dengar semua itu sambil melangkahkan kakiku ke kamarku di lantai atas.

"Oh tante Citra, kenal.... Teman Arisan Tante lho Mamah kamu itu, Papah kamu Herman kan?"

"Iya sih tapi bukan, Papah biologisku namanya Harto.... Tante,"

Aku sempat berhenti saat dengar itu.

Oh jadi alasan Hardy bawa-bawa masalah 'Papah biologis' segala.

Huh jadi Hardy anak broken home?

Aku cukup tahu.

Aku ke kamarku, melepas tas buru-buru, jangan sampai Mamah ceritakan hal yang memalukan tentangku.

Aku cepat-cepat lepas semua seragamku, dan pakai kaus yang ukurannya diatas ukuran tubuhku.

Kaus itu jatuh sampai ke atas lututku, dan Aku bercermin, Aku seperti hanya memakai kaus ini terlihat di cermin, bahkan celana pendekku tak terlihat.

Lupakan saat Aku bahas anting-anting berujungkan pom-pom yang pernah tren di tahun 2016.

Ya.... Pantas Celine mengatakanku 'Cupu' juga 'Tak punya mulut dan hati'.

Ini tahun 2017, baju kebesaran sedang tren di tahun ini, Itu alasanku beli baju yang ukurannya lebih besar dariku.

Jika kalian M dan yang kalian pakai L.
Jika kalian L dan yang kalian Xl.
Begitu seterusnya.

Aku copot semua foto yang menempel di belakang pintu selagi Aku masih ingat.

Aku kuncir ulang ponytailku saat menuruni tangga.

Kalian miringkan kepala saat menguncir rambut, bukan?.

Buat baju yang ku pakai agak turun dan memerkan bahu dan minisetku saat miringkan tubuhku tadi.

Aku duduk di ruang tengah, mengambil bantal sopha dan pangku saatku duduk di sopha.

Aku lihat Hardy seperti kikuk melihatku.

Dia tengah meminum Jus mangga.
Aku ingat ini sedang musim angin, pohon mangga dekat rumahku berbuah.

Aku minum yang punya Mamahku.

"Apa yang kalian bicarakan saatku tak ada?"

"Mamahmu mengira Aku kakak kelas,"

"Ih memang tinggimu tak wajar,"

"Body shaming, oke kalau begitu Imutmu juga tak wajar,"

Aku kesal dan menaruh jus mangga ini saat selesai meminumnya, dan esbatunya terbuat dari Air yang dicampur kental manis dan Aku yakin Bi Inah tambahkan juga Es Krim vanilla kesukaanku.

"Minumannya enak," kata Hardy ikuti Aku minum.

Aku selesai minum dan pikirkan cara bagaimana usir Hardy dari sini sebelum Papah datang

Aku takut Papah juga tak setuju Aku dekat dengan Hardy, masalahnya itu.

Saat dia selesai minum.

Kira-kira bagaimana cara mengusir orang ini.

"Makasih telah antarkan Aku pulang,"
Aku bangkit berharap dia bangkit, dia malah bersandar nyaman di sopha itu.

"Hardy, Pulanglah....,"
"Terima kasih telah mengantarkanku pulang,"

Aku berharap dia bangkit.
Dia masih bersandar.
Malah menangguk-angguk dengan tatapan mesumnya itu, dia senyum kearahku.

Ternyata dia menyebalkan.

Ya ampun orang ini!

Aku mengambil vas bunga dan ingin melemparnya.

Aku sudah angkat vas bunga ini tinggi-tinggi.

"Pulang tidak!"
"Atau Aku lempar,"

"Ralin.....,"
"Iya-iya Aku pulang, oke kali ini kau berhasil buatku takut,"

Dia bohong.

Hardy malah tidur-tiduran di sopha, dia takut Aku melempar vas ini tapi kenapa wajahnya senyum-senyum coba?

Dia bangkit dan menyuruhku menaruh vas nya.

Tangan Hardy bergerak mendekat kearahku.

Dia membujukku untuk taruh Vas bunga ini.

"Ralin.... Letakan itu dulu,"
"Aku ingin katakan sesuatu,"

Aku menaruh vas itu.

"Ih Kau ingin katakan apa?"
"Cepat!"

"Jangan galak-galak dong,"
"Aku tahu marahmu itu pura-pura,"

Bagaimana Hardy bisa tahu?
Aku menahan tawa, lagi-lagi Aku ketahuan.

Hardy belum juga pergi.
Karena dia bilang akan katakan sesuatu.

Dia menatapku heran.
"Kau tak minta foto denganku, yakin?"

Huh?

Ada ya orang se-percaya diri ini.
Seperti Hardy.

"Huh?" Aku bingung.

Karena..... mana mungkin Aku foto dengan dia, Aku siapanya?

Hardy juga pernah bilang dia hanya mengantar Celine pulang.

Mengingat hal itu, Ya.... mungkin Aku juga seperti Celine.

Hanya diantarnya pulang.

Tak ada yang spesial.

Hardy hanya mengantarnya pulang.
Aku juga begitu.

Hanya diantar Hardy pulang, bukan?

"Kau tidak mau minta foto ya?" katanya.

Aku mulai muak dengan percaya dirinya orang ini.

"Baiklah Aku yang minta, Ayolah foto denganku," kata Hardy membujukku.

Lalu dia hanya diam setelah katakan itu.

Jadi kita hanya diam-diam saja.

"Kenapa kau tak keluarkan ponselmu?" kataku.

Hardy mengangguk sebelum akhirnya keluarkan ponselnya.

"Ayolah, mendekat.... Kau juga belum mandi kan?" katanya.

Iya sih tapi bukan itu, bagaimana kalau mukaku jelek di foto nanti?

Apalagi dia mengajakku tanpa persiapan.

Hardy merangkulku tanpa izin.
Aku menatap Hardy Risih.
juga menginjak kakinya, biar dia tahu rasa merangkulku tanpa izin.

wajah Hardy kesal diinjak olehku.

Dan itulah yang tertangkap kamera, kami terlihat sangat akrab.

"Ih Sudahlah sana pulang!"

"Galak amat"

"Iya dong harus!" kataku.
"Ih sudahlah sana pulang Hardy!"
"Sekali lagi makasih sudah antarkan Aku pulang...." kataku.

Saat bicara serius, Aku tak berani melihat kearahnya.

Tapi kalau marah-marah bercanda Aku bisa melihat kearahnya.

"Sama-sama cewek imut, gitu dong kau makin cantik tau, kalau ramah begini" kata Hardy gombal.

Aku bertingkah sedikit saja dia langsung gombal.

Aku bisa marah lagi kalau begini caranya, tak peduli.

Orang ini menyebalkan akut parah.

"Ih cepat sana pulang!"

Aku ambil vas dari atas meja itu lagi.

"Iya-iya...., cium dulu dong!"

Hardy katakan itu sangat berani.

Buat Aku lihat sekiling, bagaimana kalau Mamah atau Bi Inah dengar?

"Hardy!" Aku sangat ingin mencakar wajahnya yang sok-kegantengan.

Iya Aku tahu dia memang ganteng.
Maksudku, masih sempat-sempatnya berikan senyuman mesum setelah katakan itu.

Di ruang tengah, rumahku katakan cium!

Apa coba?!

"Ih dasar mesum!"
"Aku bersumpah akan melemparnya kalau kau masih di sini!" ancamku mengangkat vas itu.

"Iya iya baiklah Aku pulang, dasar cewek imut super galak.... tapi cengeng hu!" Hardy meledekku.

"Aku lempar nih!"

Dia berjalan, dan Aku ikut dibelakangnya dan masih bawa vas bunga ini.

Jaga-jaga.
Siapa tahu dia bertingkah lagi.

"Ralin....,"
"Serius kau tak mau berikan kontak ponselmu?"

"Mau bicara dengan vas bunga?"
"Atau kau mau, tidak?"
"Lihat vas ini terbang,"

"Ya ampun sadis sekali,"
"Baiklah Aku pulang, jangan menyesal kau pernah mengusirkku,"
"Aku akan menganggapmu tak ada di sekolah lihat saja, jangan heran,"

"Tidak tuh!" Aku tidak percaya diri saat katakan itu.

"Hardy!" Aku ingat sesuatu.

"Kenapa?"
"Kau berubah pikiran?"
"Masih mau bicarakan sesuatu denganku, atau minta fotonya dikirim?"
"Makanya berikan kontakmu"

Ada apa dengan Hardy, kenapa dia menyebalkan sekali, Aku kira most wanted itu cool.

Tapi Aku sudah kenal orang ini.
Ternyata orang ini menyebalkan.
Apakah Aku kecewa setelah mengenalnya?

Tentu tidak, pasti seru punya pacar menyebalkan seperti Hardy.

Ya ampun, Apa yang aku pikirkan.

Hardy siapanya Aku?

"Ralin?"
"Kau kenapa?"
"Kau barusan memanggilku untuk apa?"

"Kotak bekal dan botol minumku, Mana?"

"Aku berikan pada Bu Itu,"

"Bi Inah.... bukan Bu Itu, duhh," Aku balik badan dan masuk ke kamarku.

Menutup pintu.
Dibelakang pintu ada foto para idolaku.
Dan tadinya ada beberapa foto cogan di sekolah yang sudah Aku copot tadi.

Seperti orang tadi yang mengantarkanku, Aku putuskan untuk copot semua foto dia dan teman-temannya.

Apakah Aku suka seseorang dalam kadar yang wajar atau mengerikan?

Aku ambil foto mereka dari instagram mereka, yang salah Aku atau mereka?

Aku hanya penggemar rahasia Hardy.

Most wanted sekolahku.

Aku buang foto-foto itu ke tong sampah.

Aku di-chat cewek rambut gelombang sebahu yang butuh pertolonganku.

Dia mengajakku teleponan untuk bicarakan rencananya.

Dia akan menghubungiku nanti.

Sekarang Aku akan pergi bersih-bersih dan makan malam.

Bagaimana kalau kalian juga, Dah.

Exist season 2

I'm VULNERABOY untill next time :3









Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.6M 225K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
2.4M 141K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

789K 38K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
272K 21.5K 23
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...