Accidentally Soulmate

By Neradara

3.2M 359K 16.3K

AREA BUCIN ❕❕ ANTI BUCIN DILARANG MAMPIR❌ HATI-HATI KENA MODUS BTARA🧚‍♀️ Orang yang paling bahagia ketika Al... More

1. Someone in My Kitchen
2. Antimo, Obat Anti Mabuk
3. Tragedi Tujuh (Puluh) Juta
4. May I Have Your Number?
5. Minum Antimo
6. Hanya Perasaan Saja
7. Ada Apa Dengan Lily?
8. Kebohongan Lily
9. Lari Pagi
10. Pesan yang Tidak Penting
11. Jangan dicium, Btara! 🔞
12. Obrolan singkat
13. Kunjungan Pahit
15. When Vera is Crying
16. Kelapa Muda
17. Mantan
18. Amortentia
19. Mine❤
20. Pottery
21. Pantry
22. Artikel
23. Sushi
24. Mendiamkan
25. Berjalan
26. Telepon
27. Pulang
28. Sarapan
29. Lily Bilang Apa?
30. Saran
31. Pegang
32. Perih
33. Darania
34. Parkiran
35. Drunken Truth
36. Tidak Tepat
37. Pikir Ulang
38. Deserved
39. Meminta
Begini
Extra Chapter 🔞
Memilih

14. Perpusnas

67.5K 8.5K 254
By Neradara

Btara berjalan menyusuri rak besar yang mengapitnya. Ratusan buku tertata apik di rak-rak itu. Tangan Btara juga turut menyusuri buku-buku itu. Dia menyentuh ujung back spine buku sembari melihat judulnya satu persatu.

"Emangnya di perpustakaan kampus bukunya nggak ada?" tanya Alea yang mengekor di belakang Btara.

"Ada, tapi terbatas. Kamu nggak betah?"

Alea menggeleng.

"Aku nggak bilang nggak betah, cuma nanya aja."

Alea melihat-lihat ke sekelilingnya. Sore ini Btara membawanya ke perpustakaan nasional. Perpustakaan dengan lebih dari dua puluh lantai itu sangat besar dan lengkap. Baru pertama kali Alea ke sini.

"Kamu nunggu di kursi sana aja nggak apa-apa. Biar aku cari bukunya sendiri."

Alea menoleh ke belakang. Di ujung rak, memang ada space berisi kursi dan beberapa bean bag untuk pengunjung membaca.

"Kalau gitu aku tunggu di sana, ya."

"Oke."

Btara tersenyum saat melihat Alea berlari kecil keluar dari lorong rak buku.

Alea tidak duduk. Dia memilih berdiri di dekat kaca pembatas. Kaca pembatas ini tinggi dan ada dua lapis, sangat berguna untuk keamanan. Dari tempatnya berdiri, Alea bisa melihat beberapa lantai di bawahnya.

Alea tidak tahu perpustakaan hari ini termasuk ramai atau tidak karena ini baru pertama kali Alea ke sini. Alea bukannya tidak suka membaca, dia hanya belum menemukan urgensi untuk datang ke sini. Jika bukan karena Btara pun, Alea juga tidak di sini sekarang.

Harus Alea akui jika perpustakaan ini jauh lebih baik dari bayangannya. Selain buku-buku, perpustakaan ini menyediakan fasilitas lain yang membuat pengunjung betah. Ada koleksi audiovisual, lukisan, lantai khusus video game, bahkan kantin.

"Lihat apa, Al?"

Suara Btara dari arah belakang membuat Alea menoleh sedikit.

"Lagi lihat itu. Lucu banget."

Dengan dagunya, Alea menunjuj ke lantai bawah. Di sana ada balita kembar yang tampak sedang belajar berjalan. Ibu mereka tertawa sambil bersiap jika mereka terjatuh. Seorang anak lain yang lebih besar duduk di dekat mereka sambil membaca buku bersama si ayah.

"Lucu bayinya atau keluarganya."

"Dua-duanya."

"Bikin, dong."

Alea menggelekan kepalanya. Dia berbalik dan menyandarkan punggung ke pembatas.

"Keluarga itu bentuk cinta paling solid yang pernah aku tahu. Cinta tanpa syarat, selalu memaafkan, terima semua kekurangan dan lainnya. Aku belum siap buat itu."

Btara yang memegang dua buku melipat tangannya di dada.

"Kalau emang keluarga cinta tanpa syarat, kenapa ada pasangan yang memilih cerai? Kenapa ada orang yang selingkuh dan menghancurkan keluarganya sendiri."

"Itu dia. Mereka kayak gitu karena dari awal belum siap. Mereka lupa kalau menikah berarti menjadikan pasangan sebagai keluarga, bukan sekadar teman hidup atau teman tidur. Kondisi mental orang kan beda-beda, jadi kadang..."

Alea melirik ke Btara. Yang dilirik hanya menaikkan salah satu alisnya.

"Kenapa berhenti?"

"Takut ah ngomongin mental sama bapak psikolog. Nanti kalau salah aku diralat, lagi."

Mendengar kalimat Alea, Btara tertawa pelan.

"Nggak, lah."

Btara ikut menyandarkan punggung seperti Alea.

"Kamu tahu cinta milik siapa yang paling menyakitkan?"

"Siapa?"

Btara menyerahkan salah satu buku yang ia bawa ke Alea. Rahvayana milik Sujiwo Tejo.

"Cinta Rahwana kepada Sinta."

Bibir Alea membentuk senyuman miring.

"Ada yang lebih sakit."

"Milik siapa?"

"Orang yang mencintai Rahwana." Alea mengusap sampul buku itu lembut. "Mencintai Rahwana sulit karena seluruh hatinya milik Sinta."

Tangan kanan Alea membawa buku itu dan menggerakkannya pelan.

"Aku udah baca buku ini. Rahwana yang mencintai Sinta dengan seisi dunia dan Rama yang bahkan meragukan kesucian Sinta. Sinta menolak Rahwana karena dia terikat dengan Rama."

"Yah, ternyata kamu udah baca."

Alea mengangguk. "Baca buku ini bikin aku ngerasa kalau nggak ada yang bisa menandingi besarnya cinta Rahwana ke Sinta."

"Ada, kok," ucap Btara membuat Alea mendongak.

"Siapa? Romeo dan Juliet?" Alea tertawa satir. "Itu sih mereka aja yang bodoh sampai mati karena Juliet nggak sabaran."

"Bukan Rome dan Juliet."

"Terus? Cinta siapa?"

"Cintaku padamu," ujar Btara sambil terkekeh pelan.

Alea memukul lengan Btara dengan buku yang dipegangnya. "Cringe"

Alea berbalik dan berjalan pelan. Di belakangnya, Btara mengekor sambil masih tertawa pelan.

"Itu barusan bagus tahu buat bahan gombalan anak SMP."

"Kamu mau digombalin ceritanya?"

"Idih nggak."

Btara menambah satu langkah lebih cepat agar dapat sejajar dengan Alea.

"Aku belum tahu, deh. Kamu umurnya berapa sekarang?"

"Tahun ini seperempat abad. Kamu?"

"Tahun depan kepala tiga." Btara dan Alea berbelok ke arah lift.

"Aku mau ke kamar mandi dulu," ujar Alea membuat mereka berbelok. "Ternyata kamu tua, ya."

"Cuma empat tahun lebih tua."

"Tetap aja lebih tua."

"Aku tunggu di sini, ya."

Btara berdiri di dinding kaca sebelum lorong ke kamar mandi. Alea mengangguk pelan sebelum berjalan ke lorong.

Selagi menunggu, Btara hanya mengamati sekitar. Jujur dia sedang senang karena Alea jadi lebih terbuka dan menerima "modus-modus" nya. Hanya saja, Alea selalu mewanti-wanti agar Lily jangan sampai tahu jika mereka jalan bersama.

Setelah beberapa menit, Alea keluar dari kamar mandi. Btara tersenyum kepada Alea yang berada di lorong kamar mandi. Hanya kurang beberapa langkah lagi sampai tiba-tiba ada suara dari arah yang sama dengan lorong kaca itu.

"Btara."

Btara tampak terkejut dengan kehadiran perempuan yang menyapanya itu.

"Vera?" ujar Btara sembari melirik ke Alea.

Sekarang Alea dan Vera berdiri bersebelahan dengan kaca sebagai pembatas. Untunglah kaca itu buram dan  separuhnya dilapisi stiker, jadi Vera tidak menyadari kehadiran Alea.

Alea yang mendengar nama Vera menoleh ke samping. Dia tampak panik melihat siluet Vera di sana. Alea memberi kode pada Btara untuk diam dan dia segera masuk kembali ke kamar mandi.

"Kamu lagi nungguin orang?"

Kepala Vera menilik ke lorong menuju kamar mandi. Beruntung Alea telah menghilang dari sana.

"Nggak, saya sendiri. Kamu kok ada di perpus?"

Vera menoleh ke Btara. Dia menunjuk ke salah satu rak. "Aku lagi cari-cari novel luar. Mau beli di bookstore jatuhnya mahal banget."

"Oh, gitu."

Btara melirik ke lorong, mencoba mencari sosok Alea.

"Kalau kamu cari buku buat bahan ajar, ya?"

"Iya, ini..." Btara mengangkat buku di tangannya. "Kita kalau di depan kamar mandi gini kayaknya nggak enak, deh."

"Mau ke kantin aja nggak? Aku pernah ke sana terus nyobain tahu bakso enak banget."

Btara melirik ke lorong yang kosong.

"Emm..."

"Kamu lagi sibuk, ya? Atau emang lagi nunggu seseorang?"

Vera mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Nggak, kok. Boleh, deh, seenak apa sih tahu baksonya?"

Vera tersenyum lebar atas persetujuan Btara. Ia kemudian mengajak Btara pergi ke kantin yang berada di atas.

***
Btara hanya mengangguk pelan sementara Vera masih berbicara di depannya. Btara ingin pamit dari tadi, namun dia takut jika Vera malah ingin mengantarnya turun sampai parkiran. Kalau begitu bagaimana Btara bisa menjemput Alea? Sedangkan gelagat Alea menunjukkan jika dia tidak mau Vera mengetahui keberadaannya.

"Tapi ini enak, kan?"

Vera sedikit mengangkat garpu yang ada bakso tahu di ujungnya.

"Iya, enak," jawab Btara sembari mengangguk pelan.

"Kamu emang jarang aktif instagram?"

"Emm... Jarang posting aja, sih. Paling buka lihat ada kerjaan atau nggak sama lihat beranda aja kalau ada yang menarik."

"Emangnya yang menarik tuh apa aja?"

"Ya mungkin postingan bola, terus biasalah, paling poster kesehatan mental gitu."

"Oh gitu."

Vera menyeruput jus jeruknya. Di kepala Vera, ada banyak bahan obrolan yang sedang ia pertimbangkan. Vera belum terlalu paham apa hal-hal yang disukai Btara. Mungkin Btara suka bola, tapi Vera juga tidak paham soal perbolaan.

Btara yang melihat Vera tidak lagi mengajaknya bicara merasa mendapat kesempatan. Dia membuka ponsel dan berniat mengirim pesan untuk Alea.

Sayang, Btara ternyata terlambat.

From: Alea
To: Btara
Tar, sorry aku pulang duluan. Td ada David temen kantorku, jadi aku bareng dia. Kamu nggak usah turun ke sini.

***

"Lain kali kalau mau ke sana bareng aku aja, Al."

Alea hanya tersenyum pada David yang sedang membukakan sumpit untuk Alea. Mereka berdua sedang berada di kafetaria. Alea dan David telah duduk sementara Vera sedang memesan minuman yang lupa ia pesan.

"Hayo gue pergi kalian ngomongin apa?"

"Nggak ngomongin apa-apa."

Alea menarik kursi di sebelahnya agar Vera bisa duduk.

"Ini, kemarin kayaknya takdir banget gue sama Alea bisa ketemuan di luar."

"Oh ya? Ketemuan di mana? Beneran kebetulan? Nggak janjian? Kalau janjian gue kesel nih karena nggak diajak."

David terkekeh.

"Kebetulan doang. Iya kan, Al?"

"Iya, itu pun aku udah mau pulang. Karena aku nggak bawa mobil ya udah bareng David aja."

"Masih nggak nyangka lho bisa-bisanya ketemu di sana. Padahal aku baru pertama kali ke perpusnas. Sekalinya ke sana ketemu Alea."

"Lho, kalian kemarin ke perpusnas?"

"Ita, Ver. Kemarin gue lagi ngurus iklan gitu di sana, eh taunya ketemu Alea."

"Kemarin gue juga ke sana," ujar Vera antusias.

"Bisa kebetulan gitu, ya?" David menatap Vera tak percaya. "Kalau tahu lo juga di sana harusnya kita nongkrong dulu."

"Belum tentu juga, sih." Vera menahan senyum. "Soalnya kemarin gue di sana sama Btara."

Alea menghentikan gerakan tangannya. Sumpit kosong ia biarkan bertengger di mulut. Alea melirik ke arah Vera.

"Btara? Btara yang kita ketemu di Lounge??"

Vera mengangguk.

"Iya, Btara yang punya Ceritajiwa."

"Gila, udah deket aja sama dia."

"Mumpung ada jalan bebas hambatan ya gaspol aja, Vid. Iya kan, Al?"

Alea mengerjapkan mata.

"Iya, sih. Kalau emang nggak ada hambatan ya gaspol."

"Lo sih enak Ver bebas hambatan. Jalan gue kehalang mulu nih."

Vera tertawa dan menyikut pelan lengan Alea.

"Tuh Al, halangannya diilangin, dong."

Alea hanya tersenyum canggung.

"Susah. Mobil dereknya David kurang gede kali," ujar Alea membuat Vera tergelak.

Bunyi pelan dari ponselnya membuat Alea menunduk.

From: Btara Dosen Lily
To: Alea
Sore mau jalan?
***

Hai semuanya! Terima kasih telah memberi banyak cinta untuk cerita ini!

Vera meresahkan ya Bun

Btw kalau kalian liat ini pas aku udah ganti cover, menurut kalian mending cover yang mana?

Continue Reading

You'll Also Like

4.3M 55.1K 40
Cerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setela...
3.5M 362K 38
Satu tahun tinggal di apartemen, Almira tidak pernah berinteraksi dengan tetangga kanan dan kirinya. meskipun tidak berinteraksi, bukan berarti ia ti...
1.9M 216K 38
Lana yang kesepian di rumah, memutuskan untuk menyewakan kamar yang kosong di rumahnya. selain bisa mendapat teman, ia juga bisa mendapat tambahan ua...
3.3M 29K 29
Tentang jayden cowok terkenal dingin dimata semua orang dan sangat mesum ketika hanya berdua dengan kekasihnya syerra.