ANTALEO [TAMAT]

By AniintnPtr

507K 63K 8.4K

[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM BACA] Namanya Antaleo Wijayakusuma, laki-laki tampan yang menjabat... More

CAST
[1] MENCARI MASALAH
[2] TRUTH OR DARE
[3] DIJEMPUT LEO
[4] BALAP LIAR
[5] TEMAN BARU
[6] SIAPA?
[7] KHAWATIR
[8] MARAH
[9] MARKAS BESAR
[10] PENYERANGAN
[11] ADA APA DENGAN LEO?
[12] KENCAN PERTAMA
[13] KHAWATIR 2
[14] CANGGUNG
[15] MENGHINDAR
[16] KECELAKAAN
[17] RUMAH SAKIT
[18] MENEMANI LEO
[19] ACARA AMAL
[20] TANPA KABAR
[21] BERKUNJUNG
[22] TERBONGKAR
[23] MURID PINDAHAN
[24] RASA CEMBURU
[25] LEO VS RASKAL
[26] LOMBA AGUSTUSAN
[27] KERJA KELOMPOK
[28] PERNYATAAN LEO
[29] SERANGAN ZICO
[30] PERUBAHAN RASKAL
[31] MUSUH DI BALIK SELIMUT?
[32] SUNMORI
[33] SEBUAH SURAT
[34] MENCURIGAKAN
[35] BIRTHDAY PAK RUSLAN
[36] KEDATANGAN LALA
[38] PENGKHIANAT
[39] RASKAL DEMAM
[40] UNDANGAN LALA
[41] MENGETAHUI
[42] TEMAN PALSU
[43] SALAH PAHAM
[44] TUDUHAN LEO
[45] FAKTA SEBENARNYA
[46] UJIAN NASIONAL
[47] BERUSAHA MEMPERBAIKI
[48] KESALAHPAHAMAN ZICO
[49] KEMBALI BERSAMA? [END]

[37] MENYESAKKAN

3.7K 554 31
By AniintnPtr

Jangan lupa untuk vote dan coment!

"Leo," teriak Lea memanggil nama Leo. Kekasihnya itu saat ini sedang berjalan di koridor sekolah bersama Lala.

"Kenapa lari-lari, hm?" tanya Leo lembut ketika Lea sudah berada di hadapannya. Tangan Leo mengusap keringat di pelipis Lea.

"Kamu bisa nggak anter aku pulang?" tanya Lea. "Bang Fathur nggak bisa jemput aku, dia lagi praktikum di kampusnya. Kalo Bang Rama, dia ada jadwal operasi sampai sore."

Leo menggigit bibirnya. Sejujurnya dia sudah berjanji pada Lala untuk mengantarkan gadis itu pulang. Dia merasa tidak enak bila membatalkan janjinya. Namun, Leo juga tidak enak jika menolak permintaan Lea. Kini Leo benar-benar berada di pilihan yang sulit.

"Gue udah janji mau anter Lala pulang ke rumahnya," ucap Leo mencoba memberi pengertian pada kekasihnya. "Gini aja, gue suruh Aldo atau David buat antar lo pulang, ya."

Sesak.

Sungguh sangat menyesakkan.

Jadi, Leo lebih memilih mengantar Lala daripada dirinya?

Lea tersenyum kecut. "Oh gitu, ya."

"Bentar, gue telepon Aldo dulu," ucap Leo yang langsung menelpon Aldo.

"Halo, Bos? Ada apa nih telepon?"

"Lo udah pulang?"

"Belum, Bos. Gue masih di ruang guru. Biasalah, denger Butet ceramah dulu. Kenapa?"

(Butet = Bu Teti)

"Nanti tunggu di gerbang, anter Lea pulang. Jangan lama."

Leo langsung mematikan sambungan teleponnya. Kemudian Leo memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Lo tunggu aja di gerbang, nanti Aldo yang bakalan anter lo pulang," ucap Leo seraya mengelus rambut panjang Lea.

Tangan Lala menarik tangan Leo. "Ayo pulang sekarang, dari tadi Mommy teleponin aku terus suruh cepet-cepet pulang."

Kedua manusia itu pun pergi meninggalkan Lea seorang diri di koridor sekolah yang sudah mulai sepi.

Lea menghela nafas, mencoba bersabar. Pilihan Leo benar, janji harus di tepati. Jadi dia tidak boleh egois.

Dengan langkah lesu, Lea berjalan menuju gerbang sekolah. Siapa tahu Aldo telah menunggunya di sana. Namun sesampainya di gerbang sekolah, Lea tidak melihat kehadiran Aldo. Jadi Lea memutuskan untuk menunggu Aldo sambil memainkan ponselnya.

Tiba-tiba sebuah motor sport berhenti di hadapan Lea. Awalnya Lea mengira orang itu adalah Aldo, namun ternyata dugaannya salah.

"Kenapa belum pulang?" tanya Raskal setelah menaikkan kaca helm full face-nya.

"Nunggu Aldo. Dia yang anter aku pulang."

"Pacar lo?"

"Pulang sama Lala."

Raskal mendengkus kasar. Bisa-bisanya Leo menyuruh orang lain ketimbang laki-laki itu sendiri yang mengantar Lea pulang.

"Naik."

"Hah?" Sungguh, Lea tidak mengerti maksud Raskal.

"Naik, gue anter pulang."

"Ta-tapi, nanti Aldo gimana?"

"Tadi gue liat dia lagi di hukum sama Bu Teti di ruang guru. Pasti bakalan lama keluarnya."

Pantas saja Aldo tidak kunjung datang. Rupanya laki-laki itu sedang dihukum oleh Bu Teti.

"Mau nggak? Kalo nggak mau gue tinggal nih."

"Eh, iya-iya. Lea ikut Raskal." Lea buru-buru naik ke motor sport Raskal. Untungnya saja Lea menggenakan seragam olahraga, jadi dia tidak perlu takut roknya akan mengembang karena tertiup angin.

Raskal melajukan motornya meninggalkan area sekolah. Biasanya Raskal seringkali membawa motornya seperti orang kesetanan, tapi kali ini laki-laki itu menurunkan kecepatan laju motornya.

Saat di jalan, langit mulai mendung. Sepertinya akan turun hujan, pikir Lea.

Benar saja, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Raskal segera menghentikan laju motornya di depan halte bus untuk berteduh.

"Ih, kenapa hujan sih?" Lea terus menggerutu. Padahal rumahnya tidak jauh dari halte ini. Mungkin jika tidak hujan, mereka pasti sudah sampai.

Udara dingin mulai menyelimuti tubuh Lea. Gadis itu menggosok-gosokkan tangannya agar merasa sedikit hangat.

Raskal yang sedari tadi memperhatikan Lea pun mulai melepaskan jaket yang dikenakannya. Dia menyodorkan jaket miliknya kepada Lea.

"Pake, gue tau lo kedinginan."

"Nggak usah," tolak Lea. "Raskal cuma pakai kaos, pasti Raskal lebih kedinginan."

Sudah menjadi kebiasaannya, setiap pulang sekolah Raskal akan melepas baju sekolahnya dan menyisakan kaos hitam yang membalut tubuh kekarnya.

"Badan gue kebal, nggak gampang sakit kayak lo."

Lea mendelik tajam ke arah Raskal. Gadis itu menerima jaket Raskal, lalu memakainya.

Raskal berusaha menahan tawanya. Tubuh Lea yang mungil terlihat lucu dengan jaket kebesaran miliknya.

"Nggak usah ketawa," ketus Lea saat menyadari Raskal hendak menertawakannya.

Raskal berdeham, lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.

Selain Raskal dan Lea, beberapa pengendara motor lain pun mulai berteduh di halte menunggu hujan reda. Ada juga yang berteduh sebentar hanya untuk memakai jas hujan, lalu kembali melanjutkan perjalanan.

Raskal melirik ke samping, menatap wajah Lea yang sedang memejamkan matanya. Gadis itu sedang mendengarkan musik, terbukti dari headset yang terpasang di kedua telinga Lea.

"Eh," kaget Lea ketika headset yang ada di telinga kirinya terlepas. Pelakunya adalah Raskal, laki-laki itu memasangkan headset ke telinga kanan dan mulai mendengarkan musik dari ponselnya.

"Lo suka lagu Justin Bieber?"

"Iya, kenapa?"

"Gue juga suka."

"Tapi, Lea nggak nanya."

Mata Raskal melotot. Sial, dia benar-benar malu.

Hampir 15 menit menunggu, hujan mulai reda. Beberapa pengendara lain pun sudah pergi meninggalkan halte. Begitu pula dengan Lea dan Raskal.

***

Dilain tempat, Leo berada di rumah Lala. Gadis itu memintanya untuk mampir sebentar dan menemaninya menunggu kedua orang tuanya datang dari acara kondangan. Sebenarnya Leo ingin menolak, dia harus pergi ke markas untuk mengurus suatu hal. Namun, Lala mengancamnya akan menangis membuat Leo pada akhirnya menuruti keinginan gadis itu.

Saat ini Leo dan Lala sedang menonton film horor di TV. Tentu saja karena keinginan Lala yang merengek pada Leo. Di sepanjang film di putar pun hanya Lala yang menikmati, sedangkan Leo tidak. Laki-laki itu tidak menyukai apapun yang berbau horor. Bukan karena takut, tapi Leo tidak mempercayai hal mistis.

"AAAAAAA," teriak Lala ketakutan ketika hantu muncul secara tiba-tiba di film. Gadis itu memeluk lengan kiri Leo dengan erat, kepalanya bersembunyi di bahu Leo.

Leo berdecak, lalu mematikan TV menggunakan remote. "Jangan paksain nonton kalo lo takut."

Lala cemberut dan mengakui bahwa dia takut. Namun, film itu seru dan membuatnya penasaran.

"Tapi, filmnya belum selesai Leo."

"Lala," panggil seorang wanita paruh baya yang datang bersama suaminya.

"Mommy." Lala langsung berlari memeluk ibunya. "Bawa pesanan Lala, nggak?"

"Bawa dong." Gita, ibu Lala menyodorkan satu paper bag pada Lala. Isi dari paper bag tersebut adalah ramen favoritnya. Paper bag lain yang ada di tangannya merupakan beberapa makanan dari restoran terkenal.

"Makasih Mommy."

"Sama-sama."

"Leo, udah lama di sini?" tanya Smith, ayah Lala.

Leo mengangguk, lalu menyalami tangan Gita dan Smith. Sejujurnya Leo kurang dekat dengan kedua orang tua Lala karena saat dia kecil jarang bertemu dengan mereka. Hal tersebut di sebabkan karena kedua orag tua Lala sering pergi melakukan perjalanan bisnis, sedangkan Lala hanya bersama pembantunya di rumah.

"Leo pamit pulang, Om, Tante," ucap Leo.

"Kenapa buru-buru?" tanya Gita. "Tante bawa makanan banyak, loh."

"Iya, nggak usah buru-buru. Kita ngobrol-ngobrol dulu sambil main catur," timpal Smith.

"Lain kali aja, Om, Tante." Setelah berpamitan, Leo pun melajukan motornya menuju markas besar geng Kansas.

TBC

jangan lupa vote dan komen.

NEXT?

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 239K 61
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
759K 36.5K 56
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
323K 19.7K 68
⚠️ Update Setiap Hari ⚠️ [ Jangan lupa follow sebelum baca! ] --- Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari saha...
Roomate By asta

Teen Fiction

375K 25K 35
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...