-
Dira dan Rey kini berada dimobil. Dira duduk disebelah Rey sambil menundukkan kepalanya.
"Serius, Dira ga sengaja.." ucap Dira dengan sangat-sangat pelan, merasa menyesal karna telah mendorong Vita hingga terjatuh tadi.
Rey menghela nafasnya sejenak. Dirinya tak bisa menyalahkan Dira, karna mengingat bahwa saat ini sang istri sedang hamil. Dira pasti sensitif.
Rey takut jika Dira akan sangat-sangat merasa bersalah, bahkan akan selalu kepikiran. Dira tidak boleh banyak pikiran. Itu pasti akan sangat berpengaruh pada kandungannya.
Tangan Rey terulur ke arah Dira, menggenggam telapak tangan sang istri dengan hangat. "Iya, sayang. Udah, jangan dipikirin lagi, ya," ucap Rey dengan lembut.
Dira menoleh ke arah Rey yang kembali fokus menyetir, ia menatap sang suami dengan sayu. "Dira keterlaluan, 'kan?"
Rey terdiam. Bisa dibilang Dira cukup keterlaluan pada Vita. Tapi, dirinya bahkan tidak bisa mengatakan yang sejujurnya pada Dira.
"Tapi, Dira gitu juga karna Dira kecewa sama Vita. Kenapa Vita sebarin rahasia pernikahan kita? Apa karna Vita iri sama Dira? Dira juga ga ngerebut Pak Rey dari Vita, trus.. masalah dia apa?" ucap Dira dengan kesal.
Rey menghentikan mobilnya saat sudah berada didepan garasi. Ia menoleh ke arah Dira. "Emang beneran Vita yang nyebarin foto pernikahan kita?"
Dira mengangkat kedua bahunya. "Ya, ga tau. Dia juga ga ngaku. Lagian, mana ada maling ngaku."
"Kamu yakin Vita yang nyebarin?"
Dira menganggukan kepalanya dengan sangat yakin. "Pasti Vita!"
"Kenapa Vita? Kenapa bukan temen-temen kamu yang lain?"
Dira mengerutkan dahinya. "Ga mungkin, sayang! Yang tau kita nikah itu cuma Vita, yang dateng ke acara pernikahan kita itu Vita. Dia juga ngaku kalo dia suka sama kamu. Itu semua udah ngebuktiin kenapa dia sebarin foto pernikahan kita. Karna dia iri," balas Dira.
"Tapi, Vita sahabat kamu." ucap Rey, membuat Dira memelototi dirinya.
"Ga usah bilang dia sahabat Dira, deh, mana ada sahabat kaya gitu!"
"Dira.." ucap Rey sambil menatap sang istri dengan tatapan teduh.
Dira terdiam, ia lalu menundukkan kepalanya.
Rey tersenyum tipis, tangannya beralih mengusap-usap rambut Dira dengan lembut. "Maaf," ucap Rey dengan lembut.
Dira menggelengkan kepalanya sambil masih menunduk. "Ga usah minta maaf, kamu ga salah. Hiks.."
Rey mengerutkan dahinya, apakah Dira menangis?
"Dira nangis?" tanya Rey dengan perasaan terkejut.
Dira menggelengkan kepalanya. "Gapapa," balasnya.
"Anindira," panggil Rey dengan suara pelan.
"Kenapa Vita gini sama Dira, sih," ucap Dira dengan pelan. "Padahal, Dira udah percaya sama Vita. Dira sayang banget sama Vita, Vita satu-satunya sahabat Dira. Hiks.."
Tangan Rey lalu berpindah ke arah dagu Dira. Ia menegakkan kepala Dira, menatap mata yang kini memerah karna menangis.
Rey menghapus air mata dari pipi Dira. "Kalo kamu nangis, ntar anak kita ikutan sedih."
Bukannya berhenti, tangisan Dira malah semakin menjadi hingga Dira sesenggukan. "Hiks.."
Rey menaikkan sebelah alisnya. "Eh? Sstt.. sini peluk," ucapnya sambil melebarkan kedua tangannya.
Dira langsung memeluk tubuh Rey, dan segera dibalas oleh sang suami. Rey mengusap-usap punggung Dira dengan lembut.
"Hiks.. hiks.."
Rey menepuk-nepuk punggung Dira dengan pelan. "Mungkin Vita ga sengaja ngirim fotonya," ucapnya membujuk sang istri.
"Sayang, ish! Ga mungkin ga sengaja, ih, hiks.."
Rey terkekeh kecil tanpa suara. "Bisa jadi, 'kan?"
Dira memukul dada Rey dengan cukup keras.
Bug!
"A-akh.." keluh Rey.
Dira mendongakkan kepalanya, menatap wajah Rey dengan khawatir. "Eh, maaf. Sakit, ya," ucapnya dengan tak enak hati.
Rey menundukkan kepalanya sambil menatap wajah Dira. Ia menganggukan kepalanya. "Ehm.. sakit, sayang." ucapnya dengan nada manja.
Dira menyipitkan matanya, ia kembali memukul dada Rey.
Bug!
"Akh! Sayang, kok dipukul lagi? Kan, sakit," ucap Rey dengan bingung.
"Boong!"
"Boong gimana? Serius ini," ucap Rey membela diri.
Dira menunjukkan kepalan tangannya dihadapan Rey, mengancam akan kembali memukulnya. "Mau lagi?"
Rey menaikkan kedua alisnya, ia lalu menggeleng sambil tersenyum. "Hm, becanda, sayang."
Dira lalu mengalihkan pandangannya. "Udah, ah, mo balik!"
"Balik kemana?" tanya Rey dengan penasaran.
"Kemana aja, yang penting ga ketemu kamu lagi." balas Dira dengan cepat.
"Eh, mulutnya?" ucap Rey sambil menatap Dira dengan tajam.
"Apa? Ga seneng?" balas Dira tak mau kalah.
Rey menganggukan kepalanya. "Gak. Jangan bawa anak saya kemana-mana," balasnya.
Dira mengerutkan dahinya, ia lalu beralih menatap perutnya sejenak. Dira mengusap perutnya, dan kembali menatap Rey dengan tajam. "Anak Dira!"
"Heh, curang. Bikinnya bareng, lho," ucap Rey tak mau kalah.
Dira membelalakkan kedua bola matanya. "Bikin apa?!"
Rey tak menjawab pertanyaan Dira, ia malah menampilkan senyum yang penuh arti.
"Dira tampol, ya," ancam Dira kepada Rey.
"Ntar dedenya marah kalo Papa-nya ditampol," ucap Rey.
Dira mencebikkan bibirnya. "Dih, engga, tuh," balasnya dengan ketus.
"Iya, tuh, liat aja mukanya."
"Belom bisa diliat, Mujidin!"
"Yaudah, tunggu pas keluar. Ntar ketemu sama Papa, ya, Nak."
"Ga usah, ketemu Mama aja."
"Eits?"
"Bye!" ucap Dira, ia lalu membuka pintu mobil dan keluar sambil mengulum senyum.
-
Hai, DIREY LOVERS!
Long time no see!
Jangan lupa vote dan komen banyak-banyak!
Ketemu lagi, tapi kali ini ketemu dilapak baruuuuuuu🥰
Seneng ga siiiii? Kok Author yang excited?!😭
Gimana part ini? Kasi komen yang bikin moodbooster donggg!
Part selanjutnya ada masukan?
Jangan lupa baca cerita My Husband is My Enemy 1 & 2, juga cerita Ai Hate Senior! karya akuuu, hihiii. Thankyouu!
See u!
Selasa, 16 Maret 2021.
Happy birthday untuk siapa pun yang ulang tahun!
Have a nice day, guys!