Sudah satu minggu lebih semenjak Naruto pergi menjalankan misinya bersama Sasuke. Hinata yang untuk sementara waktu tinggal di rumah sang ayah hingga Naruto pulang merasakan ada hal yang janggal pada dirinya, di lain sisi, Naruto pun merasakan tubuhnya sedang dalam keadaan yang tidak sehat.
Sekarang Naruto dan Sasuke sedang istirahat makan siang sambil melihat laporan analisa yang baru saja dikirim Kakashi.
"uuwweeek... uuwweeek.." Naruto yang sedang memakan makanannya bersama Sasuke tiba-tiba saja menjauh karena mual.
"kau kenapa?" ucap Sasuke.
"aku baik-baik saja, ini masuk angin saja mungkin"
"kau yakin? sejak kau datang kondisimu tidak baik"
"iya tidak apa-apa" alibi Naruto, padahal dia merasa sangat tidak enak dengan perutnya.
Sejujurnya Naruto pun tidak mengerti ada apa dengan dirinya, semenjak pergi menjalan misi dia selalu saja merasa mual dan bahkan sesekali dia tidak fokus dengan misinya karena merasa pusing.
Karena tidak ingin memberatkan Sasuke dia terus saja mengatakan kalau dia baik-baik saja.
"kita istirahat dulu untuk hari ini, nanti besok kita lanjutkan lagi" ucap Sasuke.
"aku bilang aku tidak apa-apa, kita lanjutkan saja!" tolak Naruto.
"siapa yang bilang aku mau istirahat karena dirimu? Aku mau istirahat karena cakraku sudah hampir habis aku juga terlalu lama menggunakan rinnegan ku, aku sama sekali tidak peduli denganmu" Ungkap Sasuke.
"cih, bilang saja kalau kau khawatir, tidak usah bohong begitu-dattebayo" goda Naruto "kau pikir kita sudah kenal berapa lama? Saking lamanya aku sampai hafal semua kebiasaanmu, tahu" lanjutnya.
"terserah kau saja, aku mau tidur" balas Sasuke cuek.
Memang benar, Sasuke memiliki kepribadian yang sangat sulit mengekspresikan dirinya, dia juga sangat sulit mengakui perasaanya namun meski begitu bagi Kakashi, Naruto dan Sakura itu tidaklah mempan karena mereka sudah saling kenal sejak dulu sehingga mereka sudah saling memahami satu sama lain.
"oh iya Sasuke, kau selalu mengabari Sakura-chan kan?" tanya Naruto.
Sasuke tidak menjawab, dia memejamkan matanya namun tidak tertidur.
"oi kau dengar aku kan? Jangan pura-pura tidur! Aku tahu kau belum tidur, jawab aku! kau selalu..."
"berisik!" jawab Sasuke.
"aku tanya kau selalu mengabari Sakura-chan kan?"
"memangnya kenapa? tidak ada urusannya denganmu kan"
"cih, ya sudah terserah kau, tapi jangan pernah meminta bantuan denganku lagi!" Naruto ikut berbaring di samping Sasuke namun membelakanginya.
Hening menyelimuti mereka, tidak ada yang membuka suara hingga Naruto kembali bercerita.
"aku tidak bertemu Hinata selama seminggu ini saja membuatku terus memikirkannya, ditambah lagi aku tidka bisa melihat anakku, aku tidak tahu tentang dirimu tapi jika kau memang menyayangi mereka setidaknya beri mereka kabar"
Sasuke lagi-lagi hanya terdiam tapi dia tetap mendengarkan perkataan sahabatnya itu.
"kau tahu, aku selalu berjanji tidak akan membuatnya khawatir tapi aku terus melanggarnya" ucap Naruto "aku memang tidak ingin membuatnya khawatir tapi tanpa aku sadari aku terus membuatnya khawatir, jadi yang bisa ku lakukan untuk mengurangi beban pikirannya hanya memberinya kabar kalau aku baik-baik saja" lanjutnya.
"Naruto.." panggil Sasuke.
"hn?"
"apa kau berpikir kalau aku ini tidak pantas untuk Sakura?"
"HAH? KAU SUDAH MENIKAHINYA KAU BAHKAN SUDAH PUNYA ANAK, KENAPA KAU BERTANYA BEGITU PADAKU?" nada bicara Naruto mulai meninggi.
"sampai hari ini aku merasa belum pantas untuk Sakura, jadi ku pikir tanpa memberinya kabar sekali pun dia akan baik-baik saja"
"kau ini, kau sendiri tahu sudah berapa lama Sakura-chan mencintaimu, dia bahkan rela menunggumu dan saat kau sudah bersamanya dia pasti sangat senang kan? Dan juga meski kau tahu dia akan baik-baik saja, tetap saja dia butuh kau memberinya kepastian"
"begitu ya"
"Sasuke.. dia akan selalu menunggumu pulang, jadi sesekali pul... uuweeekk.... Uwweekk..."
Saat sedang berbicara, Naruto tiba-tiba saja mual lagi.
"meski kau merasa belum pantas untuk Sakura-chan, setidaknya jadilah ayah yang baik bagi Sarada, dia membutuhkanmu" setelah selesai memuntahkan semua isi perutnya lagi, dia kembali ke tempatnya.
Sementara itu, di tempat berbeda Hinata pergi mengunjungi Kurenai untuk sekedar bercerita.
"kau kenapa? seperti sedang memikirkan sesuatu, apa sedang memikirkan Naruto?" tanya Kurenai.
"bukan itu, hanya saja aku baru saja mengingat sesuatu" jawab Hinata yang berada di samping Boruto yang sedang bermain bersama Mirai.
"hm? Apa itu?"
"siklus datang bulanku biasanya di awal bulan, tapi sampai hari ini aku belum datang bulan"
"hah? Jangan-jangan kau hamil lagi"
"e-eh?" Hinata terkejut "tapi aku tidak merasakan gejala apapun" lanjut Hinata.
"mungkin saja kan, itu bisa saja tahu"
"apa iya? Aku sudah tidak bertemu dengan Naruto-kun sejak satu minggu yang lalu loh, sensei"
"itu mungkin saja, aku saja dulu saat hamil Mirai, aku baru mengetahuinya saat sudah usia satu bulan"
"heh? Tapi kalau memang iya, kenapa aku tidak merasakan gejala apapun, berbeda saat aku hamil Boruto aku bahkan sampai ngidam" ungkap Hinata.
"itu biasa terjadi" balas Kurenai "aku pernah dengar kalau saat seorang istri sedang mengandung, gejala mual, ngidam dan yang lainnya itu bisa saja dirasakan suami loh" lanjutnya.
"apa benar begitu?" Hinata tidak yakin.
"pokoknya kau harus segera memriksakannya, siapa tahu kan Boruto benar-benar akan punya adik" titah Kurenai.
"tapi..."
"jangan tapi-tapi! Kan itu bisa menjadi kejutan untuk Naruto juga saat dia pulang nanti, kalaupun memang tidak ya.. mau bagaimana lagi kalian usaha lah lagi, hahahahah"
"Kurenai sensei!"
"tapi aku serius, kau pergilah periksa ya lalu beri tahu aku hasilnya"
"baiklah, besok aku pergi"
Setelah itu Kurenai dan Hinata menemani anak-anak mereka bermain.
"ohiya, Hinata selama satu minggu ini apa Naruto pernah menghubungimu?"
"dia mengirim surat melalui Kakashi sensei, dia hanya bilang kalau dia baik-baik saja, hanya itu"
"oh begitu, baguslah"
"tapi kau tahu sensei, meski dia berkata seperti itu, aku tetap selalu memikirkannya misalnya tentang dia makan apa, dia tidur dimana dan lain-lain sebagainya, aku sangat menghkawatirkannya" ungkap Hinata.
"itu hal yang wajar tapi kau hanya perlu percaya padanya iya kan" jawab Kurenai "saat Boruto dewasa dan jika kelak dia menjadi shinobi kau pasti akan merasakan kekhawatiran yang sama dengan yang kau rasakan saat ini, tapi kau pun paham kan bagaimana kehidupan seorang ninja, tidak ada yang bisa kita lakukan sebagai orangtua selain percaya padanya tapi tentu saja kita pun harus siap dengan segala kemungkinan terburuk" jelas Kurenai.
"iya kau benar" jawab Hinata sambil memandang sang buah hati.
"jadi cepatlah pergi periksakan kondisimu, siapa tahu benar kau hamil"
"Kurenai sensei itu tidak ada hubungannya dengan apa yang sedang kita bahas"
"hahahah... iya iya"
Setelah mendapatkan saran dari Kurenai, Hinata berniat pergi memeriksakan dirinya besok untuk memastikan apakah benar dia sedang meangandung atau tidak. Hinata sendiri pasti akan merasa senang jika itu memang benar dan dia berkeinginan untuk memberi kejutan pada Naruto.
NEXT PART..
Maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan karena author penulis amatiran, jangan dibully ya..
Jangan lupa vote dan komen ya! Terimakasih, sampai jumpa di part selanjutnya...