GAVRIELZE [Completed]

By Dhnrevarhe

2.5M 235K 67K

[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] Gavriel Elard Raymond Kehidupan Gavriel berubah setelah bertemu dengan Elze... More

PROLOG
01. JANGAN GENIT!
02. BOLOS BERHADIAH
03. PERIHAL RASA
04. POSSESIVE GIRL
05. HAL LAIN
06. AJARAN ZERA
07. ANGER IS DIFFERENT
CAST
08. LET'S START THIS GAME
09. SEBUAH GELANG
10. DANGER
11. JALAN BARENG
12. TERLUKA
13. MENYERAH?
15. ANEH
16. DI HUKUM
17. AWAL MAIN
18. SECOND OF DEATH
19. TIGA DARAH
20. BERBEDA
21. SIAPA SEBENARNYA?
22. UNDANGAN
23. PESTA
24. HILANG
25. MENYEBALKAN!
26. CAMPING
27. USIL
28. GUBUK TUA
29. JADI GIMANA?
30. GAVRIEL SAKIT
31. SLIGHTYL DIFFERENT
32. TANDA TANYA
33. 5 MENIT
34. MUNGKIN KEMBALI
35. JANGAN LAGI
36. TELAH KEMBALI
37. SURAT UNTUKMU
38. GARA-GARA TYPO
39. YANG SEBENARNYA
40. POISON
41. 00.00
EPILOG
EXTRA PART
YANG LAINNYA
SEQUEL gak ya?

14. RASA SAKITNYA

84.6K 7.3K 3K
By Dhnrevarhe

Setelah baca wajib jelasin gimana perasaan kalian. No debat no kecott ◣_◢

Dan terutama gimana part ini

Siap spam komen gak nih? Kalo komennya dikit ya upnya lama xixix

"Kadang kala kita berada dalam posisi yang sulit. Antara mengikhlaskan atau melupakan, rasanya sama-sama menyakitkan."


***

Glen merapikan rambut Zera yang sedikit berantakan. Cowok itu menghembuskan nafasnya pelan. "Zera beneran mau berangkat sekolah? Zera masih sakit, di rumah aja ya sama Abang."

Zera berusaha tersenyum. Meyakinkan bahwa dirinya sehat-sehat saja. Padahal wajahnya masih terlihat begitu pucat. Apalagi perban yang masih melekat di dahinya.

"Zera udah sembuh Bang. Lagi pula Zera bosan di rumah mulu."

"Yaudah. Tapi mulai sekarang di antar sama Abang ya, biar kamu gak kenapa-napa nanti."

"Siap Abang Glen sayangggg!!"

Zera tersenyum sebagai balasan sapaan para murid yang menyambut kedatangannya dengan ramah. Meski Zera terkenal nakal, tapi tidak jarang banyak orang yang menyukai sifat cewek itu. Mau itu para cewek, apalagi para cowok yang mengagumi paras cantik Zera.

"Cantik. Kok baru kelihatan? Itu kepala kenapa di iket kayak gitu? Biar gak lepas ya?" celetuk salah satu cowok.

"Itu namanya perban bego! Biasanya dipake kalo bocor," sambar cowok dengan seragam yang dikeluarkan.

"Setau gue cewek kalo bocor pakenya pembalut, bukan perban," timpal cowok yang paling lemot diantara mereka berenam.

"Lah gue malah taunya kalo bocor pake no drop, no bocor-bocor."

"Lahhh! Goblok kabeh!" cowok itu tersenyum ke arah Zera.

Zera terkekeh mendengar semua ucapan absurd dari mereka. "Gini nih gue jelasin. Yang bocor itu isi otak kalian, makanya begonya mengalir kemana-mana."

"Oalah cantik bisa ajaaa! Jadi pacar a'a aja sini!"

"Oalah jelek makasih! Gue gak minat!"

"Ngejleb Zee!"

Zera tertawa sambil berjalan meninggalkan mereka semua. "YAUDAH KAPAN-KAPAN AJAAAA!"

"KAPAN TUHH?!"

"NUNGGU KIAMATT!"

"WADUH! KAGAK JADI EUYYY!!"

Akhirnya Zera bisa kembali mengukir senyumnya. Senang bisa kembali ke sekolah ini. Zera jadi kangen Pak Dudung.

Srett!

Tangan Zera ditarik kasar seseorang. Membawa Zera ke tempat yang cukup jarang di datangi orang-orang.

Gudang.

Zera mendongak saat melihat cowok berpostur tinggi itu mengunci pintu gudang. Apalagi saat melihat siapa orang itu.

"Gavriel...," lirih Zera merindukan wajah cowok itu yang sudah lama tidak ia lihat.

Bugh!

"Sttt...." Zera meringis. Cewek itu mengigit bibir bawahnya saat merasakan nyeri di punggungnya ketika Gavriel mendorong tubuhnya dengan kasar.

"Dari mana aja lo? Bolos?" Gavriel terkekeh sinis memandang remeh ke arah Zera.

Zera terdiam. Belum mau mengucapkan sepatah katapun.

Gavriel mencekeram dagu Zera kasar membuat Zera terpaksa mendongak menatap Gavriel lebih dekat. "Jawab gue!"

"Kenapa? Gavriel rindu Zera?" Zera berujar lirih.

"Cih! Rindu lo? Gue malah senang saat gaada lo!"

Mendengar ucapan Gavriel seketika hati Zera menjadi sesak kembali. Cewek itu membuang tatapannya, tidak mau menatap kearah Gavriel. "Kok nanyain?"

Gavriel mati kutu karena ucapan Zera.

"Ck! Gue tau lo bolos, harusnya lo mikir bodoh! Udah kelas 12 bentar lagi mau lulus, dan lo? Hobinya bolos! Mau jadi apa cewek modelan kayak lo Zera? Gadis malam, iya?" Gavriel terkekeh sinis. Cowok itu berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

Namun salah. Ucapan Gavriel berhasil membuat hati Zera seakan hancur berkeping-keping. Se bodoh-bodohnya Zera, dirinya tidak pernah berfikir untuk jadi apa yang Gavriel ucapkan.

Gavriel kembali memegang dagu Zera. Menyuruh agar cewek itu menatap kearahnya. Alis Gavriel terangkat melihat perban di kepala Zera. Bukannya kasihan, Gavriel malah tertawa sinis. "Lo pake perban buat nutupin kalo lo emang bolos dengan cara pura-pura sakit? Bego! Cara lo itu sampah banget! Dikira guru-guru bakalan kasihan saat ngelihat perban di kepala lo?!"

"Sakit hm?" Gavriel menekan perban dan tepat mengenai luka lebar Zera.

Gavriel terus menekannya bahkan sampai hampir membuat perban di kepala Zera lepas. Zera memejamkan matanya berusaha menahan ringisan dari bibirnya.

Tidak bisa! Rasanya begitu menyakitkan!

"Sakittt... Gavriel." pada akhirnya Zera tidak dapat menahan ringisannya lagi.

Gavriel mengukir senyum miringnya. Cowok itu mencekeram pipi Zera hingga kukunya menyakiti kulit Zera. "Gak usah pura-pura, gue gak mudah buat lo tipu. Lo fikir gue bakal kasihan sama lo?" Gavriel memajukan wajahnya. "Mimpi!"

"Sini gue bikin lo lebih sakit." Gavriel semakin menekan perban yang terdapat luka disana. Tangan kanan ia gunakan untuk menekan perban Zera, dan tangan kirinya ia gunakan untuk mencekeram tangan kiri Zera. Hingga membuat tangan Zera memerah.

"Cewek bodoh!"

"Gavriel stop! Sakit...." Zera ingin menyentak tangan Gavriel. Sebelum salah satu tangannya kembali di cengkeram erat oleh Gavriel.

Padahal sebelumnya luka di dahi sudah membaik karena di beri salep oleh Bang Glen. Tapi sekarang lukanya kembali sakit, bahkan rasanya lebih menyakitkan daripada saat Zera mendapatkan luka itu ketika dirinya celaka.

Bukannya berhenti. Gavriel malah semakin kuat menekan luka Zera yang terbalut akan perban putih itu.

"Sakit? Kok gue gak percaya?" Gavriel membuka paksa perban itu. Hampir saja perbannya terbuka sebelum Zera menyentak tangan Gavriel dengan kasar. Cewek itu mendorong tubuh Gavriel dengan kuat.

"GUE SAKIT GAVRIEL! LO GAK PERNAH TAU ITU!!" Zera berteriak dengan air mata yang berderai. Tolong... kali ini rasanya begitu menyakitkan. Padahal Zera hampir menolak ucapan Keira, tapi untuk kali ini mungkin tidak. "GUE SAKIT KARENA LOO!!"

"KARENA LO NOLAK PANGGILAN GUEE! DISAAT GUE BENAR-BENAR BUTUH LO BUAT NOLONGIN GUE! GUE HAMPIR MATI SAAT ITU! GUE HAMPIR DIBUNUHHH! DAN GUE BUTUH LO TAPI LO MALAH GAK ANGKAT TELFON DARI GUE!!" nafas Zera memburu. Cewek itu meraup wajahnya kasar.

"Saat dimana gue berharap kalo lo bakal datang nolongin gueee! Gue berharap lo ada disaat kematian berada tepat di hadapan gue!! Tapi lo malah gak jawab panggilan gueee! GUE BUTUH LO! GUE CELAKA KARENA LO! GUE HAMPIR MATI KARENA LOOOO!!"

Kini giliran Zera yang tertawa. Tawa yang terdengar miris. "Gue gajadi mati Gavriel, gajadi. Tapi perasaan gue buat lo yang udah mati."

Mati.

Tubuh Gavriel terdiam membeku di tempat. Tatapannya memandang lurus kearah Zera. Dahi cewek itu mengeluarkan darah begitu banyak. Darah itu keluar tepat di mana Gavriel menekan luka Zera.

"GUE CAPEK GAVRIEL! GUE CAPEK! CAPEK BERHARAP SAMA LOO! KALO LO SAYANG SAMA ALUNA BILANG! KENAPA LO SEAKAN-AKAN NGASIH HARAPAN BUAT GUE?!! SEDANGKAN LO SELALU MENGUTAMAKAN ALUNA DARI SEGALA-GALANYAAA!!!"

"LO SELALU NYAKITIN GUE! Gue terima kan Gavriel?!" Zera tertawa. "IYA GUE TERIMA! BUKAN KARENA GUE BODOH! TAPI KARENA RASA CINTA GUE BUAT LO NGEBUAT GUE GAK BISA BENCI SAMA LOO!!"

Zera menunduk. Air matanya menetes bersamaan dengan darah yang mengalir dari dahinya. "Salah gue apasih sama lo Gavriel? Kenapa lo begitu benci sama gue? Kenapa Gavriel?"

Deg. Tubuh Gavriel menegang. Hatinya ikut hancur melihat wajah kesakitan Zera. "Zera lo berdarah!" baru saja Gavriel akan mendekati Zera. Sebelum cewek itu menahannya terlebih dulu.

"Stop! GAK USAH SOK NGASIH PERHATIAN BUAT GUE GAVRIEL! CUKUP! GUE UDAH CAPEK! GAK USAH SEAKAN-AKAN KALO LO CARE SAMA GUE! DAN NGEBUAT GUE SEMAKIN BERHARAP SAMA LO!" Zera berteriak. Mengungkapkan semua rasa sakit yang selama ini dirinya pendam. "ASAL LO TAU?! GUE LUKA JUGA KARENA LO! JADI GAK USAH SOK BELAGA KALO LO GAK BERSALAH! GUE UDAH MUAK DENGAN PERILAKU LO GAVRIELLL!!"

"Zera, lo marah?"

Bodoh! Dengan bodohnya Gavriel berujar seperti itu seakan-akan Gavriel tidak merasa bersalah dengan semua perilakunya sendiri.

Zera terkekeh kecil. Dirinya lupa, percuma saja berbicara panjang lebar. Gavriel gak akan mengerti. Cowok itu gak akan pernah bisa ngertiin perasaannya.

"Marah? Gue gak marah. Gue cuman lelah, dan sekarang gue nyerah." Zera menunduk. Kepalanya seakan di hantam batu besar. Rasa pusing membuat pandangannya mengabur. Sakit, kepala Zera begitu sakit.

Tes.

Darah menetes dari hidung Zera tanpa bisa dilihat oleh Gavriel karena Zera menunduk.

"Selamat. Mulai sekarang gue gak akan pernah deketin lo lagi, gue bakal buang jauh-jauh perasaan ini. Gue akan bersikap seperti yang lo mau, gue bakal jauhin lo."

Zera berujar sambil menunduk. Ia tidak mau Gavriel melihat darah yang keluar dari hidungnya.

Bugh!

Zera melewati Gavriel dengan menabrak kasar bahu cowok itu. Meninggalkan Gavriel sendiri di gudang dengan perasaan yang sulit di jelaskan.

Zera berlari dengan tertatih-tatih. Ia mengusap air matanya dengan kasar. Koridor sudah sepi karena bel masuk sudah berbunyi, dan karena ini Zera tidak bisa kembali ke kelas.

Pandangan Zera mengabur. Kepalanya bagai dihandam batu besar. Kenapa rasanya begitu menyakitkan.

Bugh!

Zera terjatuh dalam pelukan seseorang. "Elzee, Zee lo kenapa?"

"Arsen... sakit...."

Setelah berujar seperti itu. Zera tidak sadarkan diri dalam pelukan Arsen. Raut khawatir tercetak jelas di wajah Arsen.

Arsen membopong tubuh Zera, cowok itu berlari menuju tempat parkir untuk menuju ke arah mobilnya. "Zera, plis bertahan." lagi-lagi Arsen harus melihat Zera dengan kondisi seperti ini.

"Kenapa gini? Siapa yang nyakitin Elze?" percuma saja! Zera tidak akan bangun hanya untuk menjawab ucapan Arsen. Dengan segera Arsen menuju ke Satpam dan meminta izin untuk membawa Zera ke Rumah sakit.

"Elzera, lo bakal baik-baik aja." Arsen melirik kearah Zera. "Meski nyawa gue taruhannya."

***

Arsen tersenyum tipis melirik kearah kiri memandang wajah Zera yang begitu pucat. Ya, karena kekurangan darah, dan kini berakhir dirinya harus mendonorkan darah untuk Zera.

Tidak apa.

Apapun untuk gadisnya.

Darah Arsen terus mengalir melalui selang yang kini berhasil bersatu dengan darah Zera. "Zee, darah kita memang udah nyatu. Tapi hati kita gak akan bersatu kan?" Arsen memandang langit-langit Rumah sakit. Ia tidak merasakan sakit, meski tubuhnya mendadak melemah karena harus mendonorkan banyak darah untuk Zera. "Gue gak akan maksa Zee, yang penting lo bahagia. Kenal lo aja, udah buat gue bahagia." Arsen terus berujar tanpa adanya balasan.

Darah terus mengalir melalui selang yang saling berhubungan. Mau semua darah Arsen di donorin buat Zera, Arsen tidak apa-apa. Yang penting Zera kembali sehat.

"Elze, izinin gue balas rasa sakit lo ya?"

"Meraka gak berhak bahagia karena udah nyakitin bidadari kayak lo. Arsen izin ya sama Elze." Arsen mengukir senyumnya. Memandang dalam kearah Zera dengan posisi menyamping.

Detik tiap detik berjalan. Hingga beberapa menit berlalu. Mata itu kembali terbuka, berhasil membuat Arsen mengukir senyum bahagia.

"Hay."

Zera meringis saat kembali merasakan sakit dikepala. "Kenapa? Pusing?"

Mendengar suara membuat Zera melirik ke samping. Zera baru sadar bahwa ini di Rumah sakit. "Lo ngapain?" bola mata Zera melebar melihat Arsen yang ternyata mendonorkan darahnya untuk dirinya.

"Arsen lo bisa sakit!" Zera berusaha melepas jarum di tangannya.

"Jangan Zee, gue gapapa. Apapun buat lo, gue lakuin."

Zera terdiam. Mencerna setiap kata yang terujar dari mulut Arsen.

"Kenapa lo bawa gue ke sini?"

"Karena gue gak mau lo kenapa-napa."

Zera menghembuskan nafasnya, ia tersenyum miris. "Gaada yang benar-benar peduli sama gue."

"Ada. Itu gue. Izinin gue buat jaga lo Elzera."

***

BUGH!

BUGH!

"BRENGSEK! Dengan mudahnya lo nyakitin Zera?!! Bahkan ngebuat dia berulang kali masuk Rumah sakit!"

Gavriel mengusap sudut bibirnya yang berdarah karena mendapat pukulan mendadak dari Arsen. Dirinya habis dari indomaret karena di suruh Bunda, dan sekarang di perjalanan di cegat oleh Arsen.

"LO ITU BERUNTUNG! LO GAK ADA HUBUNGAN APA-APA SAMA ZERA! TAPI ZERA CINTA MATI SAMA LO! DAN DENGAN SEENAKNYA LO NYIA-NYIAIN PERASAAN ZERA!" Arsen terkekeh. "Cowok terbodoh yang pernah gue tau."

Gavriel terkekeh sinis. "Emangnya Zera kenapa? Cuman berdarah kan?"

"Lo udah sering kali nyakitin Zera. Entah itu fisik atau batinnya. Lo cowok bodoh, yang nyia-nyiain cewek sebaik Zera. Kenapa? Kalo lo gak mau perjuangin Zera..." Arsen memandang sengit Gavriel. "Biarin gue yang maju buat dapetin Zera kembali jadi milik gue."

Milik gue.

Apa maksudnya? Apa dulu Zera ada hubungan dengan Arsen?

"Gue berusaha ikhlas asal Zera bahagia. Tapi ternyata dugaan gue salah. Zera malah sering ngerasain sakit kalo di dekat lo."

Arsen berdecih. "Gue gak yakin lo beneran cowok, kalo bisanya nyakitin hati cewek."

"Bukan Zera yang gak pantas buat lo, tapi lo yang gak pantas buat gadis sebaik Zera." Arsen tersenyum sinis. "Gue berharap setelah ini Zera bisa lupain lo, dan kembali jadi milik gue."

"Asal lo tau?" Arsen menaikan alisnya menantang. "Cuman cowok bodoh yang nyakitin cewek sebaik Zera."

"Kalo lo gak mau kehilangan Zera, perjuangin! Atau... untuk selamanya lo gak akan pernah dapetin Zera disaat Zera udah sepenuhnya jadi milik gue. Sorry-sorry, sekali lagi lo nyakitin Zera. Gue gak akan biarin Zera lepas dari pelukan gue, gak akan pernah gue biarin Zera deketin lo lagi. Ataupun sebaliknya."

Gavriel berujar sinis. "Gak usah mimpi!" tidak suka mendengar segala ucapan Arsen yang sialnya berdampak untuk perasaan Gavriel.

"Dengan nyakitin Zera, itu ngebuktiin kalo lo cowok pengecut. Cowok itu ngejaga bukan malah asal nyakitin cewek. Apalagi cewek kayak Zera, lo salah pilih sasaran. Mungkin sekarang lo yang nyakitin Zera, tapi untuk kedepannya? Mungkin lo yang bakal kesakitan. Entah oleh Zera, atau dia."

***

Review part ini. Gimana perasaan kalian. Plis bilang feelnya dapet gak?

Kasih kalimat yang cocok dong buat Gavriel

Niatnya mau pub sequel. Tapi berhubung sepi jadi di pikir lagi

Mau liat Arsen gak? Udah nguatin jantung? Udah punya stok nafas?

Siap?

Serius mau liat?

Beneran?

Udah ninggalin jejak?

Udah komen?

Udah review part ini?

Siap?

Merem aja kalian. Biar Arsen buat gue xixixi:3

Continue Reading

You'll Also Like

691K 5.2K 26
di jadikan pembantu di rumah pengusaha kaya raya dan anak dari pengusaha kaya itu jatuh cinta kepada pembantu itu bahkan saat baru awal bertemu ia su...
838K 6.2K 12
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
132K 7.6K 52
⚠️DILARANG PLAGIAT! GUE VIRALIN, TUNTUT MAMPUS NNTI⚠️ "Kamu pernah bilang kalau kamu lautku Karang. Seperti namaku, Lara. Kita akan tetap bertemu dit...
505K 30.8K 44
Anak pungut sepertiku berharap apa dengan takdir? Benar katanya, aku tak pantas diperlakukan layaknya manusia, karena takdirku sudah terlanjur tengge...