The Lucifer Prince Who Fell F...

由 Dekdi_A

2.7M 450K 161K

[SELESAI PART LENGKAP] [TERSEDIA DI TOKO BUKU] Gracia Walson adalah seorang gadis menyedihkan. Sejak lahir, i... 更多

PENGENALAN CERITA
Prologue
Lucifer : 01
Lucifer : 02
Lucifer : 03
Lucifer : 04
Lucifer : 05
Lucifer : 06
Lucifer : 07
Lucifer : 08
Lucifer : 09
Lucifer : 10
Lucifer : 11
Lucifer : 12
Lucifer : 13
Lucifer : 14
Lucifer : 15
Lucifer : 16
Lucifer : 17
Lucifer : 18
Lucifer : 19
Lucifer : 20
Lucifer : 21
Lucifer : 22
Lucifer : 23
Lucifer : 24
Lucifer : 25
Lucifer : 26
Lucifer : 27
Lucifer : 28
Lucifer : 29
Lucifer : 30
Lucifer : 31
Lucifer : 32
Lucifer : 33
Lucifer : 35 [END]
TEASER, SPOILER, GIVEAWAY
NEW STORY
Lucifer Winter Version
TERSEDIA DI TOKO BUKU
SPESIAL PO LUCIFER + JEFFREY

Lucifer : 34

59K 10.6K 4.5K
由 Dekdi_A

⚠️Ada note penting di bawah. Tolong luangkan waktu buat baca.⚠️

***

             Pagi hari setelah Grace bangun dari tidurnya, ia sudah mendengar kegaduhan di seluruh kastil. Kakaknya—Louis Nata Weldon buru-buru berangkat ke Istana, setelah mendengar kabar bahwa Yang Mulia Putra Mahkota menuntut Ibu Ratu dan membeberkan semua rincian kejahatan yang beliau lakukan. Untuk pertama kalinya, Putra Mahkota muncul kembali ke publik dan membuat pengakuan yang mengejutkan.

Keadaan hari itu sangat kacau, mengingat dukungan politik Ratu Eleanor sangat kuat. Selama dua minggu faksi bangsawan berusaha mencegah Ratu Eleanor menghadiri pengadilan, dengan melakukan tuntutan terhadap Putra Mahkota. Tapi, karena Perdana Mentri telah mengubah undang-undang terlebih dahulu, maka pergerakan faksi bangsawan yang mendukung Ibu Ratu terbatas. Tak lama setelah tuntutan dilayangkan, Jef Narenth memecat seluruh pejabat pemerintah yang berhasil masuk melalui jalur nepotisme. Ada sekitar 100 orang yang dipecat, sehingga terjadi gejolak politik yang cukup besar.

Setelah memastikan faksi bangsawan tidak bisa berkutik, Jef menyeret Eleanor ke pengadilan dan memaksanya untuk datang. Sidang berlangsung sebanyak 4 kali, dan di sidang terakhir Jeno meminta kuil suci untuk melakukan tes darah ulang. Di sana, Ratu Eleanor terbukti bukan sebagai ibu kandung dari Jef Narenth. Hari itu, rakyat sangat marah dan terjadi kekacauan di berbagai pusat kota. Ada sebagian besar orang yang telah kehilangan kepercayaannya terhadap keluarga kerajaan, namun, semuanya bisa diatasi ketika Jeno mengumumkan bahwa seluruh harta hasil korupsi dan penggelapan pulau akan disumbangkan untuk rakyat dan pembangunan Manuala.

"Ini tidak adil, Yang Mulia." Ratu Eleanor berteriak keras ketika ia dijatuhi kurungan seumur hidup.

Jeno yang berdiri di podium sebagai penuntut tersenyum tipis, "Saya juga merasa ini tidak adil. Bukankah hukuman kurungan terlalu ringan?"

"Yang mulia—" Hakim Agung, Raja dan beberapa petugas yang melakukan pemungutan suara menatap Jeno, menunggu apa yang hendak pria itu katakan.

Grace yang melihat semua itu dari lantai atas terdiam, begitu juga dengan hadirin yang yang menyaksikan pengadilan terbuka secara langsung. Mereka bertanya-tanya apa lagi yang hendak Putra Mahkota keluarkan, mengingat dari delapan jam yang lalu, Ratu Eleanor sudah dipukul habis-habisan. Wanita itu terpojok, hingga tidak bisa menyanggah bukti-bukti yang Jeno beberkan.

"Ratu Eleanor tidak hanya menipu keluarga kerajaan, melainkan telah membunuh ratusan rakyat."

Semua orang terpekik, 'Apa maksudnya?' Bisik-bisik memenuhi pengadilan hari itu.
Jeno memanggil Lord Saidon untuk masuk, lalu mulai menjelaskan keadaan Pulau Wend yang beberapa tahun terakhir menghadapi bencana limbah yang merusak sebagian besar pulau. Ledakan besar di gudang penyimpanan minyak menewaskan beberapa pekerja, dan memberikan dampak kemiskinan parah selama 3 tahun terakhir. Total korban lebih dari 100 orang, terlebih sebagian besar yang terdampak adalah anak kecil.

Kejahatan dengan korban anak kecil tidak bisa dimaafkan, hingga bisik-bisik kini memenuhi ruang pengadilan. Beberapa orang yang merasa bersimpati dengan Ratu Eleanor—setelah wanita itu mengungkapkan perasaannya ketika harus membesarkan anak orang lain yang bukan darah dagingnya, perlahan mengilang. Jeno memanfaakan kemarahan itu untuk bisa membuat Eleanor dihukum mati. Ia pun maju untuk berbicara di hadapan para pengamat yang datang. "Perizinan penambangan minyak bumi ditanda-tangani oleh Lord Saidon sebagai Tuan Tanah. Beliau bertransaksi dengan seseorang yang mengaku sebagai pembisnis sukses yang memiliki koneksi dengan keluarga kerajaan. Saya berusaha menyelidiki siapa orang itu, ternyata orang itu tidak lain keluarga Baron Janette yang tergabung dalam klan JonMark."

"Yang Mulia—" Beberapa orang dari faksi bangsawan kembali protes, tapi Jeno langsung menyelanya. "Tapi, setelah saya telusuri keadaan keuangan keluarga Baron, mereka bahkan tidak bisa membeli permata yang bagus untuk debutante putri mereka. Jadi, sangat mustahil Baron Jannette bisa membeli perizinan untuk mengebor minyak. Lalu, dari mana asal uang mereka?"

Jeno berjalan ke arah Ibu Ratu yang menatapnya nyalang, "Saya melihat pembukuan Istana Ratu dan menemukan banyak sekali pengeluaran yang tidak masuk akal. Belum lagi pengeluaran dengan uang pribadi. Saya sangat penasaran, apakah pekerjaan sampingan Anda sebagai pembisnis, Ibu Ratu? Kenapa Anda memberikan uang yang seharusnya digunakkan untuk keperluan Istana untuk Baron Jannette?"

"Saya menolak tuduhan tak berdasar Anda yang Mulia. Saya tidak ada hubungannya dengan kasus Pulau Wend."

"Benarkah? Tapi kenapa Anda harus repot-repot memecat seluruh pengawai dan pejabat setelah ledakan itu terjadi?"

"Sudah jelas karena mereka tidak kompeten," ujar Ratu Eleanor, berusaha tenang.

"Hakim Agung, apa saya boleh memanggil saksi tambahan?"

"Silakan, Yang Mulia."

Jeno langsung mengkode beberapa orang untuk masuk ke pengadilan. Orang tersebut menoleh dengan gemetar ke arah Ratu Eleanor. Wajah renta yang berusaha tenang itu, langsung mengeras setelah melihat beberapa orang yang dulu ia mutasi ke pulau lain agar tidak meninggalkan jejak. 'Bagaimana bisa Jeno menemukan orang-orang ini?'

"Mereka adalah orang-orang yang bertransaksi dengan Grand Duke Reymond. Grand Duke sebagai tangan kanan Ibu Ratu membuat banyak binis dengan identitas palsu. Mereka berdagang dan menjual beberapa barang secara ilegal. Kejadian Pulau Wend sepenuhnya adalah tanggung jawab Ibu Ratu dan Grand Duke Reymond sebagai pemilik bisnis dari pusat pengeboran minyak."

"Putra Mahkota, lancang sekali Anda!" Ibu Ratu berdiri dari kursinya, namun langsung ditahan oleh penjaga.

Jeno tersenyum sinis. "Untuk lebih lengkapnya, saksi yang saya bawa akan menjelaskannya secara detail. Saya juga meminta investigasi dilakukan untuk melihat bisnis apa saja yang Ibu Ratu lakukan di luar sana, karena selama ini beliau tidak membayar pajak sebagai pemilik bisnis." Setelah mengatakan itu, Jeno kembali ke tempatnya.

"Putra Mahkota menang telak," ujar Emerlad yang berada tak jauh dari tempat duduk Grace. Para saksi menjelaskan secara rinci detail transaksi, sehingga Ibu Ratu tidak bisa membantah satu pun.

Grace tahu Jeno memang luar biasa. Pria itu bahkan tidak gentar saat dipojokkan oleh faksi bangsawan yang memihak Ibu Ratu. Susunan dari rencana Jeno sangat sempurna. Ia bahkan berpikir untuk merevisi undang-undang terlebih dahulu, agar rencana kedepannya tidak ada hambatan.

Setelah menunggu selama tujuh jam untuk mengkonfirmasi bukti dan menggeledah kantor kerja Ibu Ratu, pengadilan pun memutuskan hukuman mati. Seluruh keluarga Mandesa dilengserkan dan dipenggal tangan dan kaki mereka. Grand Duke Reymond menyerahkan daerah kekuasannya dan akan dipenggal bersama Ibu Ratu.

Seluruh orang yang mendengar jatuhnya hukuman gemetar, mengingat untuk pertama kalinya keluarga kerajaan dihukum mati di hadapan rakyat.

"Calon Raja kita sangat kuat," ujar salah satu bangsawan yang ikut menonton pengadilan. Sidang tidak berhenti sampai di sana. Atas izin Jef Narenth seluruh sistem pemerintahan akan dirombak, bahkan ada rumor bahwa Jeno berniat mengubah sistem kerajaan menjadi kekaisaran ketika ia dinobatkan menjadi raja.

Manuala adalah Negara yang sangat luas. Jika Grace ibaratkan, luas Manuala melebihi luas sebuah benua besar. Jika Manuala masih menganut sistem kerajaan, akan sangat sulit jika harus menghadapi perang di masa yang akan datang. Untuk itu, tercipta rumor bahwa Yang Mulia Putra Mahkota berniat menata sistem politik dan membagi beberapa wilayah untuk dipengang oleh masing-masing pimpinan.

"Kita akan memiliki Kaisar di masa yang akan datang."

"Hussh... Itu hanya rumor."

Grace menatap Jeno yang berdiri jauh di bawah sana. Ia tidak menyangka pria itu adalah kekasihnya.  "Kenapa kau sangat keren?" Grace kini melihat ke sekelilingnya dan menyadari gadis-gadis yang menghadiri pengadilan menatap Jeno dengan pandangan berbunga-bunga, penuh dengan harapan.

Rumor kompetisi yang kembali dibuka memang sudah beredar, karena dana pemilihan calon Ratu sempat dipermasalahkan akibat adanya penundaan kompetisi. Jika melanjutkan kompetisi yang dulu, maka dipastikan Lady yang bisa ikut sekitar 20 orang. Tapi, jika kompetisi dibuka untuk umum, Grace yakin yang mengikuti kompetisi ribuan atau bahkan puluhan ribu wanita.

Semua orang sudah tahu wajah Jeno seperti apa, bagaimana kasta dan kekuatannya dalam memimpin Manuala. Kecerdasan, kekayaan, takhta, dukungan politik... Tidak ada siapapun yang bisa mengusik Jeno Narenth setelah apa yang dia lakukan hari ini. Dan jika orang seperti itu dijadikan suami, maka istrinya akan menduduki posisi teratas dengan derajat pergaulan sosial yang tak tertandingi. Gadis-gadis yang menggelepar seperti ikan teri dipastikan akan terus berdatangan.

"Awas saja kau tidak menjadikan aku Ratumu," gumam Grace, ketika melihat Jeno berjabat tangan dengan Hakim Agung. Sudut bibirnya menaik, ia bangga atas pencapaian pria itu.


***

               Jeno mengambil beberapa barangnya, lalu keluar dari pengadilan. Ia sudah bekerja keras selama hampir 5 bulan, dan semuanya terbayar dengan kemenangan telak seperti apa yang telah ia janjikan. Louis Nata Weldon yang berpapasan dengannya, membungkuk hormat, "Salam, Yang Mulia."

"Kerja bagus," ujar Jeno, lalu berlalu begitu saja. Ia berjalan melewati lorong yang sunyi. Lorong tersebut adalah jalan yang menuju tempat dimana Ratu Eleanor dikurung. Hukuman penggal akan dilaksanakan satu minggu kemudian, dan perempuan itu mendekam di ruang bawah tanah Hardem—ruangan khusus yang ada di kawasan kuil suci. Tempat tersebut dekat dengan pengadilan, dan penjagaannya sangat ketat.

"Yang Mulia..." Para kesatria pengawal langsung memberi hormat saat Jeno tiba.

"Bagaimana keadaannya?"

"Beliau tidak mau makan," ujar pengawal lalu membukakan pintu tempat dimana Ratu Eleanor dikurung. Sidang sudah dilakukan selama lebih dari 15 jam. Seharusnya perempuan itu sudah kelaparan.

"Ruangannya lebih bagus dari yang aku kira." Jeno tersenyum tipis saat masuk ke dalam. Ibu Ratu merupakan keluarga kerajaan yang agung. Beliau tidak ditempatkan di sebuah sel, melainkan ruang bawah tanah yang bahkan memiliki kamar yang luas dan kamar mandi dalam ruangan.

"Untuk apa kau kemari?" Eleanor bertanya dengan dingin.

"Untuk mengucapkan perpisahan." Jeno tersenyum tipis. "Satu minggu lagi, Jef Narenth akan memenggal kepala Anda dengan tangannya sendiri." Jeno berjalan mendekat ke arah Eleanor, "Padahal saya tidak berniat sejauh ini, tapi kelakuan Anda yang menjijikan membuat saya marah."

"Aku bahkan tidak pernah melukaimu seujung jari pun, Narenth. Tapi kau membalas kasih sayangku seperti ini."

"Kerena itu, ini adalah belas kasihanku yang terakhir." Jeno menunduk, menatap Eleanor, "Jika bukan mengingat hubungan kita selama ini, aku sudah memotong tangan, lidah, dan kakimu, lalu aku biarkan membusuk. Setiap hari, kulitmu aku cambuk sampai tak terbentuk. Aku menahannya, karena kasihan."

"Apa keberadaan saksi terakhir, Jemin yang memberitahumu?"

Jeno tersenyum sinis.

Tangan Ratu Eleanor mengepal, "Kau sangat sombong. Apa kau kira semua ini sudah selesai?"

"Ini selesai ketika aku mendapatkan kepalamu."

Eleanor tersenyum tipis, "Apa kau lupa, Manuala hanya boleh mempunyai satu matahari? Jika kau menyayangi anak itu, rela melakukan apapun untuknya, yang kau dapat hanya kesialan. Selama aku hidup, aku sudah melihat Pangeran Kedua hanya berakhir celaka. Jika kau terus-terusan melindunginya, aku curiga nyawamu lah yang akan dipertaruhkan." Eleanor tersenyum tipis, "Bagaimana ini? Padahal Ibumu sampai meninggal untuk melindungimu."

Eleanor menatap Jeno dengan matanya yang sayu, "Pustaka suci bukanlah roh yang bijak. Lupakan keinginanmu untuk hidup bahagia. Takdirmu adalah kehilangan orang-orang yang kau cintai, Narenth. Sama seperti Ayahmu, seperti suamiku—Raja Terdahulu. Kau akan kehilangan segalanya."

Jeno berjalan mendekat. Tangannya yang dilapisi sarung tangan membelai wajah renta Ratu Eleanor, "Khawatirkan saja dirimu. Hidupmu sudah berakhir. Klan yang kau bangun hancur, dan semua keluargamu akan jatuh pada titik terendah. Ucapkan selamat tinggal pada kehidupanmu yang agung." Jeno tersenyum sinis, kemudian menyentak wajah tua itu.

Ia tidak menoleh ke belakang lagi. Ratu Eleanor tidak ada hak untuk menilai kehidupannya di masa depan. Ia bukanlah seseorang seperti Ayahnya yang tidak tahu wanita mana yang dicintainya. Ia bukan Raja terdahulu yang melepaskan wanita yang dicintainya demi takhta kerajaan. Jeno berbeda. Ia tahu apa yang ia inginkan dan bagaimana cara melindungi miliknya.

Kuil Suci, Pelantikan Putra Mahkota.
Satu bulan yang lalu...

Tangan Jeno terulur menyentuh pustaka suci yang bercahaya terang. Selagi Pendeta Agung melanturkan doa, Jeno memejamkan matanya, 'Jika Anda memang sebuah roh naga yang melindungi Manuala, munculkan wujud Anda dalam ingatan saya.'

Beberapa menit setelah pendeta melanturkan puja, dalam ingatan Jeno terdapat bayangan seorang pria berwujud abstrak. Sosok itu tidak berbicara. Bersamaan dengan itu, tangan Jeno yang menyentuh pusat dari matahari merasakan panas yang sedikit menyengat. Tapi, dia tetap menempelkan tangannya sesuai perintah dari pendeta agung.

'Saya sudah memperkenalkan diri saya di awal. Saya adalah Jeno Narenth Felipe yang kelak akan menjadi Raja Manuala.'

'Apa yang Anda inginkan?' Roh itu berbisik dalam ingatannya.

'Saya tidak menginginkan apapun. Saya memberikan Anda perintah.' Bayangan abstrak tersebut mulai menampakkan wujud yang lebih jelas. 'Apakah Anda tahu siapa saya?' tanyanya.

'Saya tidak peduli Anda siapa. Saya tidak sudi menaruh hormat untuk sosok yang mengambil jiwa Ibu saya.' Rahang Jeno sedikit mengeras, 'Jika Anda memang benar roh agung yang melindungi Manuala, maka kerjakan pekerjaan Anda dengan benar.'

Roh tersebut tersenyum tipis, 'Anda sangat berani. Perintah apa yang Anda berikan, Yang Mulia?'

'Saya adalah orang yang paling potensial untuk dijadikan Raja. Saya tahu, Anda tidak akan bisa mengambil nyawa saya. Bukankah itu benar?'

Pustaka suci tidak bisa mengelak.

'Saya tidak ingin orang-orang terluka karena saya. Jika sampai ada jiwa yang harus mati, karena saya, saya akan menghancurkan kerajaan ini.' Jeno menatap lurus sosok itu, 'Bukankah Anda adalah pustaka agung yang melindungi Manuala? Lakukan apapun itu, untuk melindungi negeri ini! Melindungi orang-orang yang saya cintai. Ini adalah perintah dari Rajamu di masa depan.'

'Yang Mulia...'

'Saya tidak akan melakukan sumpah jika Anda tidak bisa menuruti perintah saya.'

Sosok tersebut mendekat ke arah Jeno. 'Jika itu yang Anda inginkan, maka saya akan melakukannya.'

'Bersumpahlah demi kehormatanmu sebagai roh yang agung.'

Sosok itu pun menampilkan wujudnya untuk melakukan sumpah layaknya seorang kesatria. Setelah selesai, Jeno membuka matanya. Lalu, tak beberapa lama kemudian, pendeta mendekat dan menyuruhnya untuk meneteskan darah sebagai akhir dari proses pelantikan Putra Mahkota.











Catatan :

Halo, sebelumnya aku mau ngucapin terima kasih banyak untuk pembaca Lucifer yang udah nemenin aku dari awal sampe di titik ini. Aku bener2 berterima kasih sama dukungan kalian. Kali ini aku mau kasi kabar—yang kayaknya bakal jadi kabar buruk bagi pembaca setia di wattpad.

Dari awal nulis di wattpad, sampai sekarang sudah ada 5 bukuku yg terbit dan tersedia di Gramedia atau toko buku online, aku selalu mencantumkan ending di wattpad. Meski sebagian cerita akhirnya aku hapus demi kepentingan penerbitan, tapi tetep aku selalu tamatin di wattpad dulu. Tapi, berbeda dengan Lucifer yang ga bakal aku cantumin endingnya di wattpad.

Kalian pasti kecewa'kan? Apalagi pembacaku banyak yg masih adek2 pelajar. Di zaman sekarang, semuanya serba sulit, dan itu juga berlaku untuk seluruh sektor, salah satunya penerbitan. Orang-orang lebih jarang ke mall dan memprioritaskan kebutuhan pokok. Karena itu, cukup riskan menerbitkan sebuah buku di zaman corona.

Menerbitkan buku itu membutuhkan modal yg besar—cetak, editing, beli ilustrasi, cetak merch, memasarkan ke seluruh toko buku di Indonesia. Jadi, modalnya gede dan penerbit cukup selektif agar ga terjadi kerugian. Aku sendiri sih ga papa ya, karena aku nulis iseng2, uang masih dikasi ortu. Tapi, berbeda dengan perusahaan yg emang cari keuntungan dan harus gaji karyawannya. Modal yang mereka keluarkan harus balik.

Aku sudah mencoba nego, tapi yaa... begitulah. Aku ga berharap kalian bisa mengerti. Aku menerima rasa kecewa, kesel, ataupun keengganan kalian buat baca Lucifer. Tapi, emang sampe inilah yang bisa aku kasi ke kalian. Keputusan ini jg aku ambil bukan tanpa sebab.

Sebagai gantinya aku bakal ngasi yang terbaik sebisaku untuk versi buku. Aku jg bakal tetep nulis cerita lain yg bisa menghibur temen2 yg selalu baca ceritaku dan dukung aku di wattpad.

Jujur, cukup lama aku ngerenungin gimana nyampeinnya ke kalian—sebagai pembaca Lucifer yang sudah ada sama aku dari awal. Kita udah sama sama selama 1 tahun lebih. Aku yg jarang update, kalian yg sabar nungguin. Terima kasih banyak. Kalian share cerita ini, mencintai Pangeran Narenth, mencintai Jemina, Lady Grace dan seluruh cast Lucifer... aku sebagai penulis amatiran ini sangat berterima kasih. Semoga ga kapok mampir di work aku.

Chapter terakhir akan aku publish minggu depan. Aku potong sampe part 35 aja, karena part kedepannya cukup riskan. Kalau aku potong part 36 atau seterusnya, pembaca wattpad yang ga beli bukunya pasti bakal resah atau bingung banget. Setidaknya, part 35 cukup aman dan menampilkan hal2 yg kalian tunggu selama ini. Jadi, aku harap kalian bisa tetep menikmatinya meski belum cukup puas.

Buku Lucifer akan open PO bulan April atau paling paling lambat Mei. Jika pengen, kalian bisa menabung dari sekarang. Kalau pun pengen banget.... tapi belom bisa beli, ikut giveaway nanti. Aku bakal adain giveaway buat kalian.

Terima kasih ya udah baca catatan aku yang super panjang. Ini kayaknya pertama kalinya aku bikin note panjang. Sampe bertemu nanti di chapter 35. Aku gamau bilang ini akhir, karena masih banyak yg belom aku sampaikan. Jadi ya... sampai ketemu nanti di chapter 35.

繼續閱讀

You'll Also Like

2.8M 145K 27
Adreanne Zenobie, gadis malang yang selalu ditimpa penderitaan yang seakan tak berujung. Ia dipandang rendah oleh werewolf di pack-nya sebab tak bisa...
1.9M 44.2K 12
Pernah bergabung dalam program Paid Stories Wattpad dari 27 Mei 2020 sampai dengan 8 Juni 2021. Julio Harding adalah seorang petarung misterius yang...
2.7M 122K 25
Kingdom Series #1 TERSEDIA DI DREAME DAN GOOGLE PLAY. 18+ The lady who brings a curse. Ketika Kerajaan diramal akan terkena kutukan karena wanita ter...
338K 6.3K 6
Nickholas pernah jatuh cinta, hingga ia benar-benar dihempaskan sampai ke jurang kematian. Sayangnya bukan ia yang mati, melainkan orang terkasih. I...