PROMISE 2

By hafidzah1312

54K 6.8K 734

"Inikah caramu menghukum ku?Jika iya, kau benar-benar berhasil melakukannya." "Mengapa kau tak mengatakannya... More

Flashback
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32 ( Flashback)
Part 33
Part 35
Part 36 (End)
CERITA BARU
NEW STORY

Part 34

1.1K 156 16
By hafidzah1312

Sejak pertengkarannya dengan Joy, kini Yeri terlihat lebih banyak diam. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah dan di kamar. Keluar kamar hanya ketika akan pergi atau menginginkan sesuatu. Entahlah, ia hanya tidak siap jika harus berpapasan dengan kakak-kakaknya yang pasti masih marah padanya.

Yeri berjalan menuruni anak tangga. Jam sudah menunjukkan pukul 19:00 WIB. Yeri bisa mendengar suara Ibu juga kakaknya dari ruang makan. Mungkin mereka sedang sibuk menyiapkan makan malam. Yeri hanya menatap sekilas lalu kembali melangkah.

"Sayang, kau mau kemana?"

Yeri menghentikan langkahnya saat sang Ibu memanggilnya. Gadis itu membalikkan tubuhnya, menatap sang Ibu dan kedua kakaknya.

"Sebentar lagi jam makan malam. Apa kau akan keluar?" tanya Irene kembali.

Yeri menatap meja makan yang sudah penuh berbagai makanan yang Yeri duga itu pasti masakan Ibu dan kedua kakaknya.

"Aku ingin ke rumah Mama Fanny." ucap Yeri.

Irene bergegas mendekati putri bungsunya. Ia paham, mungkin Yeri masih dalam suasana hati yang tidak baik akibat pertengkarannya dengan Joy. Beberapa hari ini pun Yeri terlihat lebih pendiam. Mendengar Yeri ingin pergi ke rumah Tiffany membuat hati Irene sedikit terusik. Beberapa waktu terakhir, putri bungsunya itu sering keluar rumah. Dan ketika di tanya, Yeri selalu menjawab jika dia baru pulang dari rumah Tiffany.

"Setidaknya kita makan malam dulu. Mommy dan kakakmu sudah menyiapkannya. Daddy juga sebentar lagi pulang."

Yeri menatap sekilas kedua kakaknya yang sudah duduk manis di depan meja makan. Mereka juga tengah menatap Yeri. Kedua kakaknya hanya menatapnya datar. Wendy dan Joy juga pasti masih dalam suasana hati yang buruk. Yeri sudah membayangkan bagaimana suasana makan malam nanti jika bersama kedua kakaknya.

"Aku sudah janji akan makan malam di rumah Mama." ucap Yeri.

"Yerim..."
"Sejak kemarin kau tak pernah ikut makan malam bersama Mommy. Untuk kali ini, tetaplah di rumah ya."

Yeri melihat tatapan memohon dari Ibunya. Tapi kembali ia melihat kedua kakaknya. Sebenarnya ia juga tidak ingin terlalu lama dalam situasi perang dingin. Bahkan mereka tidak saling menyapa sejak kemarin.

"Maaf Mom, tapi...."

"Setidaknya hargai usaha Mommy untuk menyiapkan semua ini Yeri. Apa susahnya untuk duduk dan makan bersama kami."

Masih terdengar dingin. Ucapan Joy membuat Yeri menelan salivanya. Joy terlihat lebih menyeramkan sekarang.

Yeri hanya pasrah saat Irene menuntunnya untuk duduk, tepat di sebelah Joy.

......

Mobil Joy berhenti di depan salah satu mini market. Gadis itu terlihat sedang menunggu seseorang. Sesekali ia menatap jam di pergelangan tangannya, lalu menatap pintu mini market. Jam sudah menunjukkan waktu malam, tapi sepertinya orang yang ia tunggu tak kunjung muncul.

Tepat saat pintu mini market terbuka, seorang gadis terlihat keluar lalu mengunci pintu mini market. Joy bergegas turun dari mobil dan menghampiri gadis itu.

"Masih bisa menghirup udara bebas ternyata."

Gadis itu terkejut melihat kedatangan Joy.

"Kenapa? Kau terkejut aku menemuimu?"

Gadis yang tak lain adalah Yewon. Joy sengaja menunggunya sejak tadi. Entah apa tujuannya. Sebenarnya Joy sudah lama tau keberadaan Yewon. Diam-diam dirinya juga mencari tau tentang kehidupan gadis itu. Sejak ia tau keinginan adiknya untuk mencari Yewon, Joy bertekad untuk menemui Yewon lebih dulu .

Yewon terlihat ingin melangkahkan kakinya untuk pergi dari hadapan Joy. Namun dengan cepat Joy mencengkram lengan Yewon.

"Kau ingin kabur lagi? Setelah apa yang kau lakukan pada keluargaku?" ucap Joy tajam. Jelas kemarahan terlihat di wajahnya. Bahkan cengkraman di lengan Yewon semakin kuat. Membuat sang empunya meringis menahan sakit.

Yewon terkejut dengan kedatangan Joy yang tiba-tiba. Selama ini ia berusaha untuk menghindar dan menjauh dari keluarga Yeri. Sejak pengadilan memutuskan Ayahnya sebagai tersangka, Yewon tak pernah menampakkan diri di hadapan Yeri dan keluarganya. Kesalahannya membuatnya takut untuk sekedar bertemu keluarga Kim.

"A-aku..."

"Pembunuh!" potong Joy tajam.

Yewon menatap tak percaya pada gadis yang tak lain adalah saudara sepupunya. Joy baru saja mengatainya pembunuh. Yewon tak mengerti maksud ucapan Joy.

"Apa maksudmu?"

Joy menghempas kasar tangan Yewon. Tatapannya begitu tajam seolah ingin menghabisi gadis itu.

"Kau yang membuat kakakku meninggal!" tunjuk Joy tepat di wajah Yewon.

Suasana di sana terlihat sepi, hanya beberapa orang yang masih berlalu lalang. Pertengkaran Joy dengan Yewon membuat orang-orang menatap ke arah mereka.

Yewon menggelengkan kepalanya. Ucapan Joy tidak benar. Hanya karna ia terjebak dalam situasi sulit, dan sekarang ia harus menerima tuduhan dari keluarga Yeri.

"Kau dan Ayahmu bekerja sama untuk menghancurkan keluargaku. Apa kau puas sekarang? Kakakku meninggal karna ulahmu dan juga Ayahmu!"

Joy berkata dengan mata berkaca-kaca. Setiap kali mengingat kejadian itu membuatnya kembali teringat akan pertemuan terakhirnya dengan sang kakak. Ia marah, hancur. Dan ia semakin marah saat tau jika anak dari pembunuh itu tidak di kenakan hukuman apapun.

Yewon bungkam. Inginnya menjelaskan tapi sepertinya akan percuma. Gadis itu bahkan sangat menyesal dan merasa bersalah karna tak bisa menyelamatkan Yeri dan kakaknya. Seulgi meninggal dan itu karna ulah Ayahnya. Sungguh Yewon sangat membenci Ayahnya sendiri. Juga membenci dirinya yang tak bisa mencegah perbuatan Ayahnya.

Joy menghapus kasar air matanya yang tiba-tiba mengalir. Kembali menatap tajam pada Yewon.

"Sampai mati pun aku tak akan pernah memaafkanmu!"

Joy melangkah menuju mobilnya, meninggalkan Yeri yang diam mematung di tempatnya. Gadis itu hanya menatap mobil Joy yang mulai menjauh. Tanpa sadar air matanya ikut turun. Namun dengan cepat ia mengusapnya.

Joy melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak peduli dengan umpatan beberapa orang yang mungkin terganggu dengan aktivitasnya. Gadis itu butuh pelampiasan.

Cittt.....

Joy menunduk, menyandarkan kepalanya di atas kemudi. Air matanya kembali turun. Ia marah, sedih. Apa lagi jika bukan karna kakaknya?

"MENGAPA KAU PERGI KAK? MENGAPA?"

BRAKK BRAKK

Berkali-kali ia memukul kemudi guna melapiaskan kemarahannya. Dan kembali ia menunduk, air matanya semakin berjatuhan. Ia menangis, meratapi kepergian kakaknya yang sampai saat ini belum bisa ia lepas. Jika membunuh tak menyalahi aturan hukum, mungkin ia sudah menghabisi pria yang sudah mencelakai kakaknya. Usahanya untuk menyibukkan diri agar tak terus teringat akan luka kehilangan, semua sia sia. Karna bagaimanapun ia berusaha, hatinya tetap selalu teringat kakak sulungnya.

"Aku merindukanmu kak. Mengapa kau meninggalkanku secepat ini."

Suaranya melirih, tersirat akan luka yang begitu menyedihkan. Joy tidak sanggup, kakaknya terlalu berharga. Mengapa sebagian hatinya hilang saat kakaknya tak lagi berada di sisinya. Joy butuh Seulgi, ia butuh kakaknya. Pelukan hangat yang selalu ia dapat dari kakak sulungnya. Joy ingin mengulangnya kembali, kebersamaannya bersama sang kakak.

......

Irene menghampiri Yeri yang terlihat berdiri di balkon kamarnya. Wanita itu sudah beberapa kali mengetuk pintu kamar putrinya. Tak kunjung mendapat jawaban ia pun masuk dan mendapati putrinya sedang berdiri di balkon.

"Kau belum tidur?"

Yeri tersentak mendengar suara Mommynya. Ia terkejut karna tak tau sejak kapan sang Mommy sudah berdiri di sebelahnya.

"Maaf, apa Mommy mengejutkanmu?" ucap Irene seraya mengusap bahu putrinya yang terlihat terkejut.

Yeri menggeleng.
"Mommy kapan masuk?"

Irene tersenyum, sepertinya putri bungsunya sejak tadi melamun hingga tak menyadari kehadirannya.

"Apa kau sedang memikirkan sesuatu?"

Bukannya menjawab, Irene malah balik bertanya pada Yeri. Tangannya terulur mengusap lembut surai hitam putrinya.

Yeri menatap langit malam.
"Malam ini tak satu pun bintang terlihat Mom. Aku jadi tidak bisa melihat kakak."

Setiap malam gadis itu akan berdiri di balkon kamarnya untuk melihat langit malam. Ia masih ingat ucapan Mommy nya waktu itu.

"Bintang yang setiap malam aku lihat, aku merasa itu kak Seulgi." lanjut ucapan Yeri.

Irene menatap sendu wajah putrinya dari samping. Dirinya memang pernah mengatakan jika Seulgi sudah menjadi salah satu bintang di langit, Yeri bisa melihatnya setiap malam. Tak di sangka jika ucapannya akan benar-benar berpengaruh pada Yeri. Wanita itu juga sering mendapati Yeri yang berdiri di balkon kamar hanya untuk memperhatikan langit.

"Cuaca sedang tidak baik. Itulah mengapa tak ada bintang malam ini." ucap Irene menanggapi. Ia ikut menatap ke atas.

"Mom..."

"Mengapa Tuhan membuat keluarga kita berantakan?" Yeri bertanya tanpa menoleh pada Ibunya. Irene sedikit terkejut dengan ucapan Yeri. Tersirat keputus asaan dari kata-kata putrinya.

"Sudah lama aku menunggu kita berkumpul. Jika akhirnya seperti ini, mungkin akan lebih baik kalian tetap membenciku seperti dulu. Asal aku tetap bisa melihat keluargaku lengkap."

Dulu bertahun-tahun Yeri di benci keluarga kandungnya. Tapi menurut Yeri, masa itu tak semenyakitkan saat dirinya kehilangan salah satu keluarganya.

Hati Irene tercubit mendengar ucapan Yeri. Bagaimana mungkin putrinya sampai berpikir seperti itu. Memilih tetap di benci asal keluarganya tetap utuh.

"Sayang..."
"Mommy mohon jangan bicara seperti tadi. Mommy tidak akan pernah menyakitimu lagi Yerim."

Yeri menatap wajah Ibunya, wajah itu begitu menunjukkan kesedihan. Yeri tersenyum untuk menenangkan hati Ibunya.

"Aku juga tidak akan pernah menyakiti Mommy. Apapun yang terjadi Yerim akan selalu di sisi Mommy." ucap Yeri seraya memeluk tubuh mungil Ibunya dari samping.

Hati Irene serasa menghangat mendengar penuturan putri bungsunya. Yeri yang berkali-kali sulit ia jangkau. Ia bersyukur Yeri kembali ke dalam dekapannya.

"Yerim."

Irene lebih dulu melepas dekapannya. Ia kembali menatap Yeri.

"Mommy akan membantumu mencari Yewon."

.

.

.

.

.

.






Continue Reading

You'll Also Like

106K 12.6K 51
Tentang janji yang pernah terucap. Namun tak satupun dari mereka menepatinya. "Bukankah sudah ku bilang, jadilah seperti saudaramu yang lain, yang bi...
148K 11.4K 86
AREA DILUAR ASTEROIDπŸ”žπŸ”žπŸ”ž Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
HATE By milasari

Fanfiction

89.7K 11.3K 52
Kebencian melupakan segalanya. Menenggelamkan sebuah fakta terjalinnya ikatan darah. Hidup dengan segala kelebihan juga kemewahan, tanpa cela sedikit...
105K 10.4K 24
Kim Yerim berubah menjadi bayi berusia 1 tahun karena sebuah kutukan dan diasuh oleh keempat kakaknya di Red Velvet.