THE PARTNERS (SERIES) || LIZK...

By iamfoxy_

273K 34.9K 21.4K

[ M ] Siapapun, tentu tidak menginginkan untuk hidup dalam dunia yang penuh kegelapan. Begitu pula bagi seora... More

THE PARTNERS SERIES
1. NEW MEMBERS
2. THE GANG
3. FIRST MISSION
5. WHAT HAPPEN WITH THEM?
6. WHY JUST ME?
7. BIG MISSION
8. DANGEROUS
9. A REASON
10. JUST US
11. ALBERN
12. WRONG
13. SMOOTH CRIMINAL WITH LOVE
14. SMOOTH CRIMINAL
15. THE CONTRACT
16. THE CONTRACT - 2 -
17. BE MINE
18. THE TRAP ?
19. I'M YOUR HOME
20. MAFIA IN LOVE - 1 -
21. MAFIA IN LOVE - 2 -
22. WELCOME BACK, LISA
23. THE SECRET - 1 -
24. THE SECRET - 2 -
25. THE SECRET ( A PLAN )
26. THE SECRET ( A MISSION )
27. THE SECRET ( A MISSION - LAST )
28. PUZZLE
29. DARK NOTES

4. THE MISSION

9.3K 1.5K 945
By iamfoxy_



"Hai!"

Lisa terjingkat, aktivitasnya yang tengah melepas lilitan Bandage Boxing seketika terhenti kala ia merasakan sebuah lengan tiba-tiba mendarat begitu saja di pundaknya.

Lisa menoleh, dan ia mendapati sebuah presensi pria dengan sebuah senyum kotak telah berada tepat di sebelah gadis itu.

"Tanganmu." Ucap Lisa, sorot matanya menatap wajah Taehyung datar dan tanpa ekspresi.

"Ups! Sorry," Taehyung menarik tangannya yang bertengger di pundak Lisa. Pria itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal,

Lisa menghela napas perlahan, gadis itu kembali melepas Bandage yang melilit tangannya. Ia memang baru saja menyelesaikan latihan bersama Jungkook. Bahkan sedari tadi, pria itu tetap berada di tempat yang sama, yakni mendudukkan diri di depan Lalisa.

"Bagaimana? Apa persiapannya sempurna?" Tanya Jungkook pada Taehyung.

"Sempurna, dan ini akses kalian berdua untuk masuk kedalam sana."

Jungkook dan Lisa menoleh, suara Jimin mengalihkan atensi mereka berdua. Pemuda bermata sipit itu juga meletakkan dua buah Card di atas meja.

"Pesta dansa itu ternyata adalah sebuah pesta bagian dari perjamuan yang akan di hadiri oleh Kim Jihoon. Namun, para pejabat pemerintahan tidak akan menghadiri pesta dansa itu. Aku dan Vee juga telah menyiapkan segala sesuatunya di tempat eksekusi, jadi yang harus kalian berdua lakukan hanya datang dan menyelinap di tengah kerumunan." Jelas Jimin panjang lebar. Pria itu kini mendudukkan diri tepat di sisi Jungkook.

"Dan, ini..." Taehyung meletakkan dua buah topeng bertema pesta di atas meja. "Pesta dansa itu ternyata mengenakan topeng, kurasa ini adalah hal yang menguntungkan bagi kalian berdua."

"Tunggu, mengapa mereka tidak menghadiri pesta dansa itu?" Jungkook bertanya pada kedua temannya, kedua alis pria itu menukik tajam.

"Para pejabat akan menghadiri pesta berbeda di sisi gedung yang lain. Para pejabat memiliki pesta mereka sendiri, dan kau pasti tahulah Jung, pesta para tikus berdasi." Jimin berucap seraya terkekeh, membuat ketiga temannya menyunggingkan senyum miris mereka. Memang benar ucapan Jimin.

"Aku dan Vee telah menyiapkan segala sesuatunya di sebuah balkon hotel tempat pesta dansa di selenggarakan. Dan aku yakin, kau pasti menyukai senjatamu kali ini Lisa." Jimin berucap seraya mengalihkan pandangannya pada Lisa, membuat kedua temannya turut melakukan hal serupa.

Lisa mengernyit, salah satu alisnya terangkat seolah berucap Apa?

"Barret M82, dengan peluru kaliber 50 BMG. Bagaimana?" Kini Taehyung yang menjawab. Lagi-lagi lengan Taehyung kembali mendarat di pundak Lisa, membuat Lisa melirik lengan yang berada di pundaknya itu.

Sebuah helaan napas keluar dari belah bibir Lisa. Gadis itu berdiri, membuat lengan Taehyung seketika terjatuh begitu saja dari pundaknya.

"Baiklah, aku akan beristirahat. Lagipula aku harus menjaga stamina untuk besok bukan?" Selepas berucap demikian, Lisa mulai melangkah menuju kamarnya dan meninggalkan presensi ketiga temannya begitu saja.

"Kau, mengapa kau begitu senang menjahili Lisa?" Jimin berucap, atensi pria itu beralih pada Taehyung.

"Aku? Aku hanya bercanda." Jawab Taehyung.

Ketiganya terdiam, hingga suara Taehyung kembali menarik atensi Jimin dan Jungkook yang sempat menguar entah kemana.

"Tapi, mengapa Lisa bisa sedingin itu ya?"

•••

Mungkin, Matahari memang baru saja tenggelam. Namun di dalam kamarnya, Jungkook telah sibuk bersiap. Pria itu mengenakan setelan jas yang membuatnya terlihat lebih tampan, ia juga menata rambutnya dengan rapi. Benar-benar tidak terlihat seperti orang yang tengah menjalani sebuah misi.

Selesai dengan segala persiapannya, Jungkook melangkahkan kakinya keluar. Dan tepat di depan kamarnya, para teman-teman pria itu yang juga anggota kelompoknya tengah berkumpul. Jim yang berkutat di depan komputer miliknya, Taehyung yang tengah mempersiapkan sebuah alat penunjuk jalan dan juga sebuah benda yang akan menjadi alat komunikasi bagi mereka, serta teman-teman lain yang juga turut membantu segala persiapan demi suksesnya misi mereka semua. Karena, meskipun Lisa dan Jungkook berperan sebagai eksekutor, anggota kelompok yang lain tetap menjalankan peran melalui markas mereka.

"Mana Lisa?" Jungkook bertanya seraya mengaitkan kancing lengan kemejanya. Pandangan pria itu mengedar, mencari presensi Lisa.

"Masih bersiap." Jawab Hoseok tanpa mengalihkan atensinya dari butiran-butiran peluru yang tengah ia persiapkan.

"Jung, kemari."

Jungkook menoleh, tanpa menjawab pria itu melangkahkan kakinya menuju Namjoon. Sepertinya Namjoon akan memberikan beberapa intruksi demi suksesnya misi mereka.

Suasana kembali tenang, hanya ada suara Namjoon yang tengah berbicara dengan Jungkook namun suara pria itu bahkan hampir tidak terdengar. Sementara anggota yang lain masih sibuk dengan tugas mereka masing-masing.

Hingga kemudian,

Cklek,

"WOW!!"

Pekikan Taehyung seketika membuat seluruh atensi para pria yang berada di sana teralih. Arah pandang mereka seketika tertuju pada seorang gadis yang terlihat baru saja keluar dari kamarnya. Seorang gadis yang mengenakan dress panjang lengkap dengan sebuah higheels yang cukup tinggi dan ia terlihat begitu cantik dari balik topengnya.

"Kau, kau Lalisa kan?" Taehyung berucap tepat di sisi Lisa. Entah sejak kapan pria itu berdiri di sisi Lisa.

Lisa diam tak menjawab. Gadis itu menyingkap dress panjangnya hingga membuat kaki jenjang miliknya terlihat jelas. Lisa mengangkat kakinya itu, meraih sebuah pistol berukuran mini yang akhirnya ia selipkan di pahanya.

"Wah, penampilan mu benar-benar mengejutkan." Kini Hosok yang bersuara.

"Pesta dansa, kau ingat?" Lisa bersuara. Gadis itu lantas mendudukkan diri di sisi Jihope, meraih butir-butir peluru telah di persiapkan untuknya.

Suasana mendadak senyap, bagaimanapun para pria itu masih merasa 'aneh' ketika ada seorang wanita di kelompok mereka. Bukan apa-apa, mereka hanya merasa sedikit terkejut.

Hening beberapa saat, Namjoon menghela napas perlahan. Hingga kemudian pria itu mulai bersuara,
"Baiklah, persiapan cukup, kalian berdua berangkatlah. Good Luck!" Ucap Namjoon seraya menepuk pelan pundak Jungkook.

Jungkook mengangguk, pria itu lantas mengenakan topengnya dan bersiap untuk keluar. Tak lupa sebuah pistol berukuran mini, ia selipkan di balik jas yang ia kenakan untuk berjaga-jaga.

Lisa turut berdiri. Gadis itu melangkah menuju Namjoon dan Jungkook yang tengah menunggunya. Sebuah Smirk timbul di wajah cantik Lisa, tepat sebelum akhirnya gadis itu melenggang keluar bersama Jungkook. Membuat senyum Namjoon terukir kemudian. Ya, ia percaya. Percaya pada dua orang yang akan menjadi Jackpot baginya itu.

"Semoga berhasil, kawan."

•••

"Arah pukul Sepuluh, seorang pria yang tengah berdansa itu akan berganti pasangan. Kau berdansa bersama dia dan aku bersama wanitanya, kita akan terus berganti pasangan sampai mendekati pintu belakang."

Lisa terdiam, ekor matanya melirik ke arah yang di tunjuk Jungkook. Kendati kedua tangannya masih melingkar lembut di tengkuk Jungkook dan kedua lengan Jungkook yang melingkar di pinggangnya demi mengikuti irama musik yang mengalun, namun masing-masing mata keduanya tetap siaga dan mencari celah yang terbuka.

"Baiklah Lisa, hitungan ketiga."

Lisa mengangguk, kedua mata bulatnya menatap mata Jungkook.

"Satu,"

"Dua,"

"Tiga,"

Lisa melepaskan tangannya dari tengkuk Jungkook, begitupun Jungkook yang seketika melepaskan lingkaran tangannya dari pinggang Lisa. Keduanya berganti pasangan dengan cepat, berdansa sekejap seraya sesekali tetap memperhatikan satu sama lain.

Sesuai kode dari Jungkook, keduanya terus berpindah pasangan. Hingga akhirnya tepat di sisi pintu belakang, keduanya menyelinap dengan cepat dan hati-hati mengingat ada banyak penjaga yang bisa saja menangkap basah gerak-gerik mereka berdua yang terlihat mencurigakan.

Dan, berhasil.

Lisa dan Jungkook menyusuri lorong gelap. Lisa mengangkat dress yang ia kenakan, kendati ia mengenakan Heels yang lumayan tinggi, sepertinya itu sama sekali tidak menyulitkan baginya untuk mengimbangi langkah cepat Jungkook.

"Kami berdua telah berada di lorong, balkon mana yang harus kami tuju, Jim?" Jungkook bertanya pada Jim melalui alat komunikasi yang terpasang di telinganya.

"Lorong kedua belok kanan. Setelah itu kau belok ke kiri hingga ujung."

Mengerti dengan ucapan Jimin, pandangan Jungkook menjelajah mencari lorong yang di maksud Jimin.

Pada akhirnya, Lisa dan Jungkook menemukan balkon yang mereka cari. Salah satu sudut bibir Lisa tertarik ke atas kala kedua matanya menemukan sebuah tas panjang yang tentu berisi senapan untuknya.

Tak hanya sebuah senapan berlaras panjang, di dalam sana juga terdapat dua pasang sarung tangan, sebuah kacamata yang tentu bukan kacamata sembarangan, hingga sebuah teropong Binocular demi melihat dengan jelas dimana posisi target mereka berada.

Dengan cepat Lisa mempersiapkan segalanya, gadis itu mengenakan sarung tangan yang telah di persiapkan dan kemudian meraih peluru yang ada di dalam dompetnya dan mengisinya ke senapan yang akan ia gunakan. Sementara Jungkook menggunakan teropong dan mencari keberadaan target mereka berdua.

Jungkook menoleh sekejap, dan ia mendapati Lisa yang telah siap di balik senapan miliknya. Tanpa sadar, perasaan sedikit aneh timbul di benak Jungkook kala ia mendapati rekannya kali ini adalah seorang wanita. Ada sedikit rasa yang tak bisa ia deskripsikan kala seorang wanita dengan dress panjangnya itu siap menarik pelatuk kapan saja. Ia hanya merasa, tak biasa bekerja dengan seorang wanita.

Helaan napas pelan menguar dari belah bibir Jungkook. Salah satu tangannya terulur, membawa teropong yang berada di tangannya untuk kembali ia gunakan.

"Arah pukul Delapan, Jihoon berada di sana."

Ctek,

Suasana menghening,

Merasa ada yang aneh, Jungkook menurunkan teropong Binocular yang ia gunakan. Pria itu menoleh ke arah Lisa, menatap Lisa dengan kedua alis yang menukik.

"Apa yang kau lakukan? Mengapa kau tak melesakkan pelurumu itu?"

Lisa menghela napas perlahan, gadis itu menjauhkan kepalanya dari senapan miliknya.

"Jung, ubah rencana." Ucap Lisa.

Ucapan Lisa semakin membuat dahi Jungkook berkerut. "Apa maksudmu?"

Lisa menghela napas panjang, melepas topeng yang menutupi wajahnya dan menatap Jungkook. "Jika aku menembak dari sini, salah satu pengawal itu yang akan tertembak karena mereka sangat menghalangi. Kau tak lihat?"

Sempat berpikir sejenak, Jungkook kembali bersuara. "Lantas, dimana tempat yang tepat?"

Lalisa menyeringai, membuat salah satu sudut bibirnya terangkat jelas. "Di sana."

Jungkook menoleh, arah pandangnya mengikuti tempat yang di tunjuk Lisa.
"Kau gila? Itu terlalu jauh!"

"Percaya padaku. Aku tak mungkin mengenai orang yang tidak bersalah."

Jungkook kembali terdiam, otak pria yang juga merupakan seorang Planner itu kini berpikir dengan keras, menimang segala sesuatu yang bisa saja terjadi di tengah misi mereka berdua.

"Ikuti saja rencana Lisa, Jungkook-ah. Percaya padanya."

Suara Namjoon tiba-tiba mengudara dan terdengar melalui alat komunikasi yang terpasang di telinga Jungkook dan Lisa.

Jungkook menghela napas perlahan. "Lisa, apa kau yakin?"

Lisa mengangguk. "Yang ku butuhkan hanyalah mengetahui posisi target kita. Mungkin tempat itu sangat jauh, tapi kau bisa membimbing melalui teropong di tanganmu itu bukan?"

Jungkook terdiam, sorot matanya menurun, memandang sekejap teropong yang berada di tangannya.

"Baiklah, kita ubah rencana." Ucap Jungkook akhirnya.

Dengan sigap, Lisa dan Jungkook membereskan segala persiapan mereka. Sekejap berikutnya, tas panjang itu kini berada di punggung Jungkook. Pandangan Jungkook kembali menjelajah, mencari jalan demi bisa mencapai tempat yang mereka tuju.

"Kita akan melewati celah sempit itu, apa kau berani?" Tanya Jungkook pada Lisa seraya menunjuk sebuah celah kecil yang akan mereka lalui. Celah itu ternyata adalah sebuah pijakan-pijakan kecil yang berada di antara balkon. Itu berarti, mereka akan berjalan dengan merapat ke dinding tanpa pengamanan apapun.

Bukan, bukan maksud Jungkook meremehkan Lisa. Namun, rekannya itu adalah seorang wanita yang tengah mengenakan dress panjang dan sepatu ber hak tinggi. Wajar jika Jungkook merasa khawatir mengingat mereka kini berada di lantai Dua belas.

Bukannya menjawab, Lisa melepas sepatu yang ia kenakan. Gadis itu juga melepas kaitan kain yang melilit pinggangnya, mengikatnya menjadi satu hingga menjadi sebuah dress pendek yang membuat kaki jenjangnya terekspos sempurna.

Merasa sang partner telah siap, Jungkook mulai  menapaki satu persatu pijakan kecil itu. Sesekali pria itu menoleh, guna memastikan keadaan Lisa. Dan ah, ternyata gadis itu sangat lincah.

Berhasil melewati tiga balkon dengan belasan pijakan, Jungkook dan Lisa telah sampai di Balkon lain yang mereka tuju. Keduanya mengatur napas sejenak, sebelum akhirnya mempersiapkan segala yang mereka butuhkan dengan cepat.

Tak lama kemudian...

"Baiklah, bisa kita mulai sekarang?"

Ctak!

Jungkook menghela napas, posisi Lisa yang tepat berada di balik senapan dengan salah satu tangan yang berada tepat di pelatuk senapan seolah menandakan jika gadis itu telah siap.

Jungkook kembali mengenakan teropong miliknya, memperhatikan dengan seksama posisi terget mereka.

"Arah pukul Sepuluh, Choi Seohyun. Jihoon berada tepat di sisinya, tahan pelatukmu." Jungkook mulai memberi aba-aba.

Suasana kembali hening,

"Choi Seohyun melangkah pergi, dan Kim Jihoon sendirian. Ah tunggu, Jihoon melangkah menuju meja minuman dengan dua pengawalnya."

Krieett, Lisa sedikit menarik pelatuknya.

"Arah pukul Dua, sekarang Lisa!"

Salah satu sudut bibir Lisa tertarik keatas hingga menimbulkan Smirk di wajah cantiknya.

"Here we go..."

Ctak!

Syuuuhh ~~

DORR!!

Peluru milik Lisa tertanam tepat di dada Jihoon, membuat perdana menteri berusia sekitar 48 tahun itu seketika merenggang nyawa. Kegaduhan terjadi, terlihat jelas dari kerumunan orang yang berhamburan dari dalam ruangan itu.

"Baik, sekarang saatnya kita pergi." Ucap Jungkook. Pria itu meletakkan teropong miliknya, membantu Lisa yang tengah membereskan alat eksekusi yang baru saja mereka gunakan. Karena mereka berdua tak boleh meninggalkan jejak sekecil apapun.

Selesai membersihkan jejak, Lisa dan Jungkook segera mencari jalan keluar. Segala alat eksekusi mereka tinggalkan begitu saja, keduanya sama sekali tak peduli andai polisi menemukan senjata itu, karena baik Lisa ataupun Jungkook telah memastikan tak ada sedikitpun jejak yang tertinggal disana.

"Kita tak mungkin keluar sekarang Lisa, penjagaan di luar pasti sangat ketat." Jungkook berucap seraya terus mencari celah.  Sementara sesekali Lisa melihat para polisi telah menyebar cepat di bawah sana.

Ah ya, bukankah mereka tengah berada di hotel? Pikir Lisa.

Dengan cepat, Lisa melepas salah satu antingnya. Tak susah karena alat komunikasi yang terpasang di telinganya dan Jungkook telah mereka berdua lepaskan beberapa saat yang lalu.

Lisa menahan pergelangan tangan Jungkook, membuat langkah Jungkook terhenti dan seketika menoleh ke arah Lisa.

"Waktumu kurang dari Lima detik. Buka pintu itu."

Tak ingin berpikir hal lain, Jungkook segera meluruskan anting Lisa yang akan ia gunakan untuk membuka pintu secara paksa. Sedangkan Lisa melepaskan kaitan dress panjangnya, membuat dress itu kembali menjuntai dengan indah.

Cklek!

Pintu terbuka, dengan cepat Lisa dan Jungkook  melesat kedalam salah satu kamar Hotel itu. Jujur Jungkook tidak mengetahui rencana Lisa, bagaimanapun ia masih merasa asing bekerja dengan seorang wanita. Terlebih saat ia melihat Lisa tengah melepas kaitan dress yang melilit leher belakang gadis itu, membuat dress bagian atas milik Lisa tersingkap begitu saja.

"Jung, lepaskan beberapa kancing kemejamu sekarang."

Jungkook terkejut, "A-apa?"

"Tak ada waktu, bodoh!" Lisa meraih kerah kemeja Jungkook dan menariknya kesamping, membuat tiga kancing kemeja Jungkook terlepas dari tempatnya dan jatuh entah kemana.

Masih dengan keterkejutannya, Lisa telah berpindah ke area pinggang miliknya, melepaskan ikat pinggang itu dengan tergesa.

"Sekarang!"

Brug!

Tubuh Jungkook terhempas di atas ranjang, dengan Lisa yang berada di atas dan menindih tubuhnya. Gadis itu juga mendaratkan bibirnya di bibir Jungkook, melumat bibir itu tanpa peduli dengan Jungkook yang terbelalak tak percaya.

Brak!

Pagutan keduanya terlepas, menoleh serempak ke arah pintu dimana terdapat beberapa polisi yang telah berada di sana, berdiri mematung mendapati ciuman panas yang mereka berdua lakukan.

"Ah maaf," Ucap salah seorang polisi dengan wajahnya yang memerah.

"Lupakan, mereka hanya sepasang kekasih yang tengah bercinta. Kita cari ke tempat lain!" Seru polisi itu kemudian. Pintu kembali tertutup, meninggalkan Lisa dan Jungkook yang masih berada di posisi semula.

Suara derap langkah kaki para Polisi terdengar menjauh dengan perlahan, Lisa menarik tubuhnya dan berdiri kemudian. Gadis itu membenahi dress miliknya tanpa peduli dengan Jungkook yang masih terlentang di ranjang.

"Dua jam lagi, kita baru bisa keluar dari tempat ini. Selama itu kita tak boleh kemanapun," Ucap Lisa seraya melenggang menuju kamar mandi.

Sementara Jungkook?

Pria itu benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja ia lalui. Dan begitu kesadarannya telah terkumpul, dengan cepat Jungkook membangunkan diri.

Ikat pinggang yang terlepas, kemeja yang acak-acakan, dan bekas lipstik Lisa yang berada di sekitar bibirnya...

Mengapa bekerja bersama seorang wanita terasa begitu mengejutkan baginya?

Sangat mengejutkan.

Continue Reading

You'll Also Like

173K 19.2K 47
#taekook #boyslove #mpreg
YES, DADDY! By

Fanfiction

305K 1.8K 9
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
46.8K 6.4K 30
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...
724K 58.2K 63
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...