Ineffable

Por GreNal-14

20.9K 1.9K 193

Bilqis dan Devin adalah sahabat sejak kecil. Yang akhirnya memutuskan untuk menikah muda. Bagi Devin, Bilqis... Más

Prolog
01. Pernikahan
02. Pelukkan ternyaman
03. Mau Hidup bersama
04. Tiga Bulan Kemudian..
05. Kamu yang terbaik
-07- Salah Siapa?
- 08 -
INFO

06: Pregnant

546 96 5
Por GreNal-14

Kelas yang di ikuti Bilqis hari ini tidak terlalu banyak. Ia hanya memiliki dua kelas saja, yaitu keelas pertama jam 9 pagi dan kelas kedua di jam satu siang. Kebiasaan nya setiap kali menunggu kelas selanjutnya ia selalu memilih nongkrong di perpustakaan sambil mengerjakan tugas. Biasanya ia sambil menunggu Dzuhur juga disana.

Bilqis itu tidak memiliki banyak teman sejak dulu. Bahkan semua teman-teman nya bisa di hitung pakai jari tangan. Sejak kecil ia hanya mempunya beberapa saja, di antaranya Ayasa. Yang tidak lain adalah sepupunya sendiri. Saat masuk pesantren ia juga hanya memiliki dua orang sahabat. Yang memang sangat dekat hingga sekarang walau mereka tidak berdekatan jaraknya. Karena dua sahabatnya itu tinggal di Aceh.

Ia bukan tipe orang yang dengan mudah bisa bergaul. Beradaptasi dengan sekitar adalah hal yang sulit ia lakukan. Ia tidak terlalu memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk menyapa lebih dulu. Tidak pandai dalam bernada basi. Katakan lah, ia adalah seorang yang lebih nyaman sendiri.

"Bilqis?".

Seseorang menyapanya, membuat Bilqis yang tadi sedang fokus membaca menoleh ke depan. Seorang laki-laki yang dua hari lalu menyapanya di kantin kampus kini sudah berada di depannya lagi.

Arvin.

"Lagi ngerjain tugas juga?". Tanya Arvin padanya.

"Tidak, cuma lagi baca aja sambil nunggu zduhur." Jawabnya dengan canggung.

"Ohh.. kenapa enggak nunggu di kantin atau di mushola aja?". Tanya Arvin lagi sambil kini meletakkan beberapa buku di atas meja.

"Disini lebih enggak berisik.". Jawabnya lagi.

Arvin mengangguk saja. Selanjutnya pria itu tidak lagi bertanya. Karena Arvin sudah membuka laptop dan beberapa buku. Mulai mengerjakan tugasnya.

Melihat Arvin sekarang ia jadi teringat pada cerita Kak Kyla malam kemarin.
Ternyata Kyla melihatnya yang di samperin Arvin di kantin waktu itu. Jadilah ia sedikit mengertahui siapa Arvin.

Ia dan laki-laki itu pernah bertemu sebelumnya. Mereka pernah satu gedung sekolah. Yang se tau nya, Arvin ini pernah beberapa kali menganggu nya saat sekolah dasar dulu. Memang sering menganggu nya, bahkan memalaknya. Ia sama sekali tidak ingat, tapi ketika Kyla cerita ia jadi bisa mengingat laki-laki itu.

Namun, sepertinya Arvin tidak mengingatnya. Karena laki-laki itu terlihat tidak sama sekali mengenalnya sebelumnya.

Sesaat ketika ia kembali pada novel nya. Suara Adzan terdengar. Dan, ia langsung menyudahi bacaan nya. Membuat Arvin menoleh padanya.

"Mau cabut?."

"Iya". Jawab Bilqis dengan sopan. "Saya pergi dulu." Pamitnya.

Arvin hanya mengangguk, dan setelah itu ia langsung memutuskan untuk pergi dari sana. Meski ia masih bisa merasakan tatapan Arvin di belakangnya.

***

"Dek."

Bilqis menoleh kebelakang, dan kemudian menghentikan langkahnya saat melihat Devin sedang berlari dari seberang taman penghubung fakultas management bisnis dan Fakultas Sastra. Dengan senyuman manis ia menyambut kedatangan sang suaminya.

"Mau kemana?". Tanya Devin begitu tiba di hadapannya .

"Kelas." Jawab nya sambil melangkah pergi dengan Devin sekalian. "Abang udah sholat?".

"Udah dong." Jawab Devin dengan bangga.

"Udah makan siang?".

"Udah juga, tadi Abang makan bekal yang kamu buat.". Jawab Devin kini dengan menunjukkan tas bekal yang memang ia bawa-bawa sejak ia selesai sholat Dzuhur. "Kamu selesai kelas jam berapa? Biar Abang tungguin."

"Jam dua lewat kayaknya. Emang Abang udah bimbingan nya?."

"Udah kok". Jawab Devin. Keduanya berhenti di depan sebuah kelas yang di dalam sudah di isi oleh beberapa orang. "Yaudah, Abang nunggu di kantin ya." Lanjut Devin.

"Iya."

"Nanti chat aja kalau udah selesai." Kata Devin lagi.

"Siap komandan". Kata Bilqis sambil hormat.
Membuat Devin terkekeh gemas sendiri.

Ia mengacak kerudung Bilqis dengan gemas. Kemudian mendekat untuk mengecup ubun kepala istrinya.

"Semangat belajarnya". Kata Devin dengan senyuman lebar karena melihat muka Bilqis yang sedang malu-malu. Membuatnya semakin gemas.

Bilqis hanya mengangguk, kemudian langsung berbalik pergi setelah mengucapkan salam. Ia langsung memutuskan untuk masuk kedalam kelas. Sedangkan Devin tidak langsung pergi, ia memandangi istrinya itu yang masih memasang muka malu karena beberapa teman kelas menggodanya karena ulah Devin barusan.

Setelah puas, barulah Devin memutuskan untuk berbalik pergi. Ia memilih untuk langsung menuju ke kantin.

***

Devin melangkah masuk kedalam kafetaria fakultasnya dan langsung menuju ke arah meja yang sudah di tempati oleh beberapa teman nya. Termasuk Nayla di sana bersama dengan Ria.

"Woi, bro!" Abrar menyapa nya saat ia sudah mengambil duduk di samping laki-laki itu. Tepat di hadapan Nayla.

"Lagi pada ngomongin apaan?". Tanya Devin sambil menyesap minuman yang ia bawa tadi.

"Ini, kita lagi ancang-ancang buat acara akhir tahun nanti". Jawab Fikram.

"Oh, jadi pada mau kemana?."

"Ada dua tempat, Nayla ngajuin ke Bali." Saut Ria.

"Gue pengennya sih ke Jogja." Saut Abrar.

"Gue juga sih, pengen ke Jogja". Timpal Fikram.

Ia dan teman-temannya memang sering menghabiskan akhir tahun bersama-sama. Tahun lalu mereka berangkat pulau komodo. Selain liburan, mereka juga menjadi relawan untuk pemukiman pelosok gitu.
Tapi sepertinya, tahun ini ia akan skip.

"Lo ada ide?". Tanya Abrar padanya.

"Enggak ada." Jawab Devin menggelengkan kepalanya. "Tahun ini kayaknya gue gak bisa ikut.".

"Kenapa?". Nayla bertanya dengan nada heran dan bingung.

"Susah, gue.-"

"Devin!". Seseorang tiba-tiba saja memanggil namanya. Dan membuat ia bingung. Apalagi saat orang itu berlari ke meja nya dengan napas tersengal. Dan ia juga tidak mengenali di laki-laki berkacamata tersebut.

"Itu, Bilqis Pingsan di kelas!".

Brak!.

Reaksi Devin langsung luar biasa kaget. Membuat teman-teman bingung.

"Apa?! Sekarang dimana?".

"Masih di kelas." Devin dengan tanpa menjawab langsung berlari begitu saja pergi dari kantin.

"Woi! Dev!". Seru Abrar. Tapi Devin tidak mendengar.

"Siapa sih?". Tanya Fikram pada teman-teman nya yang lain.

Dan mereka hanya menggeleng. Namun kemudian tetap menyusul Devin dengan membawa sekali barang-barang yang di tinggal Devin di atas meja.

***

Jantungnya hampir copot saat mendengar Bilqis Pingsan. Perasaan langsung gelisah dan panik. Tapi, ia berusaha untuk tenang. Terus berlari dengan cepat menuju kelas Bilqis.
Seharusnya ia tadi lebih memperhatikan istrinya.
Tapi, ia sama sekali tidak melihat tanda-tanda jika Bilqis kurang sehat. Istrinya itu masih terlihat seperti biasa.

"Minggir minggir!". Seru Devin menerobos.

Ia langsung menyentak seseorang yang hendak menyentuh Bilqis. "Awas!". Bentaknya pada Arvin dengan tatapan tajam.

Arvin sampai kaget sendiri, ia langsung melangkah mundur. Dan Devin langsung mengambil alih istrinya. Membawanya dalam gendongan dan langsung membawanya menuju ruang kesehatan dengan kemudian juga di susul oleh teman-temannya yang tadi ikut menyusul.

***

Tidak ada yang berani bertanya tentang siapa perempuan yang membuat Devin panik luar biasa. Bahkan saat Bilqis di periksa oleh dokter pun Devin terlihat tidak tenang dan jelas terlihat ketakutan.
Membuat Nayla tidak nyaman sendiri.

"Bil." Ia langsung dengan cepat mendekat saat mendengar suara ringisan Bilqis yang akhirnya siuman.

"Jangan gerak dulu." Katanya.

"Abang." Gumam Bilqis heran. Kemudian menatap sekitar yang juga ada di sekitarnya.

"Iya, ini Abang. Tadi kamu pingsan. Kenapa kamu enggak bilang kalau enggak enak badan? Kenapa kamu enggak-".

"Abang." Panggil Bilqis dengan suara lembut yang bisa melelehkan siapapun yang mendengarnya. Dengan sentuhan lembut di lengan Devin langsung membuat pria tampan itu tenang dan menghela napas lega.

"Devin." Seorang perempuan yang mengenakan blazer putih memanggil namanya. Perempuan itu yang tadi memeriksa Bilqis.

"Iya, mbak?". Saut Devin.

Ia heran dan bingung ketika melihat Mbak Kenang telihat enggan atau ragu-ragu untuk menyampaikan analisisnya. Terlihat jelas dari pandangan dan lirikan matanya pada Bilqis dan orang-orang disana.

"Mbak, kenapa? Bilang aja." Tanya Devin menyakin kan.

Mbak Kenang terlihat masih ragu, ia kemudian beralih pada Bilqis yang sudah beranjak duduk dengan bantuan Devin.

"Kamu ngerasa telat datang bulan?". Tanya nya pada Bilqis.

Semua langsung menoleh pada Bilqis. Pada perempuan cantik dengan perawakan yang begitu lembut dan sangat meneduhkan.

"Saya udah telat hampir dua Minggu, seharus nya saya-".

"Tunggu!" Sergah Devin bingung. "Hubungannya apa? Masalahnya apa?". Tanya Devin pada Mbak Kenang.

"Lo hamil?!" Seru Ria dengan nada terkejut.

Dan sukses membuat yang lain ikut terkejut. Devin sekalipun.

"Hamil?!" Tanya Devin.

Bilqis terdiam, mencoba untuk mencocokan semuanya kejadian-kejadian yang ia alami beberapa hari ini yang memang aneh. Ia sedang mencoba mencerna semuanya.

"Bil, hamil?". Tanya Devin masih tidak yakin namun sangat berharap.

"Mungkin." Jawab Mbak Kenang. "Untuk lebih yakin, mending di periksa ke dokter kandungan."

"Beneran hamil?." Tanya Devin dengan senyuman yang merekah sangat lebar. Membuat teman-teman nya yang lain semakin heran dan bingung.

"Dek, kamu hamil!." Seru Devin dengan suara cukup keras.

Tiba-tiba dari arah pintu masuk Kyla bersama dengan Ayasa. Keduanya langsung masuk dan mendekati Bilqis. Mereka tadi sempat kaget ketika mendengar kasak kusuk jika Bilqis Pingsan.

"Om, Bil kenapa?". Tanta Kyla langsung.

Devin menoleh kemudian tersenyum dengan lebar.

"Bil, hamil Kyla! Sya Bilqis Hamil!. Gue bakal jadi Ayah!". Seru Devin sangat bahagia.

"What?!". Dan seruan ini semakin membuat Devin kaget dan langsung menoleh pada ke empat teman-teman nya. Bahkan termasuk Mbak Kenang.

"Eh!". Kaget Devin.

Bilqis ikut menoleh, ia sejak tadi sudah menahan tawa melihat sikap suaminya yang terlihat sangat senang sampai berteriak tidak jelas. Ia juga bingung saat menatap pada teman-teman suaminya.

"Bentar deh, Devin ini ada apaan sih? Kenapa Lo mau jadi ayah? Lo ngehamilin dia?!" Tanya Abrar heran dan juga kaget.

Devin terdiam, kemudian menepuk jidatnya sendiri saat ia teringat akan sesuatu. Dengan salah tingkah ia menggaruk keningnya sendiri menatap teman-teman nya dengan cengiran lebar.

"Brar, Kram. Sorry yaaa... Bukan gue mau rahasia-rahasia an nih. Sebenarnya gue udah nikah empat bulan lalu." Jawab Devin merasa salah tingkah plus tidak enak hati.

"Maksudnya?" Nayla bertanya dengan nada gamang. Bahkan matanya sudah berkaca-kaca sendiri.

Bilqis memperhatikan itu. Ia merasakan ada hal lain.

"Sorry Nay, gue-".

"Kenapa Lo gak bilang kalau Lo udah punya pacar?! Kenapa Lo terus bersikap seolah lo-". Nayla menghentikan ucapannya. Raut mukanya terlihat sangat marah dan kecewa. Sehingga ia tidak bisa lagi berkata-kata dan akhirnya memilih buat pergi meninggalkan Devin dan yang lain dalam suasana yang mendadak hening.

Bilqis hanya memilih diam, memandangi kepergian Nayla. Dan kemudian baru ia melirik pada Devin yang juga sama terdiam memandangi kepergian Nayla. Sampai pria itu menoleh padanya dan tersenyum kecil. Namun, ia tau jika ada rasa bersalah dari sirat mata suaminya itu. Bukan untuk dirinya. Tapi untuk Nayla.


Seguir leyendo

También te gustarán

519K 16K 52
Menjadi ayah diusia yang terbilang masih muda, attaya ghazali altezza yang kerap dipanggil attaya. Attaya menjadi ayah diusianya yang masih muda, ber...
My sekretaris (21+) Por L

Ficción General

329K 3.2K 22
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
1.4M 6.5K 10
Kocok terus sampe muncrat!!..
87.4K 473 5
cerita-cerita pendek tentang kehamilan dan melahirkan. wattpad by bensollo (2024).