MANTAN [ REVISI BERJALAN ]

Galing kay qqngurl

3.7K 2.6K 4.6K

''Udah jadi mantan bukan berarti udah gak sayang kan?'' ------------------------------- GAMON? MOVE ON? GALAU... Higit pa

prolog
pertengkaran kecil | 01
berakhir | 02
Senja dan Bulan | 03
rasa dan cemburu? | 04
antara move on dan modus | 05
di lab dan kantin sekolah | 06
mall | 07
SEKELAS?! | 08
rencana | 09
hoLi-YEY!!! | 10
hoLi-YEY • 2 | 11
back to school | 12
uji nyali di sekolah | 13
pergi ke danau | 14
bermain di pasar malam | 15
janji BIRAVELAN | 17
pajak jadian | 18
nonton bareng | 19
real heartache | 20
tulus atau modus ? | 21
bumirora | 22
pendekatan or pertengkaran? | 23
birthday Langit | 24
secret scene | 25
sebuah keputusan | 26
saling tutup menutupi | 27
backstreet atau BIRAVELAN | 28
konflik | 29
cast
awal yang terbongkar | 30

kejadian tidak terduga | 16

67 60 96
Galing kay qqngurl

 || JazzKasmaran ||

I am mine before i am ever anyone else's.

Usahakan vote n komen ya, jangan lupa!

Yang banyak-banyak komennya okay? Sip!

HAPPY READING sayang

✧✎✧

"Tang, Bintang, woy!"

"Apasih bego?! Manggil gue cukup sekali aja! Telinga gue masih berfungsi dengan baik dan satu! Nama gue Bintang panggilannya itu 'Bi' not 'Tang'" sungut Bintang kepada seseorang yang duduk di bangku belakang hanya berjarak 2 bangku dari bangku dirinya.

"Iye maap, eh sini dah gue mau ngasih tau informasi penting pake banget" timpal Bumi semangat.

"Apaan? Lu kesini dah gue mager nyamperin" jawab Bintang.

Bumi menatap Bintang kesal. "Bego! Kan gue yang mau kasih tau info berarti lu yang kesini"

Bintang tersenyum paksa sembari menatap Bumi jengkel. "Lu yang bego lu yang butuh gue juga" timpal nya tak mau kalah.

"Yauda dah gak jadi orang gua gak butuh bgt juga, cuman pengen ngasih tau info tentang Langit sama Bulan aj––"

"Apa? Apa? Kepo gue" belum selesai Bumi berucap Bintang langsung sigap mendekati bangku Bumi dan duduk di sebelahnya dimana itu adalah tempat duduk Langit yang masih belum datang.

Bumi menatap Bintang tak suka sambil mendelik malas. "Dih tadi aja nyuruh gue yang nyamperin eh sekarang denger kata Lang––"

Plak.

"Persetan lu! Banyak bacot, udah cepetan napa" protes Bintang kesal setelah tangannya memukul lengan Bumi keras, sangat keras. Hm puas banget kayaknya.

"Sakit sumpah anjir, gak main. KDRT lo" Bumi mengusap terus lengan kirinya yang sakit karena ulah Bintang.

Kedua mata Bintang membulat, sungut Bumi memang selalu ceplas-ceplos sudah mirip 11 12 dengan Venus.

"Ndasmu KDRT. Nikah sama lu aja gue gak sudi anjr" ujarnya sembari bergidik.

"Ya ha––"

"Psttt! Stop! Lu dari tadi udah kek emak-emak arisan terus aja tuh mulut ngomong. Cepetan cerita tentang Langit sama Bulan nya" terpaksa telunjuk Bintang ia tempelkan pada mulut Bumi. Merasa kesal dari tadi di bawa berbelit-belit sudah tau Bintang itu kepo pake banget!

Bumi mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas memastikan pembicaraan mereka berdua tidak ada yg menguping atau memata-matai.

"Jadi gini... eh si Bulan mane biasanya bareng sama lu" ucap Bumi mulai teringat si tokoh yang akan ia ceritakan tidak berada di kelas.

Bintang mengibaskan tangan, "dia absen, sakit katanya gak enak badan terus pusing"

"Nahkan!" Bumi menjentikkan jarinya sambil berbinar.

"Lu tau gak kemarin minggu si Bulan kemana?" tanya Bumi memulai topik. Bintang menggeleng tanda jawabnya.

"Oke berarti bener, tapi janji ye, lu jangan cepu atau ember" Bintang mengangguk cepat mengiyakan ucapan Bumi.

"Gue kan temen nya Langit jadi wajar nih gue tau dia kemarin kemana. Langit tuh kemarin sama si Bulan jalan berdua ke pasar malem dan pulangnya juga agak maleman dia lapor ke gue nah oleh karena itu Bulan absen sekarang maybe karena kemarin dia kecapekan" jelas Bumi panjang lebar.

Yang asalnya tubuh Bintang tegap sekarang kian menurun diikuti dengan helaan nafas panjang. "Pfttt waktu dulu gue sering banget dah ke pasar malem sama dia" curhatnya.

"Aciah malah curhat si mamah dedeh" ejek Bumi.

"Bacot ah lu, jahat banget ya sahabat gue malah deket sama cowok bekas gue. Gak habis pikir" kata Bintang sambil geleng-geleng kepala.

"Lu masih sayang sama Langit emang?"

"Gila aja! Nggak lah tai"

"Hahaha ngaku aja kali gue gak ember kok tenang..." ujar Bumi tertawa renyah sembari menunjukkan ibu jarinya.

"Dih, mau lu ember kek enggak kek orang bener gue gak sayang sama dia"

"Sayang apa sayang"

"Dasar Bumi dak––"

"Misi, gue mau duduk" Bintang belum menyelesaikan kalimatnya namun si tokoh topik sudah datang alias Langit.

Bintang berdiri bangkit dari kursi dan mulai keluar dari bangku mempersilahkan Langit duduk di bangkunya. Kedua kakinya sudah berniat jalan menghampiri bangku namun perkataan Bumi sukes membuat kedua kakinya berhenti sejenak menguping pembicaraan Bumi bersama Langit, sedikit demi sedikit kedua matanya mengintip ke arah mereka.

"Eh Lang, ini gantungan punya lo?" Bumi bertanya seraya melihat dan memegang gantungan yang terkait di slating tas milik Langit.

"Iye punya gue, nape?"

"Anjir sejak kapan lu punya ginian? Biasanya ae gue tawarin sama yang lain kagak mau. Pasti lu kerasukan siluman ular putih" ujar Bumi mulai ngawur.

"Goblok! Engga lah, gue lagi ada mood aja pasang ginian" timpal Langit yang sebelumnya menoyor kepala Bumi.

"O aja sih gue mah"

Bintang kembali berjalan dan duduk manis di bangkunya. Ow, ia berhasil mendengar obrolan singkat itu. Ngomong-ngomong tentang barang couple Bintang teringat masa lalu dimana ia mempunyai banyak sekali barang couple dengan Langit.

Dan ia tau pasti sifat Langit sifat yang selalu tidak mau mempunyai barang samaan dengan siapapun kecuali orang yang memang ia anggap special seperti martabak. Terus Bintang? Of course sudah jelas ia istimewa secara ia pernah menjadi teristimewa di hati Langit, dulu.

"Teng Tong! Pembelajaran akan segera dimulai, siswa dan siswi diharap segera memasuki kelas, terimakasih. Teng Teng Teng"

Bel masuk berbunyi, pelajaran pertama di kelas Bintang adalah pelajaran bahasa yang sudah pasti akan diajarkan oleh wali kelas IPS 2 ini, yang tak lain dan tak bukan adalah bu Merkurius.

"Good morning all" sapa bu Merkurius dengan senyum, hm tumben sekali kedua sudut nya naik.

"Morning tooo, bu" sahut siswa dengan serempak.

"Eh bu, tumben banget pake bahasa Inggris. Ibu kan guru bahasa Indonesia masa pake bahasa Inggris si bu?" ceplos Bumi dengan santainya yang mampu membuat semua siswa melihat ke arah dirinya tidak terkecuali bu Merkurius sendiri. Bumi kurang ajar!

Bu Merkurius berkacak pinggang, sorot mata tajam ia arahkan pada Bumi. Anak itu memang cari masalah saja.

"Bumi! Mau kamu ibu getok pake heels ibu iya?" tanya bu Merkurius dengan nada amarah.

Bumi cengar-cengir tak jelas sambil menggaruk tengkuknya. Lihat! Di situasi seperti ini ia masih cengar-cengir? Udah miring!

"Yha... jangan dong bu entar saya geger otak terus masuk Rumah Sakit emang ibu mau bayarin?" timpal Bumi.

"Mana bisa kamu masuk rumah sakit Bumi, karena siapa tau waktu ibu getok pake sepatu kamu langsung meninggal iya kan? Jadi ibu gak usah repot-repot bayarin kamu di Rumah Sakit" jawaban yang keluar panjang dari mulu bu Merkurius mampu membuat semua siswa terbelalak kaget.

Bumi yang menjadi target pun malah tersenyum devil. Ini anak memang tidak ada kapok-kapoknya.

"Astaghfirullah bu tega banget, kalo saya meninggal yang ada semua siswa-siswi guru-guru, di SMA Astronomi nangis darah 7 hari 7 malem karena kehilangan manusia ciptaan Tuhan setampan saya" oke acung tangan yang setuju bahwa Bumi kepedean!

"Hoekkk" kompak, semua siswa pun menirukan gaya ingin muntah merasa ilfeel dengan apa yang Bumi ucapkan.

Bintang menoleh ke belakang menatap Bumi, "kayak pelangi aja ciptaan Tuhan, emang bener lo ciptaan Tuhan hm?"

Emosi Bumi naik pitam mendengar pertanyaan itu, dasar Bintang malah memperpanjang perdebatan!

"Ya iyalah markonah lu kira gue ciptaan siapa?"

"Cip––"

"Ciptaan mak babeh lu lah, bukan dah lebih tepatnya buatan mak babeh lu" belum selesai Bintang menjawab, Langit memotongnya.

"Tolol! Otak musim otak sange!" Bumi menoyor kepala sahabatnya itu.

"Lah orang bener juga lu buatan ortu kagak ada cerita nya lu tiba-tiba borojol tanpa mereka buat" timpal Langit bacot.

"Heh! Malah ngomongin masalah anak, sekarang waktunya pembelajaran. Cari pengertian, struktur dan kaidah kebahasaan dari Teks Prosedur dan Teks Eksplanasi sekarang!"

"Bu banyak bang––"

"Dalam waktu 10 menit" bu Merkurius memotong ucapan Bintang yang masih belum selesai. Bintang menelan salivanya susah, oke ia kapok bersuara.

"Yha bu, sedikit banget wak––"

"5 menit. Sekali lagi ada yang protes, ibu minta kalian mengerjakan tugas dalam 3 menit. Catat itu!"

"BUMIII" semua siswa menatap Bumi geram bisa-bisanya gara-gara ucapan dia, semua kelas menjadi kena batunya. Bumi Angkasa lelaki paling meresahkan seantero dunia!

✧✎✧

"Lama banget sih anjim! Ngapain? Lu kira gue gak pegel apa nungguin lu berdua? Pegel tau" baru saja Aurora dan Venus keluar dari dalam kelas setelah pembelajaran awal selesai, Bintang yang sudah lumayan lama menunggu di luar langsung berbicara ketus saking kesalnya.

Aurora menyentil jidat Bintang, "ish! Bacot banget si bocah prik, itukan ada kursi bego kenapa kagak duduk aja selama nungguin kita"

Bintang melihat kesamping sembari mengusap jidatnya, tak lama cengiran tak berdosa terpampang di wajah Bintang. Malu sudah ia sekarang.

"Ehe, iya juga perasaan tadi kursi nya gak ada deh" ucap Bintang masih ingin mengelak.

"Persetan, lu nya aja buta sekejap dah lah yok makan" Venus menyeret temannya itu pergi dan menuju surga nya para siswa saat istirahat, Kantin.

Ketiganya menyusuri koridor yang lumayan padat, mereka hari ini beraktivitas tanpa Bulan yha sudah tau kan alasannya apa. Sakit, sepulang sekolah tanpa harus di bicarakan mereka pasti ralat, wajib menjenguk dia yang notabe nya sahabat itu.

"Cek, cek 1,2,3,4,5,6 eh cepot malah keterusan. Ekhem langsung to the point ya"

Dengan hitungan detik semua siswa maupun siswi di koridor berhenti berjalan semua nya kompak membatu di tempat masing-masing sambil mendengarkan perkataan yang keluar dari speaker dimana biasanya speaker itu berisi pengumuman dan bel sekolah.

"Wait, gue kek hafal sama suara ini" Aurora berhenti sambil terus menajamkan indra pendengarannya. Bintang dan Venus mengangguk setuju mereka pun hafal dengan suara ini. Seperti suara...

"Maaf mengganggu waktunya, saya hanya ingin memberitahu kepada Venus Neptune"

Oke dengan cepat semua mengalihkan pandangan pada siswi bernama Venus itu, Venus sendiri pun bingung malah menunjuk dirinya sendiri yang masih tak percaya.

"Iya untuk Venus Neptune, saya persilahkan ke lapangan sekarang juga ya"

Lanjut si orang yang bersuara dari speaker itu. Venus masih belum mengerti ini ada apa? Apa dia akan di hukum gara-gara bayaran sekolahnya belum lunas? A, aish! Sumpah ia tidak tau.

"Cepat ya saya tunggu di lapangan basket dari Revolusi Matahari"

AH! Iya, suara itu adalah suara Matahari! Astaga ada apa Matahari memanggil Venus lewat speaker sekolah seperti itu? Daripada ambil pusing Venus pun berniat kesana, Bintang dan Aurora? Tentu ikut menemani lah.

Mereka bertiga pun memutar balik arah, belum benar sampai di Lapangan mereka harus mendorong siswa-siswi yang sudah berkerudung. Ah, Matahari ngapain si? Nyusahin aja.

"Hamdalah ya Allah akhirnya bisa napas" Aurora mengambil nafas sebanyak-banyaknya saat sudah lelah tadi melawan se kerumunan siswa. Hamdalah ya Ra.

Dalam hitungan detik, mereka bertiga terbelalak kaget, ah Venus lebih kaget sampai-sampai ia menutup mulutnya rapat-rapat tak percaya karena...

Sudah terpampang sangat jelas di pinggir tempat duduk dimana biasanya siswa menonton basket terdapat sebuah spanduk besar bertuliskan "Will You Be Mine, Venus Revolusi Neptune?" lengkap dengan satu foto Venus yang sangat cantik tentunya.

Siapa yang tidak iri coba? Kaum Adam saja iri melihat pemandangan ini karena seorang Venus tentu saja menarik lumayan banyak lelaki untuk memilikinya, dan mereka iri bisa melihat Matahari menembak Venus dengan semanis itu.

Matahari yang sedari tadi hanya diam berdiri, kini menghampiri perempuan yang mungkin akan menjadi miliknya mulai saat ini. Dan Venus kini sudah tersenyum dan tersipu malu kedua pipinya saja jelas berubah warna menjadi merah.  Aurora pun tak berhenti terus menggoda Venus sambil mendorong-dorong pundaknya.

"Jadi gimana?" tanya Matahari sambil menatap manik mata berwarna coklat milik Venus.

"Gimana apanya?" Venus masih malu-malu sehingga ia masih menunduk sembari memainkan kedua kakinya.

"Jawab dong, masih kurang jelas ya? Yauda gue ulang" timpal Matahari memberi jeda seraya mengambil setangkai bunga mawar dari sakunya.

"E-eh?" Venus gegelapan saat Matahari berjongkok tepat di depannya. Siswi-siswi tentu saja sudah jingkrak-jingkrak kegirangan. Kini pundak Bintang menjadi sasaran kegirangan Aurora.

"Will you be mine hm?" Matahari tersenyum manis seperti menunjukkan senyum paling manis yang ia miliki bisa saja es yang hanya Matahari lihat bisa meleleh karena manis akan senyumannya itu. Ahay.

Kedua sudut Venus itu terangkat, ia maju lebih dekat kepada lelaki di hadapannya. Ia melihat sekeliling tatapan dimana mereka ingin cepat-cepat Venus menjawab dan mengatakan 'I will'

"Ekhem... m-maaf... "

"HAHHH?!" semua orang kompak kaget dengan apa yang Venus ucapkan, 'maaf'? apakah Venus akan menolak?!

"Anjrit sakit Aurora Borealis!" protes Bintang yang lengannya baru saja dicubit penuh niat oleh Aurora yang kaget juga akan Venus.

"Mm-maaf Bi, itu dah si Venus ko kek yang mau nolak gitu si ahhh" desah Aurora tak rela.

"Bego! Yang di tembak si Venus yang rusuh malah elo, dasar nenek lampir" timpal Bintang sambil mendelik malas.

Matahari terbelalak kaget, apa benar Venus akan menolaknya? Mustahil sekali rasa nya, mengingat siapa sih cewek yang bakal nolak pesona dari Matahari?

"Nus lu mau nolak?! Aish mikir lagi deh anjim, pasti otak lu lagi koslet" ujar Bumi ikut campur.  Venus mendelik malas sambil menghentak kecil, mereka ini heboh emang yang di tembak siapa yang heboh 1 lapangan!

"Dengerin dulu gue ngomong makanya huft..." ujar Venus sambil membrane nafas panjang.

"So?"

"Iya maaf gue gak bisa" 1 kalimat yang keluar dari mulut nya kini mampu membuat 1 lapangan tambah kaget dan kaget.

Aurora tak tahan ia memilih maju menarik pundak Venus memaksanya menarik kalimat barusan dan menyuruhnya agar menyaring kembali kata-kata nya itu.

"Venus! Cepet tari––" belum selesai berucap tangan kiri Venus sudah duluan menutup mulut Aurora rapat, dasar es campur ikut campur terus kayak Bumi. Emang jodoh kali.

"Maaf sebelumnya udah bikin kaget kalian. Maksud Venus tuh, maaf Venus gak bisa  iya gak bisa nolak Matahari maksud nya"

"AAAAA" semua perempuan kompak membuang nafas lega, kedua matanya sama-sama berbinar senang sekali rasa nya mendengar jawaban Venus yang awal hanya sebuah candaan.

"NAHKAN GAK MUNGKIN VENUS NOLAK!"

"Sakit podoh! Lu kata lengan gua tempat pelampiasaan lu mukul?! Sekali lagi lu mukul, gue un-bestie" sungut Bintang yang sudah merasa kesal sekali di pukul 3 kali open Aurora.

"Ah iya gak sadar gue, sorry... " timpal Aurora lembut sambil merapatkan kedua telapak tangan.

"Iye, udah lu jauh-jauh ntar mukul lagi hih"

"From now on I am yours" perhatian Bintang dan Aurora kembali ke awal, Matahari kini merangkul Venus yang kini sudah bergantian status menjadi miliknya.

Venus menoleh ke samping dengan pipi yang sudah bersemu merah dengan malu-malu ia berucap, "yes and you are mine "

"IDIH BULOL" teriak Langit mengejek. Iri bilang bos!

Venus dan Matahari sama mengernyit bingung. "Bulol apaan?" tanya mereka kompak. Beuh nanya aja sampe kompak.

Langit menatap mereka sembari mengukir senyum paksa, "bulol itu bucin tolol!" seru nya keras. Venus dan Matahari sama-sama menggangguk paham.

"Dah dah bubar, remahan kue bisa apa" ucap Bumi menyuruh yang lain bubar dari lapangan.

"Yeu sirik, eh sekarang udah resmi ya nama kamu di ubah jadi Venus Revolusi Neptune" kata Matahari yang mampu membuat language semua orang kembali berhenti.

"Idih ngapa tuh nama si Venus harus di ubah?" tanya Bima sambil bergidik.

"Yakan udah official. Serah gue dong, siapa tau ntar jodoh sama gue kan bagus tuh jadi Nyonya. Venus Revolusi anjai" sombong Matahari sambil tertawa, Venus? Ia sudah menunduk menahan malu.

"HALAH PACARAN BELUM 5 MENIT AE BANGGA. BUBAR NTAR UWUPHOBIA LU PADA KAMBUH" teriak Bumi, orang-orang pun setuju dan bubar dari lapangan. Bintang dan Aurora pun kini berpisah meninggalkan dan membiarkan Venus dan Matahari berdua sampe mampus!

*****

To be continued...

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

421K 44.1K 19
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
1.2M 85.4K 41
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
516K 25.6K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
807K 61.2K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...