PROMISE 2

By hafidzah1312

54K 6.8K 734

"Inikah caramu menghukum ku?Jika iya, kau benar-benar berhasil melakukannya." "Mengapa kau tak mengatakannya... More

Flashback
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32 ( Flashback)
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36 (End)
CERITA BARU
NEW STORY

Part 24

959 143 16
By hafidzah1312

Joy terlihat membuka matanya perlahan, ia mendesis lirih saat merasa sakit di area punggungnya.

"Sayang kau bangun, syukurlah."

Gadis itu menatap sekeliling, beberapa detik barulah ia sadar jika sekarang ia berada di kamarnya.

"Sayang..."

Gadis itu menoleh, ia melihat Ibunya yang kini duduk di sisi tempat tidurnya. Dapat ia lihat air mata turun dari pelupuk mata Ibunya.

"Mommy mohon jangan seperti ini lagi Joy." ucap Irene dengan tangan mengusap pipi putri ketiganya.

"Mom, mengapa aku bisa di sini?" tanya Joy. Ia juga melihat kedua kakaknya berada di kamarnya.

"Polisi menemukanmu tak sadarkan diri di jalan." jelas Seulgi.

Kini Joy ingat, terakhir ia sedang mengejar mobil seseorang yang ia yakini adalah peneror keluarganya. Namun naas, bukannya mendapat apa yang ia cari, ia malah berakhir tak sadarkan diri karna seseorang memukulnya dari belakang.

"Bukankah sudah ku katakan untuk tidak melakukan hal yang hanya akan membahayakan dirimu sendiri?" suara Wendy terdengar seperti mengintrogasi. Bukan gadis itu tidak tau apa yang dilakukan adiknya.

"Mommy sangat khawatir saat seseorang menghubungi Mommy dan memberi kabar mengenai dirimu." ucap Irene. Wanita itu benar-benar panik setengah mati.

Joy tidak bisa membayangkan betapa paniknya sang Ibu saat tau kondisinya. Jika tau begini seharusnya ia tidak pingsan tadi.

"Maaf sudah membuat Mommy khawatir." ucap Joy menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menatap sang Ibu, terutama kedua kakaknya. Tapi ada untungnya juga dia sakit, jika dia tetap sehat kedua kakaknya itu pasti akan memarahinya habis-habisan karna tindakannya.

Irene berjalan menghampiri suaminya yang duduk di ruang tengah seraya memijit pelipisnya. Pria itu terlihat begitu lelah.

"Kau belum tidur?" tanya Irene saat sudah duduk di sebelah Suho. Ia baru saja keluar dari kamar Joy.

"Bagaimana dengan Joy, apa dia baik-baik saja?"
Bukannya menjawab, Suho malah balik bertanya pada Irene.

"Dia sudah tidur. Tadi dia mengeluh sakit di punggungnya."

Jangan tanyakan bagaimana perasaan Irene saat melihat keadaan punggung Joy. Seseorang pasti memukulnya begitu keras. Hingga menimbulkan bekas memar yang cukup lebar.

"Aku benar-benar akan membunuh siapa saja yang menyakiti putriku." ucap Suho geram. Ayah mana yang tidak marah saat anaknya di sakiti orang lain. Pria itu begitu menyayangi keluarganya. Sedikitpun ia tak rela jika orang yang ia sayangi tersakiti.

Masa lalunya cukup kelam karna sering kali menyakiti darah dagingnya sendiri.

"Aku khawatir, kau tau kan Joy selalu nekat. Aku takut dia bertindak hal yang tidak kita tau."

Wanita itu sudah tau jika sebenarnya Joy telah berbohong. Putri ketiganya itu bukan pergi untuk tugas kuliah.

"Jangan khawatir, aku akan pastikan dia pergi kemanapun tidak sendirian."

Suho juga tidak habis pikir bodyguard yang ia perintahkan untuk menemani Joy malah kembali pulang, dengan alasan Nona mudanya yang meminta.

"Apa orang-orang mu tidak menemukan petunjuk apapun?"

Suho menghela nafas lelah. Ia menggelengkan kepalanya.

"Sangat sulit. Tapi aku akan berusaha."

......

Yeri berdiri di depan pintu kelasnya, sesekali ia melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir bel masuk kelas, tapi sahabatnya itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

'Apa dia tidak masuk.'

'Tapi mengapa dia tidak mengabariku.'

Batin Yeri.

"Kim Yerim. Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah bel sudah berbunyi." ucap seorang guru yang akan mengisi jam pelajaran pertama.

"Emm i-ya Bu."
Yeri pun segera masuk kelas dengan lesu. Sahabatnya itu tidak masuk sekolah.

Tanpa Yeri tau, seseorang yang sejak tadi ia tunggu tanpa sengaja bertemu dengan salah satu kakak Yeri. Hwang Jennie.

Yewon terlihat berlari untuk mengejar bus di depannya. Hari ini cukup sial baginya karna bangun telat  dan membuatnya ketinggalan bus. Yewon menghentikan langkahnya. Ia mengatur nafasnya yang terengah. Yewon harus menerima kenyataan jika dirinya gagal berangkat sekolah.

Gadis itu memutuskan untuk duduk.di halte bus. Percuma menunggu bus berikutnya. Ia sudah sangat terlambat.

Tring

Yerimiee

Mengapa tidak masuk? Apa kau sakit?

Itu isi pesan dari Yeri. Sudah ia duga sahabatnya itu akan mengirim banyak pesan padanya. Yewon pun memberitahu Yeri tentang dirinya yang tidak masuk karna tertinggal bus.

Huft

'Aku harus apa sekarang? Jika pulang Ayah pasti akan memarahiku.' Batin Yewon.

Ia menundukkan kepalanya. Namun tak lama sepasang sepatu kini tampak dihadapannya. Hal itu membuat Yewon mendongak.

'Dia kakaknya Yeri.'

......

Brakk

Jennie tersentak saat seseorang membanting ponsel di meja tempatnya duduk sekarang.

"Apa yang kakak lakukan pada temanku?"

Jennie mendongak menatap Yeri yang kini berdiri di hadapannya. Dapat ia lihat wajah tidak bersahabat dari adiknya.

"Apa maksudmu?"

Yeri tersenyum tipis. Kakaknya itu sangat pandai berpura-pura.

"Kakak pikir aku tidak tau? Kakak mendatangi Yewon dan memintanya untuk menjauhi ku. Aku benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang kau lakukan."

Jennie tidak menjawab. Gadis itu berusaha untuk tetap bersikap tenang menghadapi Yeri yang terlihat sedang sangat emosi.

"Kau menuduhku melakukan itu?" Jennie masih tetap pada posisinya, duduk tenang dikursi seraya mendongak bertatapan dengan Yeri.

"Kau bahkan masih mengelaknya!" ucapan Yeri terdengar menggema di ruang tengah. Hanya ada dirinya dan Jennie di rumah.

"Jaga ucapanmu Kim Yerim. Di mana sopan santunmu." ucap Jennie seraya baranjak dari duduknya.

Yeri memejamkan matanya, berusaha meredam amarahnya karna sikap sang kakak.

"Beberapa hari ini Yewon menghindariku. Aku bahkan tidak tau apa yang salah dari dia hingga kau menyuruhnya untuk menjauhiku."

Jennie bungkam. Gadis itu mengira jika Yewon pasti akan mengatakan tentang pertemuannya pada Yeri.

"Jika kau pikir dia mengadukannya padaku, kau salah."

Yeri mengetahuinya dari salah satu teman sekelas Yeri yang lain. Tanpa sengaja ia mendengar pembicaraan Yewon dengan salah satu temannya. Yeri bahkan sempat berpikir jika Yewon sudah tak ingin berteman dengannya. Tapi dugaannya salah, kakaknya penyebab hubungan persahabatannya dengan Yewon merenggang.

"Aku kecewa padamu kak. Yewon satu-satunya orang yang mau berteman denganku, tapi kau malah..."

Yeri tak lagi melanjutkan kata-katanya, matanya terlihat berkaca-kaca. Entah ia tidak mengerti jalan pikirannya kakak angkatnya. Yeri mengusap air matanya yang mulai turun. Ia mengalihkan pandangannya, meraih ponsel yang tadi ia letakkan secara kasar di meja. Ia ingin segera beranjak pergi menuju kamarnya.

"Kakak punya alasan Yerim."

Yeri menghentikan langkahnya. Ia tidak berniat membalikkan tubuhnya untuk kembali menatap Jennie.

Merasa tak ada lagi yang kakaknya ucapkan, Yeri kembali melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Jennie yang menatap kepergiannya dengan sendu.

'Hatiku mengatakan dia tidak baik untukmu Yerim.'

......

Seorang pria dengan senyum liciknya terlihat menatap sebuah bingkai foto ditangannya. Ia mengusap foto itu beberapa kali.

"Kau tenang saja sayang. Aku akan membalas orang-orang seperti mereka. Keluarga itu tak pantas bahagia di atas penderitaanmu."

Setelah mengucapkan itu, ia merogoh ponsel di saku jaketnya. Mencari kontak yang akan ia hubungi.

"Segera lakukan secepatnya." ucapnya di sertai senyum menakutkan. Ia memutuskan panggilan itu secara sepihak.

......

Seulgi menghentikan mobilnya saat melihat seorang gadis duduk di halte bus. Seperti mengenal gadis itu, Seulgi segera turun lalu berjalan menghampirinya.

"Kau teman Yeri kan?"

Gadis itu mendongak, ia berpikir sejenak untuk mengingat siapa orang yang kini ada di hadapannya.

"Kau tidak mengingatku?" tanya Seulgi saat menangkap raut bingung di wajah teman adiknya itu.

"Ah, kakak yang waktu datang ke sekolah Yeri."

Seulgi mengangguk, ia ikut duduk di sebelah Yewon.

"Apa yang kau lakukan di sini? Dan bukankah ini sudah jam pulang sekolah?"

Seulgi melihat Yewon yang masih mengenakan seragam sekolah. Hal itu tentu membuatnya bertanya-tanya. Seharusnya Yewon pulang lebih dulu untuk mengganti seragamnya jika ingin pergi keluar.

"Aku sedang menunggu bus kak. Sepertinya akan datang terlambat."

Seulgi mengangguk. Entah mengapa Seulgi merasa tidak asing dengan gadis di sebelahnya itu. Jika di lihat, Yewon sedikit mirip dengan seseorang.

"Lalu kakak sendiri, apa yang kakak lakukan di sini?"

"Tidak melakukan apa-apa. Aku tak sengaja melihatmu sendirian di sini, jadi aku menghampirimu."

Yewon hanya mengangguk. Jujur saja ia sedikit canggung dengan kakak sahabatnya itu. Wajar saja, baru dua kali mereka bertemu.

"Siapa namamu?"

"Yewon, Kim Yewon."

'Seperti pernah mendengarnya.'

Keduanya kembali diam. Yewon juga tidak tau harus berbicara apa dengan kakak Yeri.

"Yewon, maaf atas permintaanku yang berlebihan kemarin. Tapi aku benar-benar membutuhkan bantuanmu." ucap Seulgi.

Yewon menoleh ke arah Seulgi. Ia jadi teringat pembicaraannya dulu dengan Seulgi. Ketika Seulgi memintanya untuk menjaga Yeri saat bersamanya. Yewon menatap sendu pada Seulgi. Hubungannya dengan Yeri sudah merenggang sekarang. Yewon sudah tidak bisa berada di dekat Yeri.

"Maaf kak, aku tidak bisa melakukannya." ucap Yewon lirih. Dapat ia lihat raut wajah Seulgi yang seolah bertanya 'kenapa'.

"Lagi pula, keluarga Yeri sudah menjaganya dengan baik. Dan mengenai teror yang pernah kakak ceritakan, Yeri masih baik-baik saja kan sampai sekarang." jelas Yewon.

Ya, Yewon mengikuti semua ucapan salah satu kakak Yeri.

Jauhi adikku.

"Aku hanya orang asing kak. Aku tidak bisa bertindak sejauh itu."

"Tapi bukankah kalian dekat?"

Seulgi bisa menebak jika gadis di hadapannya itu sedang bertengkar dengan Yeri.

Belum sempat mendapat jawaban, Seulgi melihat Yewon beranjak dari duduknya.

"Maaf kak, aku harus pulang. Maaf juga aku tidak bisa membantumu." ucap Yewon seraya melangkah pergi meninggalkan Seulgi. Padahal bus yang ia tunggu belum terlihat.

"Yewon tunggu!"

Yewon menghentikan langkahnya.

"Bukankah kemarin kau bilang kau juga tidak ingin hal buruk terjadi pada Yeri? Lalu mengapa sekarang kau berubah?" ucap Seulgi sedikit berteriak. Pasalnya jarak dirinya dengan Yewon sedikit jauh.

Yewon tidak membalikkan tubuhnya. Tapi jujur saja alasan terbesar gadis itu adalah, ia tidak ingin mencari masalah dengan keluarga Yeri. Keluarganya sendiri saja sudah bermasalah. Terlebih ucapan salah satu kakak Yeri kemarin sedikit menggores hatinya.

"Maaf aku berubah pikiran."

Hanya itu yang Yewon ucapkan. Tetap pada posisinya, gadis itu menunggu respon dari Seulgi. Tapi mengapa kakak sulung Yeri itu tidak menanggapi ucapannya. Yewon membalikkan tubuhnya, ia sontak membulatkan matanya melihat pemandangan di hadapannya.

"Kak Seulgi!"

Dua pria berbadan besar sedang mengangkat tubuh Seulgi yang mulai melemas. Kejadiannya begitu cepat. Yewon berlari mengejar mobil hitam yang melaju membawa Seulgi. Gadis itu berlari dengan terus meneriaki nama Seulgi.

.

.

.

.

.

.

Continue Reading

You'll Also Like

HATE By milasari

Fanfiction

89.7K 11.3K 52
Kebencian melupakan segalanya. Menenggelamkan sebuah fakta terjalinnya ikatan darah. Hidup dengan segala kelebihan juga kemewahan, tanpa cela sedikit...
11.5K 1.1K 16
Anak yang harus merasakan pahitnya dunia, menjadi anak yang tangguh tapi disebalik ketangguhannya iya memiliki hati yang rapuh, bagaikan bunga yang l...
147K 11.4K 86
AREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
52.2K 6.6K 70
'BREAKING NEWS' - 'BREAKING NEWS' "Dengan kabar yang mendadak, artis papan atas Jessica Jung dan Krystal Jung mengunjungi bandara untuk menyambut ked...