Jangan lupa vote dulu.
Trus jangan lupa komen.
And happy reading buat kalian💞
__________
"Masih calon istri 'kan? Berarti masih ada kesempatan untukku membuatnya menjadi milikku." Balas Bryan.
Susah memang menjadi cantik, diperebutkan oleh cogan.
"Jangan harap! Dia hanya milikku!"
Beruntungnya keadaan cafe tidak terlalu ramai sehingga pertengkaran mereka tidak menjadi tontonan gratis.
Yang terpenting, ini bukan cafe mainku dengan teman-teman. Jadi tidak akan ada yang mengenalku.
Ice cream coklatku sudah selesai diambilkan. Buru-buru aku menggandeng lengan si om. "Ayo pergi, kak."
Om mengangguk seraya mengelus puncak kepalaku. Tatapannya teralihkan ke si Bryan yang menatapku dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Saat melewati Bryan, om berbisik lirih namun mampu membuatku terkejut. "Jangan pernah mendekati mateku, makhluk penghisap darah menjijikkan."
Tidak kusangka Bryan seorang vampir.
Lantas, apa yang dilakukan seorang vampir sepertinya di sekolahku?
Dia tidak punya niat jahat 'kan?
"Dia pasti mempunyai niat jahat, gadis kecil. Mulai sekarang kau harus menjauhinya sebisa mungkin atau darahmu akan dihisapnya sampai habis." Jelas si om yang jelas-jelas tahu isi pemikiranku.
"Dia tidak akan bisa menghisap darahku, om. Sebelum dia menghisap darahku, sudah kupastikan dia tepar duluan."
Masuk ke dalam mobil, kemudian melahap ice creamku pelan dan penuh perasaan.
Dia yang sudah duduk di sampingku kembali melanjutkan percakapan. "Vampir tidak bisa diremehkan. Mereka licik."
"Tapi kok selama ini Bryan baik banget ya? Dari aura wajah tampannya tidak terlihat jahat sedikit pun!"
"Kau bilang dia tampan?!!"
"Kan kenyataan. Dia tampan, sangat tampan."
"Beraninya kamu memuji pria lain di dekatku." Geramnya sembari menyudutkan ku hingga tubuhku menempel ke pintu mobil.
"Cieee om cemburu ya??"
Si om memutar bola mata malas dan menjauh dariku. "Bukan kah itu sudah jelas?" Desahnya malas. "Pria mana yang tidak akan cemburu miliknya memuji pria lain di depan dirinya."
"Teruskan saja rasa cemburu mu itu om karena kata orang cemburu itu tanda cinta."
"Lama-lama aku bisa mati karena cemburu." Gumamnya lelah.
Sangat menggemaskan melihat si om cemburu.
"Pasang sabuk pengamanmu, kita akan segera meluncur ke butik sekarang."
"Siap, kapten!!"
Si om mengendarai mobil dengan cepat. Tidak ada percakapan lagi di antara kami karena aku begitu sibuk dengan ice creamku yang tiada duanya.
Manis seperti om haha. Ya 'kan om?
"Jangan terlalu memujiku, aku takut tidak bisa fokus mengendarai mobil." Sahutnya tanpa menatapku.
Iyain deh, om. Devi belum ingin mati muda.
Tidak memerlukan waktu lama, kami sampai di butik. Si om membukakan pintu mobil untukku, menyambut ku layaknya putri raja, dan tentu saja aku menggandeng tangannya. Membiarkan para penonton merasa iri dengan kemesraan kami.
"Sebelumnya aku sudah memilih beberapa gaun yang kurasa cocok untukmu tapi kamu juga bebas memilih gaun apa pun yang kamu sukai nantinya asal tidak terlalu terbuka, gadis kecil."
"Oke."
Seorang wanita paruh baya menyambut kami, memberikan salam penuh hormat, dan membawa kami ke lantai dua.
Di lantai dua begitu banyak terpajang gaun pernikahan yang sangat indah.
Aku merasa ingin memakai semuanya!!!
"Jadi, gaun mana yang ingin kamu pakai, gadis kecil?" Tanya om lembut.
Melepaskan pelukannya dari pinggangku dan menghampiri gaun-gaun pernikahan indah yang terpajang.
"Semuanya terlihat cantik, kak. Susah memilihnya sekarang."
"Nona bisa mencoba semuanya untuk menemukan pilihan yang cocok." Ujar wanita paruh baya di sampingku.
"Sebelumnya panggil saja saya En. Saya yang bertanggung jawab atas gaun pernikahan, nona. Jangan sungkan dengan saya untuk kedepannya."
Aku mengangguk mengerti.
"Oh ya, om gak mencoba tuxedo pengantin juga?" Tanyaku pada si om yang sedang duduk manis di sofa sambil menatapku intens.
"Nanti saja setelah kamu menemukan gaun yang cocok, gadis kecil."
"Oh, oke." Kembali mengalihkan perhatianku ke gaun-gaun indah dan memutuskan untuk mencoba gaun pertama yang menarik perhatianku.
"Sekarang aku ingin mencoba gaun ini dulu."
Hanya sebuah gaun pernikahan putih yang terlihat elegan. Bagaimana ya kalau aku yang memakainya?
"Saya akan membantu Anda memakainya di ruang ganti, nona."
"Oke."
Kami berdua pergi ke ruang ganti dan dia membantuku memakainya.
Aku menatap bayanganku di cermin dan tersenyum puas melihat hasilnya.
"Aku rasa Alpha akan terpesona melihat nona memakai gaun ini."
Aku terkikik geli. "Alphamu itu selalu terpesona melihatku meskipun aku sedang mengupil, En."
"Nona bisa saja." Kekehnya.
"Memang begitu kenyataannya. Dia sudah cinta mati padaku."
En tersenyum geli.
Kami keluar dari ruang ganti.
"Bagaimana, kak? Bagus gak?" Tanyaku pada si om yang tengah membaca.
Kala perhatiannya teralihkan sepenuhnya kepadaku, dia menatapku kagum.
"Bagus?" Ulangku sekali lagi meski aku sudah tahu jawabannya.
"Sangat bagus. Kau ingin memakai itu untuk pernikahan kita nanti?"
"Ehm.." Sembari berpikir aku mengedarkan pandanganku, menatap intens gaun-gaun lainnya.
(Abaikan aja orangnya:v)
"Ih, masa cantik-cantik semua." Desahku frustasi.
Pilihanku terhadap gaun yang kupakai sekarang mulai goyah melihat gaun-gaun nan indah itu.
"Mau kubelikan semuanya?" Tanya si om dengan begitu entengnya.
"Gak usah, kak. Nanti percuma belinya kalau gak dipakai."
"Oke, kalau begitu pilih saja yang kamu sukai."
"Menurut kakak mana yang bagus?"
Om beranjak dari duduknya. Berjalan menghampiri salah satu gaun. "Coba lah ini, pasti akan terlihat sangat cantik jika kamu memakainya."
"Oke, om." Sahutku semangat.
En kembali membantuku memakainya di dalam ruang ganti.
"Bagaimana?" Tanyaku ke si om sambil berpose sok keren.
Aku mengerjapkan mata terkejut merasakan sentuhannya di daguku. Kala mendongak, mataku langsung bertatapan dengan mata indahnya.
"Kamu sangat cantik, gadis kecil."
"Hoho, tentu saja. Devi memang selalu syantik."
Si om tersenyum dan tiba-tiba mengecup bibirku tanpa kusangka. Segera saja kudorong dada bidangnya dan mengusap bibirku kesal.
"Ingat ya, om. Kita belum nikah jadi jangan cium-cium Devi sembarangan." Kesalku dan kemudian merutuki diri sendiri kelepasan memanggilnya om dekat orang lain. Hah, sudah lah. Salah siapa yang menyebalkan.
"Berarti kalau sudah menikah boleh mencium mu sembarangan?" Smirknya.
"Eh, gak gitu!! Om jangan lupa ya dengan syaratku hari itu!!"
"Aku tidak peduli dengan syarat mu itu, gadis kecil."
Aku menjambak rambut si om kesal. "Bukan kah itu pilihan om sendiri?? Kenapa sekarang malah ingin mengingkari? Om mau mempermainkan aku?!! Jangan salahkan aku kalau aku menarik semua ucapanku lagi ya!!!"
"Ampun, gadis kecil. Aku hanya bercanda." Ringisnya.
Melepaskan jambakanku kesal dan berkacak pinggang di depannya. "Awas aja kalau om ingkar!! Aku tidak akan mau bertemu om lagi!!"
"Kenapa gadis kecilku begitu galak hari ini? Ada apa denganmu, gadis kecil?" Kekehnya.
"Gak ada yang lucu, njirr!!!"
Dia malah tertawa kencang.
"Tertawa sekali lagi, aku kawin lari dengan Eunwoo."
-Tbc-
Kawin lari dungg wkwk.
Minggu,
31/1/21