Author POV
Happ!!
Tubuh mungil Devi di tangkap oleh Darren sehingga mereka terduduk di lantai mall yang dingin.
Meski tubuhnya terasa sakit karena ditimpa oleh tubuh Devi, Darren tidak peduli. Yang dia pedulikan sekarang hanya lah Devi. "Kamu tidak kenapa-napa 'kan, gadis kecil?" Tanyanya panik sembari menatap seluruh tubuh Devi cemas.
Jauh di dalam sana, dia sedang menahan amarah. Sekuat tenaga dia menahan wolfnya agar tidak keluar untuk menguasai tubuhnya dan berakhir memporak-porandakan mall ini.
"Seperti yang kamu lihat, aku tidak kenapa-napa. Tapi, aku tidak dapat membayangkan apa yang terjadi jika saja kamu tidak menyambut ku, sudah pasti otakku akan berceceran di lantai karena ulah Putri." Isak Devi tiba-tiba dan menyembunyikan wajahnya di leher Darren.
"Jangan menangis. Tunggu sebentar di sini, aku akan memberikan dia pelajaran." Geramnya.
Devi melepaskan pelukannya dengan raut wajah tidak rela.
Darren menghapus air mata Devi lembut. "Aku akan memberikan pelajaran untuk orang yang sudah berani menyakitimu. Kamu pergilah bersama Leon terlebih dulu ke mobil."
Ucapan tegas Darren membuat Devi menurut. Dia tahu pria itu sedang menahan amarah karena raut wajah yang sangat berbeda dari biasanya. Jadi, daripada kena amuk, Devi memilih minggat.
Setelah Devi pergi bersama Leon, Darren menoleh ke atas. Bibirnya menyunggingkan senyuman sinis melihat Putri menatapnya dengan tatapan takut.
Darren meloncat ke atas hingga berada di belakang Putri.
Putri berbalik dengan cepat merasakan aura intimidasi kuat di belakangnya.
Tertunduk takut dan meminta maaf dengan suara bergetar.
"Aku tidak sengaja mendorongnya ke bawah, kak." Ujarnya mencari pembelaan untuk diri sendiri.
Darren semakin merasa marah mendengar elakan Putri. Dicekiknya leher Putri dengan kuat sehingga tubuh kecil Putri terangkat ke atas.
"Beraninya kau menyakiti mateku, sialan!! Akan kuhancurkan kamu!!" Geramnya marah.
Putri menangis ketakutan. "Maaf, kak. Putri tidak sengaja."
Darren semakin menguatkan cekikannya sebelum melemparkan tubuh Putri kuat.
Senyuman sinis tersungging di bibirnya ketika melihat Putri berganti wujud dengan wolf.
Tanpa mengubah wujudnya, Darren berjalan cepat dan mencengkram leher Putri lalu melemparkannya ke bawah hingga lolongan kesakitan Putri terdengar.
Darren benar-benar marah melihat matenya disakiti di depan matanya sendiri.
Wolf Darren mengambil alih sebagain kesadaran pria itu.
Tidak cukup melihat Putri yang melolong kesakitan, Darren melompat ke lantai bawah dan mendarat tepat di tubuh Putri sehingga gadis itu semakin menjerit kesakitan.
Tulangnya terasa remuk menahan berat tubuh Darren.
"Dengarkan aku semuanya!!"
Semua perhatian tertuju pada lelaki kejam itu. Mereka sangat ketakutan melihat pria itu.
"Aku Alpha Darren tidak akan segan-segan membunuh kalian dengan sadis jika kalian berani menyakiti mateku, Devia Alexander."
Semua orang di sana terkejut dan saling berbisik.
Mereka sangat tidak menyangka gadis yang mereka cap hina itu mate seorang raja kaum mereka.
"Ingat ucapanku jika tidak ingin kematian menghampiri kalian dengan cepat!!" Tukasnya dengan nada mengerikan.
Semua orang tertunduk dalam, tidak berani menyahut akibat terlampau ketakutan.
Darren beranjak dari tubuh Putri yang sudah berubah menjadi manusia. Gadis itu tidak sadarkan diri dengan seluruh tubuh yang luka-luka. Terutama untuk bagian kepala, terlihat sangat mengkhawatirkan.
Teringat dengan matenya yang menunggu kedatangannya, Darren melepaskan Putri begitu saja.
Lain kali, jika dia melihat Putri menyakiti matenya lagi. Darren tidak akan segan-segan untuk memotong kedua tangan Putri.
Sebelum masuk ke mobil, Darren menetralkan ekspresinya dan memasang wajah manisnya.
Diam-diam merasa lega ketika melihat Devi asik makan ice cream coklat. Dia tidak suka melihat gadis itu menangis atau pun ketakutan seperti tadi.
Sayang sekali Darren melewatkan moment Devi mengambil potret diri sendiri yang tengah terjun bebas. Kalau dia melihatnya, sudah pasti dia tidak akan secemas itu.
"Bagaimana perasaanmu? Sudah lebih baik?" Tanyanya memastikan.
"Tentu saja. Ice cream coklat membuat semuanya menjadi lebih baik." Senyuman Devi mampu membuat jantung Darren berdebar kencang.
Memang semudah itu dia berdebar jika bersama Devi. Jantungnya selalu tidak sehat kala sudah berada di dekat gadis kecilnya itu.
"Om, cantik gak kalung ini di leher Devi?" Tanya Devi layaknya anak kecil yang meminta pujian. Semakin membuat Darren gemas.
"Sangat cantik."
"Hoho, pilihan Devi memang tidak pernah salah."
"Ah iya, mau sekarang ke rumah keluargamu?"
"Iya, sekarang saja."
Darren mengangguk mengerti. Mulai melajukan mobilnya. Diikuti oleh para bawahannya yang sedari tadi mengikuti dan melindungi mereka dari segala sisi.
Tak membutuhkan waktu yang lama, mereka sampai di Kediaman Aelxander yang mewah.
Keluarga Alexander memang keluarga yang kaya raya ternomor 2 di Dark Moon Pack setelah Alpha Hanzel.
Aset mereka berada dimana-mana, tapi Devi tidak menyicipi satu persen uang pun dari usaha keluarga Alexander sejak umur 8 tahun.
Selama ini Devi bertahan hidup berkat usahanya dan Cindy.
Devi memutar bola mata malas ketika sang ibu menyambutnya dengan penuh senyuman.
"Aku sangat merindukanmu, anakku. Kenapa baru pulang setelah sekian lama?"
Bullshit!!
Rindu pantat Lo!!
Devi hanya bisa mengumpat dalam hati lantaran tidak ingin berlama-lama di sini.
"Langsung saja ya, kedatanganku ke sini untuk memberikan undangan pernikahan kami," kata Devi sambil memberikan undangan pernikahan.
"Kalian akan menikah?!" Tanya Nyonya Alexander terkejut dan tidak percaya.
"Iya. Kami berdua akan menikah sebentar lagi. Saya harap Nyonya Alexander akan datang ke pernikahan kami." Ujar Darren datar.
"Pasti saya akan datang, alpha Darren. Bagaimana mungkin saya tidak datang ke acara pernikahan anak saya sendiri."
"Yuk pergi, kak. Devi capek, pengen tidur." Serobot Devi tanpa membiarkan Darren menyahut lagi.
"Baiklah, kita pulang sekarang."
Darren mengusap puncak kepala Devi lembut.
Nyonya Alexander merasa geram melihat kedekatan keduanya.
Dia merasa Devi tidak pantas untuk Alpha Darren!
Dibanding Devi, anak perempuan kesayangannya lah yang paling pantas bersanding dengan Alpha Darren.
Namun ia tidak bisa berbuat apa pun karena Alpha Darren bukan orang yang pantas untuk disinggung. Dia masih sayang nyawa.
"Gendong..."
Nyonya Alexander mengernyit tidak suka mendengar nada manja Devia. "Jangan manja, Devi! Kau hanya akan merepotkan Alpha Darren!!" Nasihatnya.
"Kakak merasa direpotkan ya kalau menggendongku?" Tanya Devi dengan mimik sedih.
Darren langsung menatap Nyonya Alexander penuh permusuhan karena membuat matenya sedih.
Nyonya Alexander terdiam kikuk dan menunduk takut. Tidak berani menghadapi intimidasi Darren.
"Tentu saja aku tidak merasa keberatan sama sekali, gadis kecil. Aku malah suka menggendong tubuh kecilmu. Jadi, sayangku ingin digendong di depan atau dibelakang??" Tanya Darren manis, sangat berbeda dengan ekspresi yang ditunjukkannya ke Nyonya Alexander.
"Belakang saja, kak!!" Seru Devi senang.
Darren berjongkok di depan Devi dan menggendong Devi. Tanpa mengatakan apa pun mereka meninggalkan Nyonya Alexander yang menatap kepergian mereka kesal. Di ambang pintu utama mereka berpapasan dengan Thalita.
"Halo, kakakku tersayang. Jangan lupa datang ke acara pernikahanku dan Alpha Darren yaaa!! Bye byee!!"
Devi tertawa puas melihat wajah kesal dan tidak terima Thalita ketika sudah menjauh dari kakaknya satu itu.
Darren hanya geleng-geleng kepala dan ikut tersenyum mendengar tawa ceria matenya. Dia ingin melindungi tawa ceria Devi sampai nanti. Ia ingin matenya itu selalu bahagia. Selalu tersenyum. Tidak merasakan kesedihan sedikit pun. Baik itu karena orang lain maupun karena dirinya sendiri.
Selama dia masih bernafas di dunia ini, maka dia akan membuat Devi merasa menjadi perempuan paling bahagia di dunia.
"I love you, Devia Alexander." Ujarnya tanpa sadar.
"Apa, om? Kok bisik-bisik ngomongnya? Om bilang Devi berat ya?!!"
-Tbc-