HAPPY
READING
DEAR
Bagaikan mimpi di siang bolong, Jack terdiam kaku tanpa bergerak. Berulang kali mengucek mata, berkedip-kedip pun pandangan di depan sana masih sama. Demi apapun, tangan dan kaki Jack Tremor bukan main. Tidak bisa di gerakan..
Dengan merangkak dia perlahan mendekat, masih sangat amat terpukul. Adik perempuan kesayangannya tergeletak lemas di kelilingi barang yang sudah tidak berbentuk. Baju atas nya terbuka hingga payudara gadis itu tidak tertutup apapun. Yang paling membuat Jack geram, tubuh bagian bawahnya tidak berbalut celana.
Jack bisa melihat darah di area kemaluan gadis itu. Perlahan Isak tangis Jack keluar tak beraturan. Dadanya sesak bukan main, air mata bahkan meleleh deras. Tubuhnya terguncang karena hentakan sesak.
"Nayla..." Jack menarik selimut, membungkus tubuh telanjang gadis itu.
Di perhatikan nya lagi wajah Nayla atau yang sering di panggil Lala, terdapat lebam di pipi kiri dan rahangnya. Darah kering di sekitar pinggiran bibir membuat Jack yakin kalau semua ini pelecehan.
"NAYLAAA!!" teriak Jack nyaring mengisi sunyinya rumah. Suara tangisnya terdengar sampai bawah..
Dengan gemetar di meraih ponsel dan menghubungi ambulans. Petugas medis akan datang sepuluh menit lagi. Selama itu Jack terus meluapkan sesak di dadanya, tidak ada kata yang keluar melainkan suara hentakan nafasnya yang tersendat.
"Demi Tuhan, adikku masih sangat kecil." Lirih nya bersama dengan lelehan air mata
Nayla masih berusia 17 tahun, dia nyaris menjadi gadis remaja. Tapi sudah merasakan pahit. Jack mencoba fokus, dia melirik ke sana kemari, memperhatikan kamar yang biasanya rapi kini bagaikan kapal pecah.
"Ayah?"
Jack mencium kening Nayla lalu berlari menuju kamar di seberang, kamar Roy. Kakinya yang lemas terus di paksa belari kencang menuju pintu bercat coklat. Setelah sampai dia malah ragu untuk masuk, merasa sesuatu yang tidak enak. Pun Jack membuka kenop pintu dengan sekali hentak.
"AYAHH!!" teriak nya lagi
Jantung Jack serasa ingin melompat, nyaris limbung saat melihat ayahnya terkapar di lantai dengan darah yang mengelilingi nya. Demi apapun, Jack tidak sanggup. Perasaan putus atas menyambangi, seperti tidak memiliki harapan hidup..
Dengan mata kepalanya sendiri Jack melihat leher ayahnya yang hampir putus. Darah terus keluar dari tenggorokan yang Jack sendiri bisa melihatnya. Wajah ayahnya membiru pucat, bersamaan dengan mata terbuka.
Ayahnya tewas..
Jack menyentuh darah dengan tangan, sedikit mencipratkan nya dengan jari, masih tidak percaya. Lalu dengan air mata yang sudah tidak keluar Jack menyatukan kembali leher ayahnya yang hampir putus. Dadanya terus tersentak tapi air mata sudah mengering.
"Setelah ibu, kau juga meninggalkan ku? Tega sekali kau!"
Jack meraba dada ayahnya, menatap wajah Roy lamat-lamat. Perlahan senyum terpantri dibibir. Senyum yang semakin lama semakin lebar, menghasilkan tawa kecil tapi sanggup membuat Jack tergelak lucu. Lucu sekali hidup ini..
Tubuh gemetarnya di paksa berdiri dan berjalan menuju jendela, membuka kaca bening yang menghalangi pandangannya. Dengan sekali tarikan nafas, Jack berteriak kencang. Teriakan yang lama-kelamaan menjadi tangis penuh pilu. Suara terus dia keluarkan, berniat mendorong sesak tapi malah semakin nyeri.
Sedangkan di bawah sana, ambulans dan Joe datang bersama polisi. Dia mendapat kabar dari Rama kalau Jack pulang ke rumah utama, mendapat firasat tidak enak pun Joe segera tancap gas ke sini, berbarengan dengan datang nya ambulans dan polisi.
Sangat amat jelas, dia mendengar suara tangis dan teriakan nyaring Jack saat di depan pintu. Kulit Joe langsung merinding, mendengar sahabat nya bersuara pilu, membuat hatinya bergetar.
"Naik ke atas!" Perintah Joe
Mereka semua naik ke atas, pertama ke kamar Nayla yang memang sudah terbuka. Betapa terkejutnya Joe melihat adik Jack terbujur dengan balutan selimut, pandangan nya kosong, bahkan tidak perduli kalau ada orang yang masuk.
"Bawa ke mobil!" Teriak Joe pada petugas medis, mereka langsung menangani Nayla untuk di bawa ke rumah sakit
Joe kembali berlari ke kamar yang pintunya terbuka, dimana itu kamar sang pemilik rumah. Nyaris terduduk karena melihat kekacauan yang sebenarnya. Darah menyebar dimana-mana. Di tambah Jack yang terduduk meremat rambut di dekat jendela.
"Jack.." Joe lari mendekati Jack "hey, brother." Panggilnya lagi namun tak mendapat jawaban.
Geram, Joe memukul-mukul kecil pipi Jack. Lelaki itu menatapnya namun tak bersuara. Wajahnya penuh keringat dan air mata. Baju pun berlumuran darah, Joe berkaca-kaca. Baru kali ini dia melihat Jack berada di ambang kekacauan.
Petugas medis membawa jasad Roy keluar menggunakan plastik mayat. Sementara Joe menggotong Jack keluar. Kekacauan yang terjadi menjadi urusan polis, biar mereka yang melakukan investigasi.
°• Bad OBSESSION •°
"Hey Rama.." sapa Mina ramah "tuan mu tidak juga menjemputku?" Tanya Mina yang di tidak di balas Rama, wajah lelaki itu pucat
"Kau sakit?"
"Nona, kita harus ke rumah sakit.
Mina mengernyit "rumah sakit?"
Rama mengangguk, dia membuka pintu untuk Mina masuk "akan saya jelaskan nanti."
Mina semakin bingung namun dia tetap masuk ke dalam mobil. Segala macam pikiran buruk memasuki kepala nya. Mina sangat tidak asing dengan kenakalan Jack. Tapi, rumah sakit? Kenapa harus kesana?
"Apa Jack melakukan kesalahan?" Tanya Mina
"Anda akan tau saat tiba di sana."
Tak lama mereka tiba di white hospital. Rama menuntun Mina untuk masuk. Mereka naik ke lantai 3 dimana tempat keluarga Jack di rawat. Entah kenapa, Mina malah semakin merasakan takut dan tidak enak. Dia gelisah..
Dari sini dia bisa melihat Joe, teman Jack. Pun dengan canggung dia tetap menghampiri Joe "Hay.."
Joe menyuruh Mina duduk di samping nya "jadi benar, kau dan Jack menjalin hubungan lagi?"
Mina mengangguk "yah, bisa kau jelaskan apa yang terjadi disini?"
Joe menghembuskan nafas "aku tidak tau. Yang pasti aku menemukan adik perempuan Jack dengan keadaan bugil di kamar. Hasil penyelidikan, Nayla di perkosa. Dan yang paling parah, Roy ayahnya Jack meninggal dengan luka di leher. Beliau akan di makamkan besok."
Mina membuka mulutnya lebar lalu tersenyum "kau tau? ibuku bilang jika kau berbohong, maka keburukan akan menyertai mu, Joe."
"Aku tidak berbohong, Mina. Itulah kenapa kau berada di sini."
"Oh astaga.." Mina menutup mulutnya dengan tangan. Matanya berair seketika "A-apa Jack tau tentang ini?"
Joe menunduk "dialah orang yang pertama melihat kedua kesayangannya tergeletak tak berdaya. Aku takut Jack hilang akal.."
Mina terdiam di tempat "di mana dia?"
"Dia di tangani perawat karena berontak" Menunjuk pintu di depan sana
"Oh astaga, Joe. Apa yang di pikirkannya saat ini? Dia pasti sangat terpukul!" Lirih Mina, air matanya merembes keluar
"Tentu saja, aku menemukannya duduk di samping mayat ayahnya. Dia diam saja saat ku panggil. Keadaan nya kacau, Mina."
Mina semakin menangis tersedu-sedu. Dia menenggelamkan wajahnya di telapak tangan. Masih sangat tidak menyangka semua ini akan di lalui calon suaminya. Baru saja seminggu lalu mereka tersenyum bersama..
"Jangan menangis. Jack membutuhkan mu, Mina. Tolong jaga mentalnya, hibur dia walau sulit."
°• Bad OBSESSION •°
Tenang..
Konflik nya ga berbelit kok
Hanya sedikit beda dari yang lain
👁️👄👁️