Love Rendezvous in Paris (Com...

By m1ntea

181K 12.6K 487

CERITA INI BAGI MEREKA YANG SUDAH BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS. MENGANDUNG BANYAK KONTEN DEWASA. Sepanjang hidup... More

Coming Soon
Nouvelle Journée
Salut, Beau Gosse
Bon weekend
Une Déambulation Nocturne
Mon Coeur Bat La Chamade
Ces yeux bleus
Un pique-nique très parisien
Un Jour au Mauvais
Boulangerie Arnaud
Sous le Ciel Matinal de Paris
Se Rencontrent par Hasard
J'aurais Envie de T'embrasser
ANNOUNCEMENT
Quand Vous Prends Ma Photo
Passer Le Temps dans Le train
Quand On Souriait Pour Rien
Arpenter à Pied Le Vieux Lyon
Car Ta Main Était Sur Ma Taille
La Maladroite
Une Journée Bien Remplie à La Boulangerie
C'etait Pas mon Genre de Mec
Rencontre au Marché de Noël
Je Ne Suis Pas Prête
Rendez-vous Cauchemardesque
Les Querelles Inutiles
Les Visites de l'appartement
On Peut Se Tutoyer
La Petite Mort
Ça a Juste Eu L'Air Bizarre Ce Matin
L'ombre D'un Doute
Vendre La Mèche
Tout Simplement Profiter de Doux Plaisir
Tu Tiens Me Chaud La Longue Nuit D'hiver
Indomie, Café et Tu
Suprise pour La St Valentine en Avance
Confiture de Fraises Fait Maison Pour Vous
Au Lit Avec Toi
L'idée Spontanée
Samedi à Bruxelles
Parlons autour d'une bière fraîche
Mathias et Gaël Se Rencotrent
Une Grosse Dispute
C'est Un Sentiment de Vide
C'est Difficile Pour Moi de Comprendre
La Douleur Exquise
L'amour fou
Jours merveilleux à Salzbourg

L'endormi

4.8K 366 5
By m1ntea

l'endormi = si tukang tidur

Regi meneguk rakus sisa wine dalam gelas dan bangkit meninggalkan sepasang pria dan perempuan yang asyik mengobrol. Sebelumnya pria itu masih membuka percakapan dengan dia tetapi segera beralih ketika ada perempuan dengan rambut cokelat asal Rusia berdiri di samping mereka. Regi langsung minder melihat saingannya. Perempuan yang tinggal di lantai yang sama dengan dia dan Maya itu super cantik, macam boneka dengan rambut lurus berponi dan mata belo hijau yang indah.

Residence Sérénité tempat mereka tinggal mengadakan soirée untuk mengakrabkan sesama penghuni. Orang Perancis gemar mengadakan soirée di mana pun dan kapan pun. Ya mirip acara kumpul yang santai untuk menjalin pertemanan. Terlebih lagi di awal semester banyak penghuni baru yang datang. Maya berucap soirée jadi tempat yang pas ketemu jodoh. Seperti malam ini nyaris setengah penghuni hadir di sini. Common room yang ukurannya tidak terlalu besar ini penuh sesak dan gerah. Pembicaraan campur baur antara bahasa Perancis, bahasa Inggris dan bahasa lain yang terdengar asing di kuping Regi. Dia bisa melihat beberapa pria ganteng yang hadir. Sayangnya, dia tidak tahu bagaimana membuka percakapan. Satu saja mulai nyangkut eh sudah keburu diambil boneka dari Rusia.

Regi meraih kripik kentang dan  menuangkan wine di gelasnya. Paling tidak di soirée seperti ini pasokan minuman soda dan beralkohol selalu terjamin.  Dia bisa sesuka hati mengisi gelas. Matanya mencari-cari Maya yang sedari tadi sudah lengket dengan Atilla. Pria itu bahkan datang menjemput ke kamar Maya  sebelum acara soirée dimulai. Di sofa yang letaknya di sudut Regi  melihat Maya sudah menempel dengan Atilla. Kaki Maya ada di atas pangkuan Atilla, tangannya mereka saling berpelukan. Regi menggelengkan kepala. Sofa di sudut itu memang nyaman dan terkenal jadi tempat untuk cuddling. Dia pernah melihat pasangan yang berhubungan intim juga di sini. Maya pernah berseloroh dia tidak mau duduk di sini. Nyatanya, malam ini Maya sudah dalam posisi mesra bersama pasangan barunya.

Regi ragu apakah dia perlu mendekati Maya atau tidak. Sebelum dia balik badan mata Maya sudah menangkap Regi yang berdiri mematung.

"Regi, sini," panggil Maya sembari melepaskan bibirnya dari bibir Atila.

Maya berusaha menjauhkan wajahnya dari Atilla. Pria itu masih mencoba mencium Maya, tidak peduli sudah terpergok oleh Regi. Bibirnya segera beralih ke leher Maya sementara tangan Maya sibuk menghalau. Atilla baru berhenti setelah Maya menepak pelan kepalanya. Pria itu hanya membalas dengan seringai tolol.

"Dari segitu banyak orang di sini enggak ada yang menarik?" tanya Maya menarik tangan Regi agar duduk di dekatnya.

Regi menggelengkan kepala pasrah. Barangkali dia memang perempuan kuper tidak tahu cara menarik lawan jenis.

"Mon dieu (Ya Tuhan)," Atilla seperti teringat sesuatu. "Kamu perlu kenalan dengan teman aku," ucap Atilla sembari menepuk keras bahu seorang pria yang tertidur di sampingnya.

Terlihat seorang pria tertidur nyenyak dengan kepala bersandar pada lengan sofa. Satu tangannya masih memegang gelas plastik  kosong. Wajahnya tertutup beanie yang sengaja ditarik hingga menutupi mata. Hanya hidungnya yang terlihat. Mulutnya sedikit terbuka. Di antara hingar bingar suara orang, Regi bisa menangkap sedikit suara dengkuran. Dasar sinting! Bagaimana bisa tidur di tempat seramai ini?

Atilla mengguncang-guncangkan bahu temannya. Bukannya terbangun pria itu malah membalikkan badan mencari posisi lebih nyaman. Gelas plastik terguling di lantai dan tangannya diletakkan di kepala sebagai pengganti bantal.

"Pardon. Gaël emang parah. Dia bisa tidur di mana aja. Dia bisa tidur sambil berdiri," Atilla menggelengkan kepala.

"Bangun! Bangun! " ucap Atilla nyaris berteriak di kuping temannya dan menguncang lebih kencang lagi.

Pria itu membuka mata dengan malas dan memperbaiki posisi duduk dan beanie-nya. Wajahnya merengut karena dibangunkan dari tidur nyenyak.

"Regi, Maya, perkenalkan ini teman aku. Gaël Arnaud," ucap Atilla setelah temannya benar-benar terbangun.

"Enchantée (apa kabar)," ucap Maya dan Regi nyaris berbarengan.

Pria itu menganggukan kepala dan mengangkat sedikit tangan macam ber-say hi dengan ogah-ogahan.

"Panggil aja Gaël. Dia ini teman aku bikin Youtube. Jago banget bikin skrip yang lucu," ucap Atilla masih memperkenalkan temannya. Sementara yang diperkenalkan hanya mengangguk tidak pedulian. Rautnya tanpa ekspresi dan terlihat jelas dia malas berkomunikasi. Sangat berbeda jauh dengan Atilla yang kerap memamerkan seringai konyol dan tak henti mengoceh.

"Aku mau ambil minuman dulu," ucap Gaël bangkit berdiri tanpa basa-basi.

"Kamu tuh," Maya melotot ke arah Atilla setelah Gael berlalu. 

"Pourqui (kenapa)?" tanya Atilla heran. 

"Aku kan minta kamu ngajak teman yang oke biar Regi dapat teman kencan. Bukan yang kayak dia itu," protes Maya.

"Gaël anaknya asyik tapi dia memang sering ngantukan.  Enggak salah juga dong." Atilla membela diri.  "Kalau kamu lihat Youtube aku itu ide-ide konyol dari Gael semua. Dia  juga setia kawan, gentleman dan memperlakukan perempuan dengan hormat. Kurang apa lagi,coba?" tambah Atilla.  

"Tapi dia sok banget. Dasar orang Paris," omel Maya.

Atilla melotot ke arah Maya, merasa tersindir.  "Aku juga orang Paris."

Maya hanya membalas protes Atilla dengan mendelik. Sebagai orang dari Lyon, Maya sebal dengan kelakukan orang Paris. Kalau bukan karena fashionnya, aku ogah kuliah di Paris, cetus Maya suatu kali.

"Enggak apa-apa, Maya," ucap Regi berusaha menengahi pertengakaran kecil itu.

Regi  pernah berkisah pada Maya kalau di Paris ini dia ingin punya pacar setelah melajang sejak lulus kuliah. Dion, pacar terakhirnya putus lantaran lanjut bekerja di Australia. Setelah menjalani LDR sekitar enam bulan mereka sama-sama kehilangan percikan cinta dan akhirnya putus. Sepertinya Maya sedikit terobsesi mencarikan Regi pacar. Dia bisa merasa Maya tidak enak hati melihat dia mendapatkan pasangan sementara Regi masih belum dapat.

"Benar,kok. Kalau sudah kenal Gaël lebih baik, kamu bisa berubah pikiran," ucap Atilla masih berusaha.

Regi mengangguk sopan. "Makasih Atilla ,kamu enggak perlu serepot itu." 

"Kamu masih menunggu Mathias, ya?" tanya Maya.

Regi hanya menjawab dengan tawa pelan. Dia berharap banyak pada Mathias tetapi tidak menolak kalau berkenalan dengan pria tampan di soirée ini. Sayangnya tetap sulit didapat.

"Semester baru dimulai masih banyak waktu tapi sebaiknya kamu tidak hanya terpaku pada satu pria," ucap Maya.

"Dapat satu, aja,  susah apalagi mau cari cadangan," seloroh Regi.

"Ne t'inquiète pas (jangan khawatir) " ucap Maya tertawa lepas. "Aku bisa bantu. Nanti aku cariin lagi. Tidak perlu tanya lagi  sama Atilla. Seleranya payah. "

"Hei. Aku dengar itu. Kamu enggak suka pilihan aku?" protes Atilla dengan merengut.

Maya tersenyum tipis. "Bebe (sayang), aku suka semua pilihan kamu, kecuali teman yang itu."

Atilla masih merengut hingga membuat Maya gemas dan menepuk-nepuk pipinya. Mata Atilla berkerling dan masih melanjutkan aksi merajuk sampai Maya menghadiahkannya ciuman. Atilla dengan cepat menarik  kepala Maya dalam rengkuhannya hingga setengah tubuh Maya menimpa tubuh Atila. Keduanya tergelak dan bibir mereka kembali bertemu.

Regi memalingkan pandangan. Maya dan Atilla sudah tengggelam dalam dunia mereka. Rasanya tetap kagok melihat temannya sendiri berciuman dashyat seperti itu. Regi bangkit berdiri. Dia harus mencari tempat lain yang sedikit lebih tenang di dekat jendela pantry komunal. Tidak ada orang lain di situ, selain mereka  yang mengambil minuman.

Paris di malam  bisa terlihat jelas dari jendela.  Sayang menara Eiffel tidak terlihat dari sini tetapi pesona dan kecantikan kota masih bisa dinikmati. Di antara bangunan modern selalu terselip café berkanopi dan deretan kursi rotan atau boulangerie bergaya klasik. Terdengar suara sinere dari kejauhan menembus jalanan sempit dengan cornblock. Lampu-lampu tua  yang menempel pada bangunan menerangi jalanan. Hanya satu dua orang melintas di situ.

Regi tersentak kaget ketika ponselnya mengeluarkan nofitikasi pesan dari Ibu. Regi mengerang sebal. Berkat bantuan Mbak Naya, Ibu mau bernegosiasi sedikit. Dia tidak lagi dibombardir dengan telepon tiap hari  asal dia mengirim pesan seminggu sekali  dan tidak boleh telat. Dia sudah menelepon Ibu tadi sore, kenapa harus ditelepon lagi? 

'Ibu lupa tanya tadi. Kamu bilang ada acara soirée di sana. Acaranya selesai jam berapa? Kamu jangan sembarangan gaul dengan pria enggak dikenal. Kamu besok tetap kuliah kan?Jangan bolos.'begitu pesan Ibu.

Regi mengetik secepat mungkin apa yang terjadi di soirée saat ini dan besok dia kuliah apa, dia bersama siapa , macam membuat laporan mingguan yang panjang. Ketika menekan tombol send dia baru sadar sedari tadi apa mata yang menatap dengan geli.

Regi mendongkak. Gaël Arnaud. Pria itu berdiri hanya beberapa senti di dekat dia sembari meneguk botol birnya. Lampu dari pantri dan cahaya lampu jalanan membuat dia bisa melihat lebih jelas pria itu.  Tampilannya sangat casual hanya menggunakan kemeja ditimpa sweter biru navy dan jeans membungkus tubuhnya yang kurus dan tinggi.  Tangannya tidak menggunakan jam tangan, hanya berhiaskan gelang-gelang kulit. Wajahnya  lebih segar, mungkin sudah cuci muka. Sorot matanya masih dingin dan judes namun tak  mampu menghilangkan ketampanan di wajahnya. Tarikan bibirnya sedikit merengut macam memendam kekesalan tetapi terlihat menggoda dengan bentuk bibir atas yang melengkung  seperti busur panah. 

"Aku harus ngirim pesan pada ibu aku," jelas Regi tanpa diminta.

Gael mengangguk masih dengan tatapan geli. "Umur kamu berapa? 17 tahun?" tanyanya.

Regi sadar wajahnya terlihat jauh lebih muda dari umurnya. Di Paris dia sering kesulitan ketika membeli minuman beralkohol dan diminta menunjukan kartu pengenal. Entah kenapa ketika pertanyaan itu keluar dari mulut Gaël terdengar seperti hinaan. Spontan saja dia bercetus," Yeah, aku bukan orang Perancis yang begitu umur 17 dah bebas ngapai-ngapain, bisa tinggal sendiri entah di mana, mau jungkir balik enggak ada yang peduli."

"Pardon?" tanya Gael terkaget mendapat jawaban panjang itu.

Regi terdiam. Dia terkaget sendiri dengan reaksinya. Tidak seharusnya dia memuntahkan uneg-uneg  pada pria yang tidak dikenal. Ekspresi  Gael yang menyebalkan itu macam minyak tanah yang mampu menyulutkan api amarah.

"Tidak perlu dijawab," tukas Gael tidak pedulian.

"Desolée (maaf)," ucap Regi pendek.

Regi membuka satu botol bir baru dan menatap keluar. Moodnya mendadak jelek gara-gara pesan dari Ibu. Dia kan sudah menelepon tadi sore ternyata masih kurang. Barangkali dia harus dipasang chip pelacak jejak baru ibunya puas.

Regi kembali menoleh. Pria itu masih berdiri di dekat  jendela. Sama seperti dirinya yang asyik menatap keluar. Mata mereka tanpa sengaja bersirobok.

Regi tersenyum tipis dan mencoba membuka pembicaran. "Jadi kamu temannya Atilla?"

"Oui," jawab Gaël. 

"Kenal di mana?"

"Kami dulu sama-sama di klub capoiera," jawab Gaël  singkat.

"Sekarang?"

"Sekarang, ya, masih temanan," ucap Gaël menjawab sambil menguap.

"Maksudnya, apa kalian masih capoiera?"

Gaël menggelengkan cepat.

"Atilla bilang kamu jago bikin skrip? Kerja di dunia film?"

Gaël kembali mengelengkan kepala. "Non (tidak)," jawab Gael singkat.

Regi menyerah. Dia tidak tahu lagi harus mengobrol apa.  Entah dia yang tidak mahir membuka percakapan atau memang pria di dekatnya  ini super menyebalkan. Benar-benar tipikal orang Perancis. Sama sekali tidak ramah. Tidak ada basa-basinya sedikit pun.

"Dasar nyebelin. Kampret.  Sok ganteng banget," umpat Regi dengan keras dalam bahasa Indonesia. Ada untungnya si pria brengsek ini tidak bisa bahasa Indonesia. Dia bisa mengumpat sesuka hati.

Gaël masih menatap dirinya dan sedikit memajukan kepala macam berusaha mendengar lebih jelas ucapan Regi. "Apa?"

"Aku enggak ngomong sama kamu," ucap Regi singkat.

"D'accord. Tetapi kamu menoleh ke arah aku, aku kira kamu lagi  ngomong sama aku.  Aku cuma ngerti bahasa Perancis. Tidak sopan ngomong dengan bahasa planet seperti itu, " ucap Gaël  dengan nada datar.

"Oh, sekarang kamu baru ngomong enggak sopan!" dengus Regi.  "Okay, aku tadi bilang dasar orang Perancis. Sombong, kasar dan menyebalkan."

Bibir Gael mengatup rapat. Dia terdiam macam komputer yang sedang  loading lalu membalas cepat, " Vraiment? (oh'ya) Kamu  juga tidak terlihat seperti gadis Asia yang cute dan sopan," lanjutnya sembari melipat kedua tangan di dada.

"Stereotipe bodoh," gerutu Regi.

"Nah, kamu juga bodoh. Sudah menganggap orang Perancis sombong."

"Karena kamu memang.... " emosi Regi kembali  meletup.

Pertengkaran terhenti ketika mereka menyadari mereka jadi tontonan gratis. Keduanya menoleh. Maya dan Atilla berdiri di dekat mereka dengan senyum. Keduanya memamerkan seringan tolol mereka.

"Akhirnya kalian bisa akrab juga," ucap Atilla tersenyum lebar.

"Non (tidak)," ucap Regi dan Gael yaris bersamaan

"Kompak banget," seloroh Maya masih menyeringai. 

Regi menggeram kesal. Dia meletakkan botol bir yang belum habis sedikit dibanting lalu berkata, "Aku ke kamar aja. Ngantuk."

                                                                                ****

Continue Reading

You'll Also Like

171K 10.3K 54
Niat hati kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan duda anak 1 yang sialnya masih tampan itu, Herna malah harus terjebak menikahi pria k...
466K 39K 51
Lengkap✅️ [MATURE] Arabella Luda bukan pembuat keputusan yang baik saat ia sadar. Apalagi saat ia setengah tidak sadar. Dan karenanya, mau tak mau Ab...
1M 60.4K 34
[NEW VERSION] Bisa jadi masih ada banyak kecacatan penulisan dalam cerita ini. Mohon dimaklumi. (MATURE CONTENT! MOHON BIJAK DALAM MEMBACA, PILIHLAH...
2.3M 12.2K 26
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...