Naefa [Selesai]

By Teh_indy

253K 10K 1K

WARNING❗SEDANG DIREVISI SECARA BRUTAL❗ 15+ "Akhh...akhh" Nata "jangan mendesah didepan gue!!" Reyfefa "akh ak... More

salam kenal
(1) Gadis mesum.
(2) Murid Baru.
(3) Awal dari Akhir.
(4) Keluarga Hollander.
(5) Modus
(6) Si sombong.
(7) Pesan tak bertuan.
(8) Sandiwara belaka.
(9) Di kibulin.
(10) Koleksi barang Brended.
(11) Panggilan pesta.
(12) Pilih Akhtar atau Gavin?
(13) Dua-duanya lah!
(14) Teringat masa lalu.
(15) Si ketua Osis.
(16) Tatapan yang mendebarkan.
(17) Kecupan Pertama
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
vote cover yuk!
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(39)
(40)
Q&A
Ekstra Chapter.
NAEFA 2
Character
Cerita Balu
INFO PENTING!

(38)

2.3K 178 34
By Teh_indy

Dua minggu telah berlalu,kini saat nya para pelajar kembali berkutat dengan tugas-tugas mereka. Menyambut tahun ajaran baru dengan penuh semangat. Pagi ini SMA Grahasakti kembali dipenuhi para siswa-siswi. Banyak murid baru yang sedang mempersiapkan diri untuk kegiatan MPLS yang akan dibuka setelah upacara nanti.

Dipinggir lapangan sudah terlihat para petugas upacara dan beberapa pengurus osis yang sedang bersiap. Seorang guru yang terkenal killer menaiki mimbar.

"Harap untuk semua siswa-siswi segera berkumpul di lapangan. Karena ucapa bendera pagi ini akan segera dimulai." ucapnya tegas. Semua murid yang paham siapa pemilik suara itu,berbondong-bondong menuju lapangan. Begitupula para petugas osis,dengan sigap mengatur barisan.

Disaat semua orang sudah berkumpul dan berbaris rapi,seorang gadis masih santai berjalan dipinggir lapangan sambil memasang dasi dikerah bajunya. Wajahnya memang cantik,bahkan sangat. Tapi penampilannya jauh dari kata tertib. Baju yang belum dimasukan,dasi yang belum terpasang,bahkan tidak ada sabuk yang tersemat dipinggangnya. Dan Tas hitam miliknya masih bertengger disalah satu pundaknya. Tanpa bertanyapun semua orang tau,bahwa gadis itu baru saja sampai.

Bu Iyes-guru killer yang berada diatas mimbar-memandang Gadis itu marah. Tadinya ia ingin turun dan berkumpul dengan guru-guru lainnya,namun langkahnya terhenti saat melihat berandalannya SMA Grahasakti berjalan santai di sisi lapangan.

"GLENATA!" Teriak nya kencang. Reflek semua orang yang ada disana menutup telinganya,termasuk Glen. Gadis itu sangat terkejut saat mendengar suara yang sangat ditakuti semua murid memanggil namanya. Glen menoleh ketengah lapangan dan terlihatlah bu Iyes tengah berkacak pinggang dan menatapnya garang.

Langkah Pak Iwan yang tengah berjalan ke lapangan pun terhenti saat mendengar suara keras bu Iyes. Ia selaku wali kelas Glen pun meringis. Dapat dipastikan guru itu akan menyindirnya habis-habisan. Alhasil pak iwan memutar balik langkahnya.

"Loh pak,kenapa balik lagi?" tanya salah satu guru yang melihatnya.

"Sepatu saja tertinggal pak." Jawabnya asal dan berjalan cepat meninggalkan lapangan.

"Lalu yang ia pakai itu apa?" Monolog guru tersebut bingung dan hanya menggelengkan kepalanya.

Kembali lagi ke lapangan, kini Glen sudah berada di depan bu Iyes.

"Jam berapa ini? Kenapa kamu baru berangkat hah?!" tanyanya sedikit membentak. Seketika suasana di sana menjadi hening. Tidak ada yang berani berkutik sedikitpun. Mereka menatap kasian ke arah Glen. Pasti gadis itu akan tamat.

Berbanding terbalik dengan si pelaku, Glen terlihat tenang sambil terus mengingat dasinya. Dan mulutnya tidak berhenti mengunyah permen karet.

"Glen!" Sentaknya keras. Glen langsung meludahkan permen karetnya dan berhenti mengingat dasinya. Para anggota osis mendesah pasrah. Dari pagi mereka memantau lapangan agar tetap bersih,tapi Glen dengan seenak jidat membuang permen karetnya di sana.

"Saya bu?" tanyanya polos. Bu Iyes mengetatkan rahangnya,giginya kini beradu menimbulkan suara yang mengerikan.

"Jelaskan kenapa kamu sampai terlambat,JELASKAN!" Glen terlonjak kaget. Pantas saja semua anak takut pada wanita ini,galak ternyata.

"Sepatu saya diambil banci tadi bu,jadi saya kejar dulu lah. Massa iya saya ke sekolah engga pake sepatu? Nanti ibu marah-marah lagi." ucap Glen tanpa beban.

"Hahahaha..." Terdengar tawa seorang siswa mengudara. Semua orang terkejut dan serempak menoleh ke asal suara. Berani sekali pemuda itu. Tamatlah riwayatmu nak,batin para guru. Bu Iyes menatapnya horor. Seketika laki-laki itu terdiam.

"Berdebat dengan kamu tidak akan ada habisnya! Rapikan pakaianmu,pungut permen karet itu dan berdiri di sana!" Titahnya tak terbantahkan sambil menunjuk tempat yang terlihat lebih panas dari yang lain. Glen menghela napas pasrah,baru berangkat sudah di hukum,bagus sekali.

Gadis itu mengangguk dan memungut permen karet tadi dan melemparnya ke tong sampah. Saat bu Iyes tidak melihat kearahnya, ia mengelapkan tangannya ke pinggiran mimbar. Hal itu membuat guru yang akan menjadi pembina upacara pun meringis,ia harus berhati-hati saat berada di atas sana. Setelahnya Glen berjalan ke tempat yang dimaksud Bu Iyes.

"Adakah yang terlambat lagi?!" Tanyanya lantang. Semua orang serempak menoleh ke sisi lapangan. Disana terlihat seorang laki-laki berjalan santai sambil sesekali bersiul.

"Anak baru itu kenapa jadi ikut-ikutan, AKHTAR! CEPAT KEMARI!" Pemuda itu terlonjak kaget dan hampir menjatuhkan buku yang ia pegang.

"Saya bu?" Tanyanya menoleh ke sana kemari.

"Tembok dibelakangmu! Ya kamu lah!" Akhtar meringis,ia berjalan cepat menghampiri wanita itu.

"Kenapa kamu terlambat hah?!" Akhtar mengernyit.

"Terlambat? Bukannya ini masih jam enam bu?" tanyanya bingung.

"Jam enam gundulmu!"

"Saya tidak gundul bu." Saut Akhtar tidak terima. Glen tertawa keras di tempatnya dan langsung kicep saat Bu Iyes meliriknya sadis.

"Sudahlah! Berdiri di samping Glen,Cepat!" Finisnya terlihat lelah. Akhtar pun berjalan menghampiri Glen. Upacara pun berlangsung hikmat.

Satu jam berlalu,upacara pun selesai. Di lapangan hanya tersisa para murid baru dan beberapa pengurus osis yang akan mengadakan MPLS. Sedangkan yang lain kembali ke kelas masing-masing untuk melaksanakan KBM.

Berbeda lagi dengan Glen dan Akhtar. Mereka terdampar di kamar mandi,karena diberi mandat untuk membersihkan tempat itu. Kecanggungan sempat tercipta,mengingat hubungan mereka kurang baik. Tetapi Glen tetap lah Glen. Tangannya gatal jika ia tidak jail.

"Jam sialan! Gue kira masih pagi,taunya udah siang." Gerutu Akhtar sambil menggosok lantai di bawahnya.

"Banci sialan! Sepatu gue di ambil." Glen ikut-ikutan menggerutu. Akhtar menatap gadis itu malas. Pemuda itu bergeser menjuauh dari Glen,karena sedari tadi gadis itu mengikutinya ke sana kemari.

"Bagian lo di sana cesum! Kenapa lo ikutin gue?" tanya Akhtar geram. Glen hanya cengengesan dan menjauh kembali ke tempatnya. Melihat Akhtar kesal seperti itu membuatnya senang,ini yang ia rindukan.

Saat matanya melihat ember penuh air kotor di sampingnya, Glen menyeringai. Jiwa usilnya terpanggil. Disaat Akhtar memunggunginya,Glen menumpahkan air kotor itu kelantai yang baru saja di bersihkan Akhtar. Alhasil lantai itu kembali kotor. Akhtar yang merasa ada air mengalir dikakinya pun menoleh.

"CESUM!" Sentaknya dengan napas memburu.

Glen yang sedang menggosok lantai mendongak. "Iya beb?" saut Glen polos.

"INI APA HAH?! INI APA!" Teriak Akhtar sambil menunjuk ke arah lantai yang kotor.

"Mata lo bermasalah? Itu lantai lah." Jawab Glen tanpa dosa. Akhtar mendesah keras,gadis ini benar-benar— hufh untung cinta! Akhtar memicingkan matanya dan berjalan menjauh.

"Kyaaa!"

Bruk!

Glen terpeleset saat ingin menyusul Akhtar dan berakhir di lantai. Akhtar yang mendengar jeritan keras pun berbalik. Rasa panik yang tadi sempat menderanya,terganti dengan rasa geli menggelitik saat melihat Glen terperanjat ke lantai.

"Hahaha...mampus kan lo!" Tawanya mengudara.

"Auchh...mama pinggang Glen..." Akhtar terkekeh dan menghampiri gadis itu.

"Ayo bangun." ujarnya menjulurkan tangan. Glen menatap Akhtar, sudut bibirnya terangkat. Gadis itu meraih tangan Akhtar cepat dan menariknya kencang.

"Eh!" Pekik Akhtar saat tubuhnya tertarik kencang dan mendarat tepat di atas tubuh Glen. Tatapan mereka bertemu,keheningan pun tercipta diantara mereka.

"Cantik."

"Gue suka sama lo tar."

Glen yang mulai merasa sesak pun mendorong dada Akhtar. "Bangun,lo berat!" Akhtar langsung berdiri dan merapikan pakaiannya. Begitupula Glen,dengan susah payah gadis itu berdiri.

"Bagian gue udah selesai  Gue ke koperasi dulu. Selesaiin kerjaan lo dan tunggu gue di taman belakang." Aturnya kemudian melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari Glen. Gadis itu mencebik tetapi tetap melakukan perintah Akhtar.

Sepuluh menit, akhirnya semua selesai. Seragam belakang Glen basah. Gadis itu berjalan menuju taman belakang. Lima menit kemudian Akhtar menghampirinya.

"Lo lama banget sih!" Gerutu Glen kesal.

"Nih,ganti baju lo cepet." ucap Akhtar menyerahkan seragam yang baru ia beli dari koperasi. Glen terdiam,kemudian meraih baju tersebut. Ia berdiri dan melepas dasinya. Akhtar masih diam memperhatikan. Tetapi saat melihat Glen melepas kancing teratasnya,ia melotot.

"Lo mau apa!" Pekiknya.

"Mau ganti lah,di sini..." sautnya tersenyum menggoda.

"Dasar mesum! Cepet ke kamar mandi sana!" Glen terkekeh kemudian berlalu pergi. Beberapa menit berlalu,Glen pun kembali dengan tampilan berbeda.

"Ini kebesaran elah."

"Seragam lo yang kekecilan,buang gih." ucap Akhtar menggerakkan dagunya menunjuk seragam basah yang ada ditangan Glen.

"Hih ogah! Ini masih bagus. Oh iya,makasih seragam barunya." Akhtar mengangguk dan berlajan menjauh.

"Tar!" Panggil Glen. Akhtar menoleh.

"Lo nanti malem ada acara engga? Gue mau ajak lo makan. Ada yang mau gue omongin." ucap Glen pelan,berharap Akhtar mau. Pemuda itu terdiam.

"Kalo lo—"

"Gue mau,tapi gue ajak Elis. Gue engga mau bikin dia cemburu." Sautnya cepat,kemudian berlalu pergi.

"Secepat itu perasaan lo berubah tar?" Monolognya tersenyum miris.

******

Waktu terus berlalu,kini Glen sudah berada di salah satu Cafe yang cukup ramai pengunjung. Sudah lima menit ia duduk disana,tetapi orang yang ia tunggu tak kunjung datang.

Sedangkan diluar Cafe,Akhtar turun dari mobilnya,disusul oleh Elis.

"Lo udah siapin yang lo butuh?" Tanya Akhtar.

"Udah." jawabnya singkat.

"Gue kasih lo waktu lima menit buat minta maaf ke dia."

Elis sudah menduga itu,Akhtar tidak akan memberinya banyak waktu. sepertinya pemuda itu sengaja,membuatnya semakin jauh dengan Glen. Elis hanya mengangguk. Mereka pun masuk kedalam Cafe.

"Sorry telat." ujar Akhtar.

Glen terdiam saat matanya melihat tangan Akhtar menggandeng tangan gadis disampingnya. Elis yang melihat tatapan sayu Glen pun mencoba melepaskan tangan Akhtar. Tetapi pemuda itu malah mempererat genggamannya. Dan menarik Elis duduk di sampingnya.

"Eh iya,sans aja." Balas Glen tersenyum kecil.

"Kamu mau pesen apa sayang?" tanya Akhtar kepada Elis. Gadis itu tampak terkejut mendengar Akhtar memanggilnya seperti itu. Kenapa ia harus terlibat dengan permainannya!

Dengan terpaksa Elis menjawab. "Sa- samain aja sama kamu." Akhtar pun memesan beberapa makanan ringan dan dua minuman.

Beberapa saat kemudian,makanan datang. Akhtar mencicipi nya satu persatu. "Ini pedes sayang. Kamu jangan makan yang ini,nanti mag kamu kambuh." ucap Akhtar perhatian.

Glen memandang mereka dalam diam,ada perasaan marah dalam benaknya. Ia tidak rela melihat laki-laki itu memperhatikan gadis lain. Tapi apalah daya,ia bukan siapa-siapa disini.

"Aku suapin yah?" Suara Akhtar kembali terdengar. Elis menggeleng cepat.

"Aku makan sendiri aja yah." Ucapnya menahan geram.

"Kalian terlihat serasi." Serempak mereka berdua menoleh ke arah Glen,gadis itu tersenyum manis. Tapi matanya jelas memancarkan kesedihan.

"Iyalah,Elis ini perhatian banget. Engga pernah sia-siain gue." Balas Akhtar menatap Elis kagum. Jelas saja Glen tersinggung dengan ucapannya barusan. Glen meremas ujung bajunya,seakan menyalurkan rasa sakit yang ia rasa.

"Semoga langgeng." Akhtar mengangguk semangat. Sedangkan Elis menatap Glen sendu.

"Apa yang mau lo omongin?" tanya Akhtar sambil menyesap minumannya. Glen melirik Elis sebentar,kemudian menatap Akhtar serius.

"Lo sehat tar?" Sebelah alis Akhtar terangkat.

"Lo ajak gue kesini cuma mau tanya itu? Buang-buang waktu banget." Elis melotot ditempatnya, pemuda ini! Sedangkan Glen tersenyum canggung. Hatinya sakit mendengar ucapan Akhtar.

"Gue sehat. Tadi pagi kan lo ketemu sama gue,gimana sih." Lanjut Akhtar acuh tak acuh.

"Hehehe iya yah..." Glen terkekeh,sejujurnya ia bingung ingin mengatakan apa. Niat awal memang ia mau meminta maaf dan meminta Akhtar untuk berbaikan dengannya. Tapi saat melihat Elis mendampingi laki-laki itu,ia seperti enggan untuk meminta maaf. Bukankah cukup adil? Dia dulu menyia-nyiakan laki-laki itu,dan sekarang ia di acuhkan. Sama bukan? Tetapi Glen tidak mau egois. Ia sadar,sikap egois bisa menghancurkan diri sendiri.

"Gue mau—"

"Pending dulu yah,gue mau ke toilet bentar." Akhtar langsung pergi dari sana.

"Huh...sabar Glen." Lirihnya menyemangati diri sendiri. Suasana seketika menjadi cangung. Sebenarnya hanya Elis yang merasa begitu sedangkan Glen,gadis itu terlihat tenang.

"Glen?" Panggilnya pelan.

"Hm." Tanpa disadari senyum kecil terbit di wajah Elis. Ia besyukur Glen masih mau meresponnya.

"Glen,jangan pernah berhenti mencintai Akhtar yah. Apapun yang dia lakuin,itu untuk kebaikan lo." Elis berhenti sejenak,gadis itu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam tasnya.

"Gue engga punya banyak waktu,mungkin ini terakhir kalinya gue bisa ngobrol sama lo. Gue mohon,lo simpen ini yah." Lanjutnya menyodorkan kotak tersebut kearah Glen. Tetapi gadis itu tampak acuh dan tetap fokus pada ponselnya.

"Jaga diri lo baik-baik Ri. Jangan jadi anak nakal." Glen mendongak menatap Elis saat mendengar gadis itu memanggilnya dengan nama kecilnya. Seketika hatinya sesak,apalagi saat melihat Elis tersenyum hangat kearahnya. Senyuman itu yang ia rindukan sejak dulu. Glen mengalihkan pandangannya,sekuat tenaga ia menahan air mata yang mendesak keluar.

"Lo mau ngomong apa tadi?" Tiba-tiba saja Akhtar sudah berdiri di sana dan kembali duduk. Lima menit itu waktu yang singkat,maka dari itu Elis menulis permintaan maafnya lewat surat.

"Gue mau minta maaf ke lo." ujar Glen serius.

"Oh itu yah? Gue kira penting." Glen menatap Akhtar kecewa. Sebegitu tidak pentingkah permintaan maafnya?

"Gue udah maafin lo. Udah yu Lis,pulang." Akhtar menarik Elis pergi dari sana.

"Lo bukan Akhtar yang gue kenal. Harusnya dari awal gue sadar diri,gue bukan siapa-siapa lo." Lirih Glen menunduk dalam.

Detik-detik ending huhu,komennya yang banyak dong,biar happy ending.

Tehdy-
3 Januari 2021.

Continue Reading

You'll Also Like

5.6M 377K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
1.9K 848 20
16+ Menceritakan tentang seorang gadis yang bernama Devallin Aurelia Putri yang selalu di katai "Jomblo Akut" dan sangat ingin mempunyai pacar, tetap...
753K 53.4K 33
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
830K 30.4K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...