01

5.3K 204 10
                                    

"Eugh," lenguh Tania. Gadis itu terbangun karena sorot matahari yang menerpa wajahnya.

Tania bangkit, merasakan pusing yang teramat sangat di kepalanya. Bahkan, dia sampai melupakan kejadian tadi malam. Tania memegangi kepalanya yang terasa berputar-putar. Mencoba menetralisir rasa pusing itu dengan memukul-mukul lamban kepalanya.

Setelah dirasa lebih baik, Tania mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Gadis berambut panjang itu, beberapa kali mengedipkan matanya. Merasa asing dengan desain kamar yang ia lihat.

Kamar itu tidak seperti kamar yang ia pesan. Kamar pesanan Tania memiliki warna biru laut yang menyejukan mata. Tapi kamar ini, berwarna abu-abu yang sangat mencolok. Tania mencoba mengigat dengan keras apa yang sebenarnya terjadi tadi malam.

"Gue tadi malem 'kan dikejar-kejar sama orang-orang itu, terus gue ...." ucap Tania mencoba mengingat kejadian semalam.

"Atau jangan-jangan, gue salah masuk kamar?" Tania langsung melihat tubuhnya. Dia melototkan matanya melihat tidak ada sehelai benangpun yang melekat di tubuhnya.

"Aaaaa!" teriak Tania histeris.

Suara gemercik air yang menggalir terdengar dari arah kamar mandi. Membuat Tania mengepalkan tangannya. Tania yakini, itu pasti orang yang sudah merenggut kesuciannya.

'Shit!' umpat Tania dalam hati.

Tak lama setelahnya, lelaki dengan menggenakan kimononya itu berjalan keluar dari kamar mandi. Tania mengambil beberapa bantal. Bersiap melemparkannya ke arah lelaki yang berjalan menghampirinya. Saat lelaki itu mulai mendekat, Tania meleparkan semua bantal ke arah lelaki berkulit putih itu.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"Apa yang udah lo lakuin sama gue? Hah?!" Emosi Tania tak tertahankan. Gadis itu berteriak dan menangis secara bersamaan. Melemparkan benda-benda yang ada di sekitarnya.

"Gue minta maaf," lirih lelaki itu menundukan kepalanya.

"Gue hilaf," sambungnya membuat Tania semakin membenci lelaki di hadapannya.

"Dengan seenak jidatnya, lo bilang gitu? Lo manfaatin cewek yang lagi dalam pengaruh obat. Lo nyuri kesempatan dalam kesulitan saat gue nggak sadar! Murahan banget lo!"

Aldo. Lelaki berumur 24 tahun itu tidak terima dirinya dihina atau dinilai serendah itu oleh gadis asing di hadapannya. Aldo membulatkan matanya. Merasa terhina oleh ucapan yang dilontarkan Tania.

"Lo pikir, gue saat itu sadar? Gue juga sama kayak elo! Bedanya lo dalam pengaruh obat, sedangkan gue, pengaruh minuman." Dengan santai Aldo menjelaskan fakta yang sebenarnya terjadi. Bahkan, dia juga tidak mengingat kejadian tadi malam.

"Dan lebih parahnya lagi, elo yang udah ngegoda gue lebih dulu." Tatapan mata Aldo menjadi tajam. Sebenarnya, dia di sini korban dari keliaran Tania yang terus memaksanya melakuakan hubungan itu.

Air mata Tania mengalir kembali. Dirinya tidak mampu mengingat apapun yang sudah terjadi. Ini semua gara-gara ulah dari temannya. Ulah dari musuh dalam selimut. Dengan bodohnya Tania percaya pada Keyla dengan meminum jus yang dia sodorkan.

'Andai aja, gue nggak minum tuh jus. Mungkin, ini nggak akan terjadi,' sesal Tania dalam hatinya.

Gadis itu menundukan wajahnya ke bawah. Merasa malu dengan apa yang dia lakukan. Ia sekarang . Bener-bener kotor!

"Gue bakal tanggung jawab."

Tania mendongakan kepalannya saat mendengar kata-kata Aldo yang terdengar serius.

'Gue harap, nikahin lo bukan akhir dari segalanya.' batin Aldo.

***

Seminggu sudah berlalu. Seperti janji Aldo, mereka berdua akan melangsungkan pernikahannya hari ini. Pernikahan yang tanpa dihadiri oleh keluarga kedua belah pihak.

Alasannya, karena Tania sudah tidak memiliki orang tua. Sedangkan Aldo, dia tidak ingin keluarganya tahu, dia sudah melakukan hal yang menjijikan. Aldo takut memberitahu untuk keluarganya.

Tetapi, Tania tidak mempermasalahkan hal itu. Setidaknya Aldo mau bertanggung jawab. Dan Tania bersyukur akan itu. Pernikahan mereka hanya dihadiri beberapa saksi dan orang yang sedang bertugas di KUA.

"Gimana para saksi, Sah?" tanya sang penghulu saat Aldo mengucapkan ijab qobulnya.

"Sah."

Tania meraih tangan Aldo untuk disalimi. Kemudian dia mencium tangan lelaki yang sudah berstatus suaminya sekarang. Begitupun juga Aldo, dia mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Tania cukup lama. Seolah mereka adalah sepasang kekasih yang menikah karena saling mencintai.

"Selamat ya, kalian sudah sah menjadi suami istri."

'Semoga gue nggak salah ngambil keputusan.' batin Tania mencoba menyakinkan dirinya.

___Bersambung____

Tinggalkan jejak, mbak masnya!

Salam manis😊

Salah Masuk Kamar [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now