#27 Thank You, Cakra!

Mulai dari awal
                                    

"Jangan sombong terlebih dahulu, kau tidak tahu betapa istimewanya pisauku ini." Pria bertopi itu menunjukkan benda logam bermata tajam itu ke arah Cakra. Permukaan pisau tersebut terlihat basah—seperti ada cairan yang menyelimutinya.

"Jangan terlalu banyak membual. Jika kau benar-benar bukan seorang pecundang, buang saja pisau itu dan hadapi aku dengan tangan kosongmu." Ucapan Cakra itu sontak membuat mereka tertawa. Sedangkan pria itu geming sembari menyaksikan gerak-gerik dari orang-orang asing tersebut—merasa waspada jika seandainya mereka menyerang terlebih dahulu.

"Kami pembunuh bayaran, mana mungkin menghabisi seseorang dengan tangan kosong," celetuk salah satu pria itu.

"Jangan banyak bicara kalian—"

Sret!

Lagi-lagi Cakra harus mengorbankan jaket kesayangannya untuk dikoyak oleh benda tajam milik kurcaci sialan itu.

"Jika aku berhasil melumpuhkan kalian semua, aku bersumpah akan menuntun balas perbuatan kalian pada Jamie," geram Cakra penuh amarah. Kemudian ia membuka jaket dan melemparnya ke sembarangan tempat.

"Jamie? Siapa Jamie? Kami tidak mempunyai urusan dengan seseorang bernama Jamie."

Cakra mengepalkan kedua tangannya—bersiap untuk mengambil ancang-ancang untuk melawan kawanan pembunuh bayaran itu.

"Jamie—jaketku yang telah kau koyak. Kau harus tahu jika harganya melebihi harga diri kalian semua." Wajah Cakra perlahan memerah. "Maju kalian!"

Perkelahian kembali terjadi. Kali ini, Cakra harus melawan tiga dari lima orang asing tersebut. Menghabisinya satu per satu adalah tujuan utama Cakra saat ini. Ia tidak ingin terlambat memberikan bantuan pada Bara maupun Rana. Karena bagaimana pun, Cakra tidak ingin melihat sahabatnya menderita dan berjuang sendirian di dalam sana.

Cakra berdecih ketika dua teman pria bertopi hitam itu terjatuh dan berhasil dilengserkan. Kini giliran dirinya yang harus melawan satu batang penghalang ini. Cakra yakin, bahwa cairan yang dilumuri pada permukaan pisau itu adalah racun yang sengaja dioleskan. Jika pisau itu tertancap dan mengenai pembuluh darah, korban akan mengalami kejang dan kehilangan kesadaran. Bahkan yang terparah, racun tersebut tak segan untuk menghentikan kinerja jantung sehingga korban bisa saja mengalami kematian.

"Dibayar berapa kau?" tanya Cakra mencoba bernegoisasi. Pasalnya, ia sendiri tidak bisa menjamin bahwa dirinya tak akan terkena sayatan di tubuhnya.

"Kau tidak perlu tahu. Yang jelas, tuanku membayar mahal atas penderitaan kalian semua." Pria itu berkata dengan mengangkat dagunya.

Cih, sombong sekali!

Baik, Cakra, kau harus tenang. Kau pasti bisa menjauhkan pisau itu dari jangkauan. Kau hanya perlu menghabiskan semut ini hingga tekapar,

Aku menyesal kenapa tidak mengikuti jejak Bara yang bisa mendapatkan sabuk hitam di Hapkido.

Tetapi setidaknya aku telah mengikuti Karate, walaupun hanya sampai sabuk hijau.

Setelah bergulat dengan hatinya, Cakra melirik ke arah samping kiri. Di sana ia melihat sebuah balok kayu berukuran cukup besar yang bisa digunakan untuk memukul kepala orang di hadapannya. Setidaknya ketika Cakra menyerang kepala, pria itu akan terjatuh tidak berdaya. Oleh karena itu, ia akan terbebas dan kembali melanjutkan perjalanannya untuk mencari bantuan.

Namun, Cakra tidak mudah untuk mendapatkan balok kayu tersebut. Ia harus mengalihkan perhatian orang itu agar tidak terus mengintainya.

Sial, aku harus apa?

"Hei, Polisi!" Cakra melambaikan tangan ke arah mobil hingga membuat pria bertopi itu menoleh dengan cepat.

"Polisi? Mana tidak ada—"

Bugh!

Akhirnya balok kayu itu mencium kepala pria bertopi dengan keras dan berhasil membuatnya terjatuh. Cakra yang melihat pisau beracun itu tergeletak di rumput, langsung saja mengambilnya dan menodongkan ke arah pria itu. Keadaan kini berbalik. Nasib para kawanan itu berada di tangan Cakra sekarang.

Sebenarnya Cakra bisa saja langsung membunuh kawanan itu, tetapi ia teringat dengan ayahnya yang sedang mencalonkan diri sebagai calon presiden. Cakra tidak mungkin membuat reputasi kedua orang tuanya buruk hanya karena membunuh beberapa pembunuh bayaran. Ia harus menelan mentah-mentah keinginan itu.

"Kau akan kubiarkan hidup," ucap Cakra penuh penekanan. Pria jangkung itu lalu berlari ke arah mobilnya dan mengambil sesuatu di sana, sebelum memutuskan untuk menghampiri kelima pembunuh bayaran itu. "Kau hanya perlu menunggu sampai polisi menghampirimu." Cakra mengeluarkan sebuah tambang yang selalu sedia di mobilnya ke mana pun ia pergi. Pria itu lalu mengikat dengan kuat kelima orang tersebut pada pohon yang tidak jauh dari tempat Cakra berdiri.

"Tidak ... aku tidak akan membiarkan kalian lolos begitu saja." Dengan kekuatan penuh, Cakra membuat simpul mati pada para pembunuh bayaran itu. "Terlebih kau! Lihat, Jamie terkoyak karena ulahmu! Kau harus membayar ganti rugi dua kali lipat! Itu artinya, kau harus mengeluarkan delapan puluh juta untuk ini!" ucap Cakra tidak terima. Kemudian pria itu membawa pisau yang digunakan pembunuh bayaran ke dalam mobil—mencoba mengamankan jika ada sesuatu hal yang di luar perkirakannya.

"Sampai bertemu beberapa jam lagi!" teriak Cakra sebelum ia melajukan mobilnya meninggalkan wilayah tersebut.

"Sampai bertemu beberapa jam lagi!" teriak Cakra sebelum ia melajukan mobilnya meninggalkan wilayah tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                                                              to be continue.

Bad Alive | Byun Baekhyun [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang