Tinggi atau pendek? (Ngedongeng)

24 2 0
                                    


Masih belum tepat pukul sepuluh malam. Tapi aku udah ngantuk banget. Menahan-nahan rasa kantuk memang tidak nyaman, akan tetapi...

Hei. Mengapa kita malah membahas masalah ini.

Hari ini hari Sabtu. Hawanya gak cocok buatku, tubuhku dibalut kain selimut tebal, serta ledakan bersin terjadi beriringan. Ya, benar. Aku kedinginan.

Mau bagaimana lagi. Diriku sedang dalam kondisi gabut-gabutnya manusia (Kusarankan apabila kalian diterjang rasa gabut lebih baik baca qur'an atau berdzikir, daripada curhat gak jelas). Walaupun mataku letih dan tubuhku penat, aku sedang tak ingin tidur sekarang. Untuk mengisi kekosongan waktu maka aku memutuskan untuk buka Wattpad, mengingat diriku sudah memiliki akun media ini.

Sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian orang akan datangnya pemikiran-pemikiran hebat pada otak mereka ketika mereka lagi di fase bingung mau ngapain. Di masa ini lah biasanya inspirasi datang silih berganti, ingatan masa lalu menjadi jernih, dan ide-ide hebat bermunculan. Ngaku aja, kalau lagi gabut pasti otak seketika jadi cemerlang.

Sekilas terdengar positif. Gagasan-gagasan hebat yang bermunculan adalah hal yang sangat baik. Akan tetapi terkadang datangnya pemikiran itu tidak pada waktu yang tepat. Sebagai contoh ketika kalian melaksanakan ibadah sholat, ada kalanya otak kita melayang-layang entah kemana, mengikuti arus pemikiran-pemikiran luar biasa yang liar. Alhasil kita tak bisa khusu' dalam ibadah.

Saat ini diriku juga mengalami hal yang sama. Memori-memori masa lalu kembali terisi dalam kepalaku. Aku jadi kembali teringat akan salah satu cerita yang pernah aku dengar semasa dulu. Tenang saja, aku akan mengisahkannya kepada kalian (Aku tak ingat cerita aslinya secara utuh, jadi yang akan aku ketik ini adalah versi setelah aku modifikasi sedikit.).

Oh ya..., Btw namaku Alba. Aku lagi liburan pondok.

Cerita dimulai dari pertemanan antara seekor jerapah dan seekor babi hutan. Aku namai jerapah itu Jangkung, dan babi hutan itu aku namai Celeng.

Jangkung dan Celeng telah lama berkawan, mereka dapat mengerti satu sama lain. Akan tetapi tetap saja, tidak selamanya mereka dapat saling menyetujui suatu hal.

Entah karena apa, pada suatu hari mereka bertengkar disebabkan suatu masalah sepele. Sepasang karib itu saling berdebat tentang mana yang lebih menguntungkan, memiliki tubuh yang tinggi atau pendek.

Jangkung merasa bahwa tubuh tinggi miliknya lebih unggul dibandingkan Celeng yang berpostur mungil. Celeng pun juga tak mau kalah, terus mempertahankan kepercayaannya.

Perdebatan itu tak berujung, karena memang tidak ada yang mau mengalah. Mereka tetap bersikukuh pada pendapatnya masing-masing.

"Baiklah. Mari kita buktikan dengan perbuatan, mana yang lebih baik" Pada akhirnya Jangkung mengusulkan suatu tantangan. Melalui pembuktian secara langsung. Celeng mengiyakan gagasan itu. Kedua sahabat itu berjalan menyusuri hutan, seraya mencari cara agar bisa unjuk keunggulan masing-masing.

Sampai akhirnya mereka berdua berhenti di depan tembok setinggi 2 meter. Di baliknya terdapat kebun pohon yang sangat lebat, hingga saking lebatnya dedaunan pohon yang segar itu sedikit menjulur ke luar tembok. Dengan santainya Jangkung menikmati dedaunan itu. Memakannya dengan lahap. Celeng, dengan tubuh kerdilnya hanya dapat memandangi kawannya tersebut.

"Kau lihat kan? Tubuh tinggi memang yang paling menguntungkan" Ucap Jangkung dengan angkuh.

Perjalanan mereka teruskan. Lama menyusuri jalan, hingga tiba lah Jangkung dan Celeng pada tembok yang lebih tinggi, lebih tinggi dibandingkan postur Jangkung. Bahkan meskipun Jangkung berjinjit dengan kedua kakinya, tetap saja ia tak mampu mengintip di balik tembok.

Sebuah lubang kecil nampak pada tembok yang mungkin setinggi 6 meter itu. Celah sempit itu hanya bisa dilalui oleh Celeng, sedangkan tubuh Jangkung terlalu besar untuk bisa masuk ke dalam. Dengan riangnya celeng masuk melalui jalan itu. Ketika masuk, Celeng melihat begitu banyak buah-buahan beri yang sudah masak. Celeng pun menyantapnya dengan gembira sampai puas.

Dari dongeng di atas dapat disimpulkan bahwa setiap apa pun yang telah Allah berikan kepada kita, harusnya kita syukuri dengan sebaik-baiknya. Karena sebenarnya tak ada yang kurang dari diri kita. Pola pikir kita dan cara mempergunakannya lah yang akan membuat kita bisa memanfaatkan apa yang telah kita miliki dengan baik.

Btw, aku tahu bahwa cerita ini diketik sejak Sabtu kemarin, namun baru aku publish sekarang. Tidak ada salahnya bukan?.

Gak ada apa-apa di sini, Cuma gabut-gabutan doangWhere stories live. Discover now