Perhatian Mantan Suami

1.5K 84 2
                                    

***
"Ma! Mama!" Ranaya kembali berteriak, tapi tidak juga ada balasan. Dia panik dan dalam keadaan itu hanya satu nama yang terbersit dalam benaknya, Aksan. 

Dia berlari ke lantai dua mengambil ponsel dan kembali turun secepat kilat. Ranaya membuka kontak mengetik nama Aksan lalu men-dial nomor mantan suaminya. Benda pipih itu hampir saja terjatuh disebabkan tangannya gemetar. 

Wajahnya yang basah bersimbah air mata, berulang kali dia menyeka dengan punggung tangan kiri. Hanya dalam satu deringan nomor yang dituju tersambung. 

"K-Kak ... Mama ... tolong!" Suara serak Ranaya terputus-putus dan diselingi isak tangis. 

Tak sampai dua menit Aksan datang dengan nafas sedikit tersengal. "Ran, ada apa?" tanyanya panik. 

"Kak, Mama di dalam tadi aku dengar suara benda jatuh. Aku panggil-panggil, tapi Mama gak jawab." Ranaya menjelaskan sambil menatap wajah Aksan. Pandangannya buram karena terhalang air mata. Rambutnya lengket di pipi yang basah. 

Aksan memutar gagang pintu, terkunci. "Ran, kamu ambil kunci cadangannya." 

"Kunci ...." Ranaya mengingat-ingat tempat kunci cadangan disimpan. Masih dengan deraian air mata dia mencari di lemari televisi, tidak ada. Lalu lemari lain. 

Sementara Aksan berusaha membuka pintu dengan cara mendobrak, tapi tidak terbuka. Pintu itu kokoh. 

Ranaya kembali dengan segantung kunci yang ditemukan di lemari penyimpanan perabotan rumah tangga. 

"Kak kuncinya." Dia serahkan kunci-kunci itu pada Aksan. Suara gemerincing terdengar saat satu per satu anak kunci dimasukkan ke lubang kunci. Dipercobaan keempat pintu baru berhasil terbuka. 

Diana yang tak sadarkan diri tergeletak di dekat tempat tidur. Pecahan gelas dan teko kaca terhambur di lantai yang basah sepertinya air dalam teko yang tumpah. 

"Mama!" Ranaya memekik seraya mendekati ibunya hati-hati agar tidak tertusuk beling. 

"Ran, telpon ambulance!" Aksan memerintah sambil melakukan pertolongan pertama, dengan cara mengompresi dada. 

Kompresi dada dilakukan dengan cara meletakan satu telapak tangan pada bagian tengah dada korban, lalu letakkan tangan satunya di atas tangan yang pertama. Kaitkan dan eratkan jari-jari kedua tangan, lakukan penekanan pada dada hingga 5–6 cm ke bawah, lalu lepaskan. Lakukan tindak kompresi dada sebanyak 100-120 kali tiap menit hingga pertolongan datang atau pasien merespon. 

Ranaya mencari nomor telepon darurat di ponselnya dengan tangan gemetar, lalu menghubungi. 

Syukurnya Diana merespon setelah beberapa saat kompresi dada. Tak lama ambulabce datang. 

*** 

Suasana ruang tunggu IGD cukup lengang, hanya ada beberapa keluarga pasien yang duduk di kursi lain, menunggui keluarga mereka. 

Ranaya duduk dengan kepala menunduk, tangisannya sudah mereda sejak tadi. Ibunya sedang dalam penanganan dokter, perlahan tangan kanannya bergerak memegang baju Aksan bagian pinggang. 

Merasa bajunya tertarik, lelaki yang mengenakan celana pendek selutut dan baju kaos putih itu menoleh pada mantan istrinya. 

Ranaya masih mengenakan setelan baju tidur lengan panjang sebab tadi tidak sempat berganti baju. Dia hanya mengambil dan memakai khimar bergo kecil sebelum ikut di mobil ambulance. 

"Kak ... Mama ... akan baik-baik saja kan?" tanyanya pelan masih dengan kepala menunduk. Ada nada takut dalam suaranya.

"Beliau akan baik-baik saja," jawab Aksan, menenangkan.

(Bukan) Suami ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang