Part 64: Nyerah?

2.5K 380 226
                                    

Ten masuk dalam kamar buat istirahat. Dia udah selesai pergi ke satu-satu kamar anak-anaknya, seenggaknya sebelum pergi dia pamitan dulu.

Waktu masuk kamar dia senyum natap Johnny yang udah rebahan di atas tempat tidur. "Kok tidurnya pake kaos lengan pendek?"

Ten ngernyit bingung. "Eh? Kan biasanya gini."

Johnny geleng kepala. "Ganti-ganti, kalo keseringan ntar bisa-bisa sakit kamu." Dia berdiri, buka lemari dan ngasih satu kaos lengan panjang ke Ten.

"Kenapa sih? Kok aneh kamu." Ten ngambil kaosnya terus dia pake. "Aku kayaknya nggak punya kaos ini? Mana ada dua kancing lagi di atas."

Johnny senyum. "Ku beliin, bagus kan."

Ten kekeh, rasanya makin nggak tega kalo kayak gini. "Thank you."

Johnny ngangguk. "Dah, capek pasti hari ini kan? Jadiiiii... leh go to sleep!" dia gendong Ten terus sama-sama jatuh di atas kasur.

Ten ketawa seenggaknya saat-saat terakhir dia sama Johnny bahagia. Malam itu Johnny meluk dia buat tidur. Tapi tepat jam satu malam Ten tetep bangun sesuai perjanjian, untung aja posisi tidur mereka udah berubah jadi dia nggak ganggu Johnny waktu berdiri.

Dia jalan ambil jaket sama topi dan abis itu keluar kamar. "Hah... " Ten hembusin nafas, dia perbaiki topinya dan keluar dari rumah.

Jalanan udah sepi, sunyi, dingin, pokoknya hawanya nggak enak. "It's okay." Ten nguatin dirinya sendiri. Demi keluarganya, dia harus bisa berkorban.

Sampe depan gerbang emang udah ada satu mobil. Waktu dia berdiri depan gerbang kakinya tiba-tiba ditendang ngebuat dia berlutut, kepalanya dibungkus sama plastik dan tangannya langsung diikat. "Arghh... " Ten nahan teriakannya.

Terakhir ada yang nyuntik sesuatu di tangannya dan dia akhirnya pingsan. Tubuhnya dibawa masuk dalam bagasi dibiarin gitu aja di sana.

"Ini langsung ke Tondano?"

Nichkhun geleng kepala. "Kita ke rumah saya di Bahu."

Anak buahnya ngangguk dan langsung jalanin mobil ke sana. Perjalanan makan waktu sepuluh menit, sampe di rumah tua itu Ten digendong dan dimasukin dalam satu ruangan.

Nichkhun natap anaknya yang udah diikat di kursi. "Kalian istirahat malam ini biar saya yang jaga dia."

Dua anak buahnya ngangguk dan keluar dari ruangan.

"Kamu emang mirip sama ibu kamu. Sama-sama menjijikan." Dia senyum miring dan narik kursi buat duduk di depan Ten.

Lima menit dia natap anaknya dan habis itu dia ambil hp buat nelpon anak buahnya yang ada di Tondano.

"Siapin ruangan, besok mangsa spesial yang datang. Bersihin semua alat-alatnya." Dia cuma bilang itu dan matiin telpon.

"Well, have a nice dream." Nichkhun ketawa terus dia jalan keluar buat ambil minuman.

Belum selesai sampe situ penyiksaannya Ten. Waktu jam tiga subuh Ten sadar dan yang dapat cambukan dari ayahnya.

Dipukul di bagian perut, ditendang sampe muntahin darah, wajahnya udah babak belur.

"Kamu juga harus rasain apa yang ibu kamu rasain. Dasar sampah!"

Ten senyum kecil. Nggak papa, bentar lagi dia ketemu mamanya. "Ma... Ten datang."

***
Pagi-pagi Ten buka matanya, badannya udah sakit semua. "Morning baby."

Waktu pandangannya udah jelas dia bisa liat ayahnya duduk di depannya dengan dua orang penjaga yang pake topeng sama pakaian serba hitam.

NCT: Keluarga Kita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang