"Eung... Mungkin papa mau aku untuk....."

"Ketemu Bude Ratih!" Sambung Tzuyu begitu saja. "Om Jinyoung bilang Bude Ratih butuh kak Jihyo buat fitting bajunya...eyang!"

Bagus sekali. Bagus ngawurnya.

"Ah gitu!" Daniel mengangguk-angguk "Berarti kamu pulang sama Tzuyu babe?" Ia memastikan sekali lagi.

"Iya Kak, Kak Jihyo pulang sama aku. Tenang aja!"

"Eum... Okay... Be careful babe!" Daniel mengecup kepala Jihyo sekilas lalu beralih ke arah adik sepupu Jihyo "Hati-hati ya, Tzu!"

"Siap kak!"

Dan akhirnya Daniel meninggalkan Tzuyu dan Jihyo yang mematung di tempat masing-masing.

"Sorry aku bohong ke calon suami kamu!" Ucap Tzuyu sesaat setelah keheningan cukup lama menyelimuti.

"It's okay!" Ucap Jihyo, ia mengelus kedua lengannya sendiri. Udara terasa dingin meskipun matahari sudah di atas kepala. "Terus sekarang apa?"

"Eum jalan-jalan?" Tanya Tzuyu asal. Otaknya konslet.

"Boleh juga tuh, ayo!"

****

Tzuyu nggak habis pikir, sekarang ini ia sedang berjalan bersama seseorang yang paling ia sayangi dan paling ingin ia lupakan. Tidak pernah saling menghubungi selama empat tahun namun rasanya tetap masih terkoneksi. Keduanya melangkah masuk menuju warung bakso yang pernah mereka datangi dulu.

"Dua ya bude, yang satu pakai mie kuning, yang satu pakai mie putih, dua-duanya nggak pakai bawang goreng!" Tzuyu duduk sambil terkekeh. Bagaimana tidak, Jihyo masih ingat kesukaannya. Padahal tentu sudah lama semenjak mereka terakhir kali datang ke sini.

Jihyo duduk di hadapan Tzuyu, membawa satu botol Fanta merah dan satu botol Tebs lalu meletakkannya di hadapan mereka. "Fanta buat Jihyo, Tebs buat Tzuyu!"

Tzuyu lagi-lagi hanya terkekeh. Dengan canggung ia segera mengambil botol tersebut, menyedotnya menggunakan sedotan untuk membasahi kerongkongannya.

"Apa kabar?" Tanya Jihyo. Pertanyaan klise. Jemari tangannya sibuk memainkan botol fanta di hadapannya.

"Baik" jawab Tzuyu. Jawaban klise juga.

"Gimana tugas akhir?"

"Aman, lancar"

"Bagus"

Hening. Tzuyu berusaha mencari topik pembahasan. "Masih suka mie kuning?"

Jihyo terkekeh "Iya masih. Aku yakin kamu juga masih suka mie putih!" Kini Tzuyu yang terkekeh.

"Poninya masih segitu aja ya, belum berubah" Jihyo langsung merapihkan poninya

"Aneh ya?"

"Enggak, cuma rasanya liat kamu sekarang kayak nggak ada yang beda aja dari pada empat tahun yang lalu" lagi-lagi Jihyo terkekeh.

"Perasaan kamu aja kali!"

"Iya sih itu juga belum"

"Apanya?" Tanya Jihyo bingung

"Perasaanku, masih sama, juga belum berubah!"

****

"Makasih ya Bude!" Jihyo selesai membayar. Tzuyu tadi sempat protes dan minta ia saja yang bayar, tapi Jihyo bilang dia ingin mentraktir sepupunya hari ini.

Keduanya melangkah mengitari kawasan hutan pinus dengan keheningan yang menyelimuti.

"Jadi di sini lokasinya besok?" Tanya Tzuyu merujuk pada altar, kursi-kursi dan panggung yang sudah terdekorasi. Jihyo mengangguk.

My Dearest Cousin (Jitzu)Where stories live. Discover now