Balik lagi

1.1K 204 57
                                    

Tzuyu POV

Jihyo pasti bercanda. Iya dia pasti sekarang sedang menungguku menelponnya sambil tertawa jahil. Iya kan? Bilang padaku iya. Mana mungkin dia minta putus kan?

Sepanjang perjalanan hanya air mata yang ku tahan agar tidak luruh. Sungguh ini belum jelas saja sudah terasa menyesakkan.

Pesawat mendarat, aku segera keluar dan menanti koperku keluar dari bagasi.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan!"

Sudah 9 kali aku mendengar suara itu ketika menghubungi nomor Jihyo. Pesan whatsapp pun tak dibalas. Jihyo pasti benar-benar bercanda, kan? Niat sekali.

Ponselku malah berdering, memunculkan nama mama di layarnya.

"Halo ma?"

"Kamu udh landing?" Aku terdiam. Menggigit bibir dan mengetuk-ngetukan jari ke dahi. Ayo berpikir Tzuyu, berpikir.

"Belum. Aku nggak jadi pulang hari ini ya ma, tadi aku ketinggalan pesawat. Hehehe ampun peace besok aku pulang!" Alibiku. Terdengar helaan napas gusar dari mama.

"Hhh.. ya udah, mana Jihyo, mama mau ngomong!"

Mati.

Bisa mati aku kalau gini caranya.

"Jihyo lagi di toilet, ma"

Bohong. Aku terpaksa berbohong.

"Ya udah nanti aja. Jangan nakal! Besok pulang lho ya!"

"Siap!"

Tut

Segera ku matikan ponselku. Lalu berdiri dan menanti keluarnya koper dari bagasi. Benar-benar gila. Lama sekali.

Sambil menunggu aku segera membuka ponselku, mencari tiket lagi.

Dapat.

Tiket dapat dan koper dapat.

Tanpa berpikir panjang aku segera berlari menuju pintu keberangkatan.

Baru turun dari pesawat lalu naik lagi dengan tujuan kembali ke lokasi awal adalah hal paling gila selama hidupku.

Tak apa, demi kesejahteraan bangsa ini memang harus ada perjuangannya.

Jihyo tunggu aku.

*****

Aku melirik jam di tangan kiriku, pukul 2 siang. Nggak biasanya Jogja hujan siang-siang begini. Atau aku saja yang nggak sadar?

Nomor Jihyo masih belum aktif. Aku masih di bandara Adi Sucipto dan sedang mencari taksi online. Dapat. Tanpa babibu aku naik dan mobil berjalan menembus hujan menuju rumah Jihyo.

Hujan semakin deras. Aku membayar tagihan taksi online kepada drivernya setelah itu turun dan berlari-lari menembus hujan. Jangan lupakan aku juga menyeret-nyeret koperku. Rumah ini tampak sepi dari luar. Aku mengetuk pintu berulang kali, tidak ada jawaban. Sekarang sudah jam 3 dan cuaca semakin dingin. Aku bisa masuk angin.

"Jihyo...."

Aku menggosokan kedua tanganku, berharap mendapatkan kehangatan di sana. Tapi tak kunjung ada. Menggigil. Kenapa aku jadi lemah begini sih? Kenapa aku jadi ingin menangis karena dicampakkan oleh Jihyo begini?

"Jihyo buka pintunya!" Seruku sekali lagi. Apa dia tidak mendengarku? Atau pura-pura tidak mendengarku? Aku bersandar ke pintu rumah Jihyo. Hatiku serasa diremuk hingga hancur. Ini menyesakkan. Aku benar-benar menyedihkan.

"Ya Tuhan semesta alam, Tzuyu!"

****

Aku menghampiri Jihyo yang sedang membuatkan aku sup di dapur. Tangannya cekatan memotong-motong jamur dan memisahkan jagung dari bonggolnya. Dia cantik dan baik. Aku masih belum terima kalau dia sedang berstatus sebagai mantanku.

My Dearest Cousin (Jitzu)Where stories live. Discover now