Ya udah iya

1.8K 245 65
                                    

Tzuyu POV

Aku sudah bicara pada Elkie bahwa aku tak bisa terus berdekatan dengannya lagi. Sebenarnya selama ini kami belum balikan, hanya dekat saja. Dan semakin lama perasaanku padanya semakin hilang. Aku semakin yakin bahwa yang kemarin itu hanyalah cinta monyet. Lagipula kepercayaanku padanya juga sudah hilang.

Elkie juga sudah lelah dan menyerah padaku. Pada akhirnya ia mengaku bahwa hanya terobsesi padaku selama ini. Memang benar, kalau ia mencintaiku ia tak akan melakukan kesalahan waktu itu.

Aku juga menceritakan tentang Jihyo padanya. Ia bilang, ia sudah tau itu sejak awal. Sudah tau bahwa aku menyimpan rasa padanya. Tetapi Elkie waktu itu masih belum rela melepasku, jadi ia bersikap seolah-olah tidak tau. Kalau sekarang berbeda lagi, ia justru mendukungku. Bahkan ia mengusulkan untuk aku tidak usah ikut classmeeting dan menyusul Jihyo lebih cepat saja. Lalu kami sepakat untuk tidak akan sedekat dulu setelah ini. Aku bersyukur dengan sikap dewasa Elkie.

Malam ini terasa dingin, namun juga hangat di saat yang bersamaan. Itu karena aku memeluk Jihyo dari belakang, sementara Jihyo menjadikan lengan kiriku bantalnya. Rambut Jihyo tepat di hidungku, sehingga aroma vanila bisa benar-benar kunikmati. Tangan kananku memeluk erat pinggangnya. Jemari lentik Jihyo sibuk menggambar lingkaran semu di tangan kananku, mengantarkan rasa aneh yang menjalar ke seluruh tubuh.

Aku menikmati ini, menikmati debaran jantungku saat dekat dengannya. Aku ingin dirinya jadi milikku. Jujur saja, aku sudah tidak kuat menahan rasa ini. Maka akan ku katakan semuanya malam ini.

Malam ini.

Apapun resikonya.

"Hyo..."

"Hm?"

Aku menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri sendiri.

"Omongan gue di telfon kemarin itu..."



Hm..  jantungku tolong tenang sebentar ya




"yang gue bercandain lo-"

"Yang mana?" Potong Jihyo. Aku semakin gugup.

"Yang bilang pengen macarin lo, itu hmmm....." Aku menarik napas lagi.


Ayo bisa bisa!

Aku bisa


Aku yakin aku bisa

"Itu beneran"



Yes akhirnya!





Jihyo diam.







Diam.











Masih diam.









Terus diam.







Aku mulai panik. Kayaknya dia nolak aku deh. Tak lama dia membalik tubuhnya, menghadap ke arahku. Aku semakin panik. Masalahnya wajah kami dekat sekali.

"Eung... Gimana Hyo, mau nggak?" Kutanya sekali lagi. Ia masih diam. Matanya menatapku dengan lembut. Aku menelan ludah dengan susah payah. Jantungku berdegup semakin keras.

"Emang boleh nolak?" Tanya Jihyo tiba-tiba. Aku tertawa pelan lalu menggeleng. Kemudian ia tersenyum. Aku juga tak bisa untuk tidak tersenyum.

"Jadi?" Ku tanya

"Ya udah iya"

"Iya apa?"

"Iya pacaran"

Eh?

Aku tertawa. Dia juga ikut tertawa. Ini memang jadian paling aneh sejagat. Lalu setelah itu hening. Aku menatap matanya yang indah. Ia juga menatap mataku dengan tenang. Jantungku berdegup semakin cepat. Mataku malah melirik ke bibirnya. Bibirnya itu seolah mengundangku untuk mendekat.

Dan aku mendekat.

Deru napasnya terasa di wajahku.

"Hyo boleh nggak gue--"

Cup

Ya Tuhan semesta alam.

Jantungku beneran lompat.

Omonganku belum selesai, ia sudah mengecup bibirku duluan.

Setelah mengecup bibirku, ia langsung menyembunyikan wajahnya diceruk leherku. Dasar sukanya salah tingkah. Aku mengeratkan pelukan ini. Dia juga melakukan hal yang sama. Ku kecup keningnya, lalu berkata:

"I love you"

"Love you too"

Malam ini aku adalah orang paling bahagia di dunia.

___________
19-08-2020

My Dearest Cousin (Jitzu)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ