Empat Belas ( Hamil? )

320 28 4
                                    

Happy Reading...

***

Setelah bahu Elang diberi perban, ia dengan sangat keras kepala ingin pulang, Awan tak bisa menolak ia hanya bisa mengumpat, mentang-mentang dia yang menjadi dokter alhasil ia hanya bisa mengangguk mengiyakan.

Karena khawatir Elang dan Ayahnya bertemu, Awan akhirnya memaksa Elang menginap beberapa hari di rumahnya. Walaupun Eye akan mengganggu Unclenya.

---

Pagi tiba, Bik Jum datang membawa tas milik Elang.

"Elang, tas itu isinya apa?" Awan yang menyuruh Elang istirat kini kesal, ia curiga anak ini akan ngotot ke sekolah.

Elang tak berniat menjawabnya. Ia berjalan ke arah kamar yang masih diikuti Awan di belakangnya.

"Elang, jangan ke sekolah!" Awan akhirnya merampas tas yang di dalamnya terdapat seragam sekolah.

"Bang, Elang punya urusan di sekolah, Elang ga mungkin ga pergi."

"Ga! Gaboleh! kamu tetep di rumah, nanti Kakak singgah di sekolah kamu."

Namun, tanpa aba-aba Elang berhasil merampas tasnya kembali dan ia langsung berlari ke dalam kamar mandi dan langsung menguncinya.

Awan duduk dengan lesu. "Ngurusin Elang susahnya minta ampun."

Awan pasrah, ia turun menghampiri Eye yang sudah ada di meja makan.

"Ini untuk Daddy." Eye memberikan sepiring nasi goreng. "Ini untuk Uncle." Eye turun dari meja makan, ia kini duduk di kursinya sambil tersenyum.

"Moning Daddy."

"Pagi sayang."

"Pagi Tampan." Eye melambaikan tangannya menyambut kedatangan Elang.

Elang terkekeh. "pagi! Tampan? Eye tau artinya?"

Eye menggelengkan kepalanya. "Eye lapel."

Elang melirik Awan yang diam sedari tadi, Awan hanya memperhatikan anaknya yang asik bertanya hal yang tak berguna kepada Elang.

"Lang, berangkat!" Awan berdiri masih menatap Elang, Awan berusaha menahan mulutnya yang ingin mengumpat saat melihat tangan Elang terbungkus perban. Jika tak ada Eye, mungkin keadaannya tidak sehening ini.

Eye merasa tak nyaman akan aura dari kedua pria di depannya. Eye diam, ia menggerakkan matanya ke kanan dan ke kiri, nampaknya Daddy dan Unclenya akan gelud sebentar lagi, jelas mereka sedang saling menatap, jika tidak ada meja makan mungkin pertarungannya akan dimulai sekarang.

Eye dengan cepat naik ke atas meja makan berada di tengah-tengah Daddy dan Unclenya. "Lagi malahan ya?" tanya Eye polos.

"Ga!" jawab Awan dan Elang bersamaan.

Eye mengangguk. "Bapak mobil!" teriak Eye tiba-tiba memanggil supirnya yang sedang makan di dapur.

"Daddy, berangkat sendiri." Eye menyerahkan kunci mobil Awan.

"Pak Mobil. Anterin Uncle ke sekolah."

Awan menatap putrinya tak percaya.
"Anak gue selalu pinter," batin Awan. Ia tersenyum, jika Elang berangkat bersamanya mungkin ia dan Elang akan berdebat panjang.

"Bodoamat," Awan akhirnya pergi. Elang keras kepala dan selalu keras kepala, jika Elang ingin ke sekolah maka keinginannya itu pasti terpenuhi.

Sementara Elang tersenyum puas, akhirnya ia ke sekolah.

***

Elang akhirnya tiba di kelas, telinganya begitu panas mendengar namanya terus disebut, ditambah gosip Raja yang kondisinya parah kini menyebar diseluruh penjuru sekolah, semua menghampirinya bertanya tentang kondisi Raja. Boro-boro menjawab, melihat batang hidung Raja saja tidak pernah, yang ada hidungnya yang akan hilang sebelum berhasil menatap wajah Raja.

RAELHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin