Sebuah Permainan (2)

3.2K 647 105
                                    

Raja menggelengkan kepalanya malas. Tidak mau mendengar omong kosong Nadine lebih lama, Raja bergegas pergi setelah membenturkan bahunya pada bahu Nadine dengan cara yang kasar.

"Raja, tungguin!" teriak Nadine yang kini berlari mengejar Raja dan berusaha menyamai langkah kaki lebar lelaki itu.

Nadine tidak perduli sekeras apa pun Raja mendorongnya menjauh, dia sudah bertekat akan menempeli lelaki itu kemana pun. Demi rencana mulianya yang ingin membuat Raja jatuh cinta padanya lalu setelah itu Nadine akan menendangnya dengan cara yang kejam.

Nadine mengikuti Raja ke sebuah laundry, selagi Raja bercakap-cakap dengan petugas laundry, Nadine hanya berdiri di belakang tubuh Raja sambil berkutat dengan ponselnya.

Lalu senyuman jailnya terlihat mana kala Nadine memotret punggung Raja dari belakang dan mempostingnya di media sosialnya dengan emotication hati sebagai caption.

Tidak lama berselang, beberapa komentar terlihat di foto itu. Mereka semua menanyakan siapa lelaki yang bersama Nadine, apakah pacar baru Nadine?

Semua pertanyaan itu membuat Nadine terkekeh geli. Lalu Nadine mengernyit saat menyadari kaus yang Raja kenakan hampir menyerupai kausnya. "Eh, iya! duh, jadi berasa pakai baju couple."

Nadine masih sibuk dengan ponsel dan juga ide-ide gila di kepalanya saat Raja melewatinya begitu saja. Menyadari itu, Nadine bergegas mengikuti Raja lagi. Dia kembali bertanya pada lelaki berwajah masam itu, tapi Raja hanya diam dan terus melanjutkan langkahnya.

Ketika Raja memasuki sebuah warung di pinggir jalan yang hanya memakai tenda berwarna biru dan terpal sebagai dinding, Nadine menghentikan langkahnya. Dia mengerjap bingung mana kala Raja sudah masuk ke sana, duduk di sebuah kursi panjang di meja di antara dua meja yang berada di sana.

Nadine mengamati seisi warung itu. Hanya sebuah warung kecil yang tidak layak menurut Nadine. Kursi dan mejanya saja terlihat usang, belum lagi gelas dan sendok yang berada di atas meja. Nadine melirik sekelilingnya. Warung itu berada di pinggir jalan di mana banyak kendaraan yang berlalu lalang, dan orang-orang di sini makan serta minum menggunakan alat makan yang sudah pasti berdebu itu, kan?

Tidak... Nadine tidak bisa berada di sini.

Nadine sudah akan melangkah mundur dengan wajah mengernyit risih. Namun saat itu tanpa sengaja matanya bersitatap dengan Raja yang kali ini tersenyum miring menatapnya.

Senyuman Raja seolah menggambarkan sebuah ledekan untuknya. Sepertinya Raja tahu kalau Nadine akan berhenti mengikutinya kalau Raja berada di tempat seperti ini.

Tidak terima dengan senyuman mengejek Raja, Nadine mendengus malas. Kini dia melangkah masuk dengan wajah sombong, duduk tepat di samping Raja sambil menyilangkan kedua kakinya.

Raja mendengus. "Lo yakin, makan di tempat kaya gini? Nggak takut harga diri lo berceceran?"

Melipat kedua tangan di depan dada, Nadine menggelengkan kepalanya. "Gue cuma menemin lo kok."

"Gue nggak minta lo temin."

"Tapi kan kita lagi kencan. Harus berduaan terus dong..."

Senyuman manis yang Nadine perlihatkan membuat Raja memutar bola matanya malas. Ibu pemilik warung datang dan membawakan sepiring nasi uduk serta beberapa gorengan untuk Raja.

Setelah berterima kasih, Raja mulai menyantap sarapan paginya tanpa menghiraukan Nadine yang hanya mengamatinya makan dengan tatapan risih.

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang