Ngambek (2)

3.5K 614 67
                                    

Prita dan Luna baru saja turun dari mobil ketika ponsel Luna berdering. "Ya Ma?" jawab Luna. "loh, bukannya nanti malam, ya? Oh, gitu... ya udah deh, aku pulang sekarang kalau gitu."

"Kenapa, Lun?" tanya Prita.

Luna mengigit bibirnya gusar. "Kayanya gue nggak bisa ikutan jenguk Kak Gisa deh, Ta. Gue harus ke Bandung sekarang, nyokap sama bokap gue udah nungguin di rumah."

"Ke Bandung?"

"Iya. Besok itu ada sepupu gue yang mau menikah, hari ini kita udah harus ada di sana."

"Yah... terus gimana dong?"

Luna menggaruk pelipisnya. "Lo sama Nadine aja ya, Ta, gue titip salam deh buat Kak Gisa."

"Ih, apaan sih lo!" protes Prita sambil menghentakan kakinya hingga bingkai kacamatanya merosot kebawah. "masa gue ditinggal sendirian, tahu gini mendingan tadi gue nggak ikut."

Luna menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada dan menatap Prita menyesal. "Sori... tapi ini gue beneran nggak bisa, Ta. Gue cabut sekarang, ya. Itu Nadine sama Raja sebentar lagi juga bakalan nyusul kok, jadi lo nggak bakal sendirian."

Prita mencebik kuat dengan wajah kesal, namun pada akhirnya dia mengangguk berat sambil membenarkan letak kacamatanya dengan telunjuk dan itu membuat Luna tersenyum lebar sambil memeluknya.

Setelah Luna pergi, kini Prita hanya berdiri seperti orang bodoh di samping mobil Nadine. Sesekali dia menghubungi Nadine, tapi telefonnya sama sekali tidak di angkat, membuatnya benar-benar kesal dan pada akhirnya memilih menendang sebuah batu kecil sebagai bentuk pelampiasan.

"Aduh!"

Prita mendengar suara pekikan seseorang, membuat kedua matanya membulat tak percaya hingga wajahnya celingkukan kesana kemari mencari orang tersebut.

Kemudian Prita menemukan seorang lelaki yang berada di atas motornya dan masih memakai helem, terlihat sedang mengusap-usap lengannya.

Melihat itu, Prita bergegas menghampri orang tersebut. "Eh, lo kena batu yang gue tendang tadi, ya?" tanya Prita, namun tidak terlihat penyesalan di wajahnya. "sori deh, gue tadi nggak sengaja, soalnya–"

Ucapan Prita terhenti mana kala lelaki tersebut membuka helm dari kepalanya, tersenyum tipis pada Prita dan membuat kedua mata Prita membulat tak percaya.

"Elo?!" pekik Prita.

Arjuna mengangguk pelan masih dengan senyuman tipis di bibirnya.

Mendapati keberadaan Arjuna membuat Prita mendengus jengah. "Ngapain lo di sini?!" ketusnya.

Arjuna mengernyit bingung. "Hm... mau ketemu Kak Gisa."

"Kak Gisa?" ulang Prita, dan kini akhirnya dia menyadari kalau kedatangannya kesana untuk menjenguk Gisa, yang tidak lain adalah Kakak Arjuna. Eh, Prita bego...

"Kak Prita ngapain di sini?" tanya Arjuna.

Prita meneguk ludahnya berat. Mati deh gue, harus jawab apa coba? Nadine juga sialan banget lagi, sampai sekarang masih belum kelihatan batang hidungnya!

"Hm... gue..."

"Ada kerabat yang dirawat di sini?"

"Bukan."

"Oh... atau Kak Prita mau periksa?"

"Periksa apa? Lo pikir gue penyakitan sampai harus periksa ke rumah sakit?!"

Arjuna menghela napas pendek, lalu tertawa pelan. "Ya udah, kalau gitu aku masuk duluan ya, Kak."

Prita tidak mengangguk, tidak juga menggelengkan kepalanya. Dia malah menggigit bibirnya pelan sambil menatap punggung Arjuna. Hingga kemudian sebuah ide melintas di kepalanya.

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang