Ketahuan (1)

2.8K 476 33
                                    

Raja baru saja kembali ke ruko setelah mengantar Nadine pulang. Nanti sore dia akan kembali mengunjungi Nadine untuk membahas mengenai perayaan ulang tahun Nadine yang telah gagal. Sebagai gantinya, Raja mengusulkan untuk pergi berlibur ke tempat yang Nadine inginkan. Raja juga memperbolehkan Nadine mengundang kedua sahabatnya.

Raja tersenyum tipis mengingat betapa bersemangatnya Nadine tadi. Sungguh Raja tidak pernah sebahagia ini. Hanya Nadine yang bisa membuatnya merasa lebih hidup.

Raja memasuki ruko, sebenarnya dia sudah ingin segera tidur mengingat malam tadi dia tidak tidur dengan cukup. Baru terpejam selama dua jam, Nadine sudah membangukannya. Dan mereka baru kembali tidur pukul lima pagi.

Tapi, saat sedang mengantar Nadine, Abi menelefonnya dan menyuruhnya segera pulang setelah mengantar Nadine karena Abi sedang berada di ruko dan ingin bicara dengannya.

Raja mengetuk pintu ruangan Abi sebelum membukanya. Dia sedikit mengernyit karena saat ini menemukan Gisa juga berada di sana, sedang berdiri di samping suaminya. Dan mereka berdua menatap Raja dengan tatapan yang tidak biasanya.

"Kenapa?" tanya Raja.

Abi melirik Gisa sebentar, kemudian mengangguk ke arah kursi di depan mejanya. "Duduk dulu."

Entah kenapa, kini perasaan Raja mendadak tidak enak. Apa lagi Gisa masih saja diam dan belum mengatakan sepatah kata pun. Biasanya Gisa tidak akan berhenti bicara dan mengajaknya berdebat.

Raja menghela napasnya, kemudian menuruti perintah Abi. Dan sedetik kemudian, sebungkus kondom Gisa lemparkan ke atas meja. Raja terbelalak terkejut. Itu miliknya, bagaimana bisa Gisa...

"Punya lo?" tanya Gisa, suaranya terdengar lebih rendah dari biasanya.

Mati gue, pekik Raja di dalam hati.

Raja tidak berani membuka mulutnya, dia hanya terus menatap benda itu dengan perasaan kesal. Kenapa benda itu bisa ada di tangan Gisa? Bukankah dia selalu berada di dompet Raja?!

"Gisa tadi ke kamar lo, dan karena kamar lo berantakan, Gisa mutusin buat ngeberesin kamar lo. Terus... dia nemuin itu di lantai." Ujar Abi.

"Jatuh dari dompet lo kayanya." Sahut Gisa.

Raja memejamkan matanya frustasi. Dia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa.

"Ja?" tegur Abi. Dan Raja hanya diam hingga Abi tertawa pelan. "nggak usah setegang itu, bego. Santai aja, gue sama Gisa nggak bakalan ngebunuh lo cuma karena kita tahu lo udah mulai kenal seks."

Perlahan, Raja mengangkat wajahnya. Dia tidak menatap Abi, karena Raja yakin Abi bukan orang yang peduli mengenai urusan seks orang lain. Demi Tuhan, dia adalah dewa seks yang maha hebat, jadi untuk apa dia mengurusi urusan seks orang lain.

Tapi yang Raja khawatirkan adalah Gisa. Dan saat ini, tatapan Gisa masih belum terbaca olehnya.

"Jadi, beneran?" tanya Gisa lagi. "lo udah..."

"Hm." Gumam Raja sambil membuang muka.

"Sama Nadine?" tanya Abi, Raja mengangguk. "kalian udah pacaran?"

"Iya."

"Di sini?" tanya Gisa lagi.

"Apa?"

"Lo sama Nadine... ML di sini?"

Lagi, Raja meneguk ludahnya berat sambil mengangguk. Dan itu membuat Gisa dan Abi kembali saling menatap satu sama lain.

Abi menghela napas beratnya, dia masih tersenyum pada Raja dan bersikap santai. "Ja, lo tahu gimana gue. Karena itu, lo juga tahu kalau gue nggak bakalan peduli sama urusan seks lo. Gue juga ngerti, lo udah mulai dewasa, normal kalau lo mulai penasaran dengan hal-hal kaya ini. Gue juga sama kok kaya lo."

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang