Twelve (Shit Happen Thing)

4.9K 577 76
                                    

"Bagaimana menurutmu? Apa yang harus aku lakukan?"

Pertanyaan itu berasal dari Jeno untuk Hyunjin. Dua orang itu sedang berjalan santai menyusuri koridor karena sedang jam istirahat.

"Ya, kalau menurutku kau memang harus memutuskan Renjun. Kan dari awal aku sudah menyuruhmu untuk memutuskan dia. Kau lihatlah, Donghyuck itu jauh lebih baik dari dia, jadi untuk apa kau masih berhubungan dengan Renjun?" Hyunjin heran dengan Jeno yang masih saja belum bisa mengambil keputusan untuk memutuskan Renjun.

"Tapi aku masih menyayangi Renjun," Jeno berucap dengan lesu.

"Aih kau ini memang bodoh. Sekarang Donghyuck sudah jelas menjadi milikmu, lalu untuk apalagi kau berhubungan dengan Renjun? Sudahlah jangan pelihara kebodohanmu itu, secepatnya kau harus putuskan dia." ucap Hyunjin kesal.

"Kau masih ingat dengan Mark?"

Pertanyaan itu membuat Hyunjin mengernyitkan dahinyaーtampak tengah berpikir.

"Maksudmu Mark Lee? Yang dulu pernah menjalin hubungan dengan Donghyuck?"

"Ya, dia yang kumaksud. Kemarin saat aku sampai di apart setelah menemanimu, dia ada di sana. Donghyuck dan Mark hampir berciuman." Jeno memasang wajah tanpa ekspresi.

"Tunggu, apa kau cemburu?"

"Tentu saja aku cemburu. Masa itu saja kau tanyakan," Ingin Jeno memukul kepala Hyunjin karena kesal dengan sahabatnya itu.

"Nah, kalau kau cemburu berarti kau benar-benar sudah mencintainya. Bisa saja itu menjadi pertanda kau memang harus putus dengan Renjun."

"Tapi..."

"Kau memang payah!" Hyunjin sekarang menjadi sangat kesal karena Jeno masih tidak bisa mengambil keputusan. Jika saja dirinya adalah Jeno, tentu saja dia akan secepatnya memutuskan Renjun dan hidup bahagia dengan Donghyuck yang sudah sah menjadi miliknya.

Mereka terus berjalan sampai sesuatu menghentikan langkah Hyunjin, yang membuat Jeno ikut menghentikan langkah juga.

"Hei, coba kau lihat itu! Bukankah itu Donghyuck? Kenapa ia terlihat sangat emosi dan sepertinya dia berjalan ke arah di mana Renjun berada,"

Jeno mengikuti arah pandang Hyunjin yang melihat Donghyuck. Benar, Donghyuck sedang berjalan ke arah Renjun yang tengah mengobrol dengan teman-temannya di dekat loker. Pemuda itu tampak sedang terbakar emosi, menandakan ada suatu hal yang akan terjadi.

Jeno dan Hyunjin diam di tempat, menunggu hal apa yang akan terjadi.
















"RENJUN!" teriak Donghyuck tepat di depan wajah pemuda itu. Raut wajahnya tersimpan amarah yang meluap-luap.

"Apa yang kau lakukan dengan buku tugasku ini? Kenapa kau mencoret-coret dan merusaknya?!" Donghyuck mendorong tubuh Renjun hingga punggung pemuda gingsul itu mengenai loker.

"Wah, kau sudah menemukannya?" tanya Renjun tanpa rasa bersalah dan tertawa kemudian sambil bertepuk tangan dengan senang.

Donghyuck yang dikabuti amarah tidak dapat menahan diri lagi, ditariknya kerah baju Renjun lalu kembali mendorong keras pemuda mungil itu ke loker, menyebabkan bunyi tubrukan terdengar keras. Renjun mengaduh kesakitan. Kemudian Donghyuck mencekik Renjun yang punggungnya semakin menekan loker dengan banyak kunci yang bergantungan.

"Dan apa maksudmu mengataiku jalang, hah? Kau tak sadar dirimu itu sudah berapa kali berganti-ganti lelaki. Kau tak sadar sudah banyak pria yang menidurimu? Kau tak sadar itu? Jangan kau kira tak ada yang tahu hal itu, aku tahu semuanya. Kaulah yang lebih pantas menyandang panggilan jalー"

Belum selesai Donghyuck berbicara, baju bagian belakangnya ditarik seseorang kemudian mendorong Donghyuck ke lokerーtepat di sebelah Renjun yang sedang meraup oksigen susah payah. Semua mata tertuju pada ketiga orang itu.

"Jangan sekali-kali kau mengatainya jalang!"

"Tapi dia memang jalang!" Donghyuck balik membentak. Setelahnya, tinjuan di pipinya yang ia rasakan, membuat pipi dalamnya berdarah. Donghyuck meludahkan liur bercampur darahnya ke lantai, hampir mengenai sepatu seseorang yang barusan meninjunya.

"Kau! Sudah aku peringatkan, jangan mengatainya jalang!"

Wajah mereka begitu dekat dengan napas saling beradu.

"Bagus, Jeno! Habisi saja aku sekalian untuk kekasih tercintamu itu yang sudah merusak buku tugasku dan mengataiku jalang."

Ya, seseorang tadi adalah Lee Jeno, suaminya. Sosok yang baru saja meninju wajah mulus Donghyuck. Awalnya, ia hanya memperhatikan dari jauh saja perdebatan keduanya, tapi saat Donghyuck mencekik wajah Renjun ia dengan segera menghampiri mereka.

Alasan Donghyuck marah pada Renjun memang hanya karena bukunya yang dirusak. Tapi buku itu sangat penting, karena setelah jam istirahat ini akan dikumpulkan pada Min ssaem. Tadi saat Donghyuck kembali ke kelas dan ingin mengecek kembali tugasnya, ia tidak mendapati buku tugasnya di dalam tas. Donghyuck yang panik lantas mencarinya dan menemukannya di laci meja milik Renjun dengan keadaan yang sudah rusak dan penuh dengan coretan. Salah satu coretannya bertuliskan Donghyuck adalah jalang. Itulah kenapa Donghyuck marah besar kepada Renjun.

"Kenapa diam? Ayo hajar aku lagi. Pukul wajahku hingga babak belur!"

Tapi lagi-lagi Jeno hanya diam. Matanya menatap lurus ke Donghyuck.

"Kau payah!" Donghyuck mendorong paksa tubuh Jeno yang menghimpitnya dan berlalu meninggalkan keramaian di koridor itu.

Saat Donghyuck akan melangkahkan kakinya menaiki anak tangga, tiba-tiba saja perutnya terasa sangat keram. Selanjutnya yang terjadi adalah semuanya menjadi gelap.

•••

"Donghyuck, sudah enakan?" tanya Jaemin yang duduk di kursi samping ranjang tempat Donghyuck berbaring.

Donghyuck merubah posisi menjadi duduk, retinanya menangkap penjaga uks yang bukan siswa tapi memang perawat, dan ada Jeno berdiri di ujung ranjang. Beberapa detik pandangan mereka beradu namun Donghyuck mengalihkan pandangannya.

"Ya, tak usah khawatir." jawab Donghyuck menenangkan Jaemin.

"Hyuck, saya sarankan kamu jangan terlalu stress, pastinya kau sudah tahu itu membahayakan kandunganmu dan banyak-banyaklah beristirahat." nasihat perawat wanita itu.

"Anda sudah tahu?" Donghyuck resah, lagi-lagi ada orang lain yang mengetahui pernikahannya dengan Jeno.

"Ya, tadi Jeno sudah menceritakan semuanya. Tenang saja saya bisa jaga rahasia," Perawat itu mengedipkan sebelah matanya.

"Kalau begitu saya akan kembali ke meja saya." tambahnya.

"Jaemin, bisa ambilkan tasku? Aku ingin pulang saja, hawa di sini tidak menyenangkan. Aku malas berlama-lama di tempat ini."

Tanpa banyak kata, Jaemin pun beranjak dari sana.

Soal ucapan Donghyuck tadi bermaksud untuk menyindir seseorang yang sedari tadi hanya diam, tidak berani berbicara. Jeno menyadari sindiran itu, ia ingin berbicara tapi tak tahu harus berbicara apa. Meminta maaf pun pasti Donghyuck tidak sudi memaafkan.

Jaemin sudah kembali, tidak membiarkan Donghyuck menunggu lama. "Hyuck, hati-hati di jalan."

Jaemin mengantar Donghyuck sampai gerbang depan. Sedangkan Jeno masih betah berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan punggung Donghyuck yang semakin menjauh.

to be continued
.
.

Secret || NohyuckHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin