Eleven (The Kiss)

5.2K 587 49
                                    

"Hyuck, hari ini ada film bagus, bagaimana kalau kita menonton setelah makan?" ajak Jeno.

"Hah, aku malas. Aku tidak mau kejadian waktu itu terulang lagi," tolak Donghyuck. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

Jeno berpikir sejenak mendengar ucapan Donghyuck dan beberapa detik setelahnya ia mengerti apa maksud Donghyuck.

"Aku jamin itu tidak akan terjadi lagi. Kan Renjun juga tidak ada di sini, kalau pun dia ada aku tidak akan melakukan itu kok. Mau ya Donghyuck? Ayolah, sayang..." mohon Jeno dengan aegyonya untuk merayu Donghyuck.

"Kau mau membuatku muntah di sini? Aegyomu itu sungguh menggelikan, tidak berkelas sama sekali. Sangat jauh dibandingkan dengan aegyo milikku,"

Jeno cemberut mendengar kalimat yang keluar dari mulut Donghyuck.

"Tidak usah cemberut begitu. Ya sudah ayo bayar makanannya, baru kita beli tiket bioskop."

Dan Jeno kembali ceria mendengar itu. Kemudian keduanya beranjak dari meja tempat di mana mereka makan, menuju kasir.

Sekarang keduanya sudah berada di dalam bioskop. Film yang mereka tonton adalah film bergenre romantis. Ya, cocoklah untuk mereka berdua yang sudah menikah.

Saat layar menampilkan adegan ciuman, Donghyuck yang malu melihatnya memilih memalingkan wajahnya. Entahlah, ia hanya malu melihat itu.

"Donghyuck, mereka yang berciuman kenapa kau yang malu? Bukankah kita juga sering berciuman?" ledek Jeno sedikit keras yang bisa saja didengar oleh penonton lain.

Donghyuck yang kesal sudah bersiap memukul Jeno tapi dengan sigap Jeno menahannya.

"Wajahmu merah sekali. Kau makin manis saja," Jeno terus menggoda pemuda manis itu, membuat yang digoda semakin bersemu merah.

Perlahan Jeno memajukan wajahnya ke wajah Donghyuck hingga hidung mancung mereka bersentuhan. Tak tahu apa yang adi di pikiran Jeno, ia memiringkan kepalanya dan semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Donghyuck. Tangannya pun sudah berada di tengkuk Donghyuck.

Donghyuck menahan napasnya melihat apa yang Jeno lakukan. Napas wangi Jeno yang menerpa wajahnya membuat ia merinding. Bibir mereka hampir bersentuhan saat dengan tiba-tiba lampu bioskop menyala, menandakan film yang diputar telah selesai ditayangkan. Keduanya dengan segera menjauhkan wajah masing-masing. Untung saja tidak ada yang menyadari mereka tadi hampir saja berciuman.

"Kita lanjutkan di apartemen saja." bisik Jeno di telinga Donghyuck, lalu mengecup pipi halus yang sudah semerah tomat itu. Donghyuck hanya bisa menahan napasnya, ingin sekali ia menguburkan dirinya sekarang juga.

•••

Donghyuck menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu, baru saja ia selesai dengan tugas-tugasnya. Sore ini ia kembali sendirian di apartemen, Jeno bilang lelaki itu pergi menemani Hyunjin ke suatu tempat.

Baru saja akan memejamkan kedua matanya, suara bel membuatnya kehilangan rasa kantuk yang tadi menyerangnya. Itu bukan Jeno, mana mungkin Jeno membunyikan bel jika mau masuk. Donghyuck menebak jika mungkin saja itu Jaemin atau tetangga sebelah. Tak mau tamunya menunggu lama, denhan sedikit berlari Donghyuck menuju pintu dan membukanya. Betapa terkejutnya Donghyuck saat mendapati Mark-lah tamunya.

"M-mark hyung?" panggil Donghyuck terbata. Ia tak percaya yang berdiri di hadapannya ini adalah Mark Lee.

"Ya ini aku, Mark." balas Mark senang. Akhirnya ia bisa bertemu kembali dengan Donghyuck setelah beberapa minggu tidak melihat lelaki mungil ini. Rasa rindunya terpuaskan.

Tanpa banyak bicara Donghyuck menarik pergelangan tangan Mark, membawa lelaki itu masuk ke dalam apartemennya lalu mendudukkan lelaki itu di sofa dengan dirinya yang juga duduk di sampingnya.

"Bagaimana hyung bisa tahu nomor apartemenku?" tanya Donghyuck penasaran.

"Kau ini pelupa ya, kan waktu itu kau memberitahu hyung nomor apartemenmu."

"Astaga," Donghyuck menepuk jidatnya. "Aku sudah mulai tua sampai hal itu saja aku lupa,"

"Kau ini," Mark mengacak rambut Donghyuck membuat si mungil tertawa.

Mereka terus lanjut mengobrol hingga sebuah keberanian yang membuat Mark memajukan wajahnya mendekati wajah mulus milik Donghyuck. Mendapati jarak wajah mereka semakin dekat, Donghyuck menahan napasnya. Jantungnya berpacu sangat cepat, begitu pula dengan Mark. Saat bibir keduanya akan bertemu, suara seseorang memanggil nama Donghyuck membuat semua itu terhenti. Mereka berdua dengan cepat membetulkan posisi mereka yang tadinya terlihat intim.

"Jeno..." lirih Donghyuck. Ia tak menyangka ternyata Jeno-lah yang datang dan memergoki dirinya akan berciuman dengan Mark.

"Maaf mengganggu kalian. Aku permisi ke kamar." ucap Jeno dan berlalu pergi meninggalkan mereka yang masih terlihat shock.

Sakit dan cemburu, itu yang Jeno rasakan saat melihat hal tadi. Di mana posisi Donghyuck dan Mark sudah sangat intim dan akan berciuman, tapi ia cegah karena tak mau hal itu terjadi.

"Sebaiknya hyung pulang dulu, Hyuck." Mark memecahkan keterdiaman mereka.

"Iya hyung," balas Donghyuck tanpa menatap Mark.

"Hyung pulang dulu." Mark pun bangkit dari posisinya dan berjalan keluar dari apartemen Donghyuck.



















Bosan, itu yang Donghyuck rasakan sekarang. Sedari tadi ia hanya memindah-mindahkan channel TV tapi tidak ada acara yang menarik perhatiannya. Ini baru pukul delapan malam, masih terlalu awal untuk tidur dan lagi pula matanya belum mengantuk.

Donghyuck memejamkan matanya, menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Ia merasakan seseorang duduk di sampingnya, ia pun membuka matanya.

"Bagaimana kabar Mark?"

Donghyuck yang ditanyai cukup terkejut tapi berusaha biasa saja. "Dia baik-baik saja,"

"Maaf karena tadi sudah mengganggu kalian,"

"Tidak perlu minta maaf."

Setelahnya suasana menjadi sedikit canggung.

"Kau masih mencintainya?" tanya Jeno tiba-tiba.

"Aku... aku... tidak tahu,"

Donghyuck melihatnya-- melihat ekspresi Jeno yang sepertinya sedih? Entahlah tapi mungkin saja Jeno benar-benar sedih.

Donghyuck sendiri sebenarnya juga bingung dengan perasaannya terhadap Mark. Entah masih ada atau tidak rasa cintanya untuk Mark, atau mungkin sekarang hanya perasaan sayang sebatas saudara saja.

"Aku mencintaimu, Donghyuck." ujar Jeno lirih.

"Jangan bilang cinta kalau kau masih memiliki Renjun."

Perkataan Donghyuck mampu membuat Jeno terdiam. Jika sudah seperti ini, dia mati kutu. Tidak tahu lagi harus berkata apa. Sekarang bukan lagi perasaan sedih yang menghinggapi hatinya, tapi perasaan bersalahlah yang menghinggapinya. Betapa bodoh dirinya.

to be continued
.
.
yaampun, maap gais aku ngilang mulu π_π

Secret || NohyuckWhere stories live. Discover now