The Smell Of The Sun in This Town

Start from the beginning
                                    

Sungguh menyebalkan mndeskripsikan seseorang terlalu sempurna seperti itu; tampan dan berotak encer.

Setidaknya saya bisa belajar dengan baik tapi lemah di pergaulan namun tidak dengan Jeffri, dia sangat ramah dan pintar bergaul. Kalau kalian temui dia berjalan di koridor sekolah dari ujung ke ujung mungkin hampir semua orang menyapa kearahnya, bahkan satpam sekolah pun dekat juga dengan Jeffri.

Beda dengan saya yang tidak bisa bergaul dengan baik apalagi anak-anak perempuan. Mereka sebagian besar menganggap saya dingin, gak asik, sombong, penjilat guru dan sebagainya. Hanya Aska yang tidak berfikiran seperti itu untungnya, mungkin karena kami sama.

"Norak banget", celetuk Aska sambil memutar bola matanya

"ssttt! Aska nanti kedengeran loh", ucap saya menahan tawa

"Gak akan kedengeran Kal, suara gue kalah saing sama puji-pujian Jeffri lovers, berasa Peter Kavinsky kali ya", cibir Aska

Peter Kavinsky, tokoh utama pria di film netflix To All The Boy I've Loved before. Sosok cowok paling popular dan tampan di sekolah.

"eh btw Kal, hari ini penguman anggota Olimpiade 2018 angkatan kita", ucap Aska

"oh iya, saya masuk gak yah?", tanya saya ragu sambil menggaruk kepala yang jelas tidak gatal

"pastilah! siapa yang macarin matematika selain lo Kala?"

"hahahaha... soalnya piagam olimpiade salah satu syarat beasiswa Zurich saya nih"

"ya pasti masuk lah, kita pasti masuk, lo wakilin matematika dan gue fisika "

"kalau lo gausah ditanya deh Aska, pasti lolos"

Jam istirahat telah habis dan kami kembali ke kelas melanjutkan jam pelajaran berikutnya, di tengah jam pelajaran Ibu Yola wakil kepala sekolah kami memasuki ruangan kelas sambil membawa map merah.

"Siang anak-anak maaf mengganggu pelajarannya, Ibu mau memberikan pengumuman mengenai anggota Olimpiade kelas 10 tahun ini yang berhasil menjadi perwakilan sekolah kita untuk mengikuti Olimpiade tahun ini", ucap Bu Yola

"kebetulan dari kelas kalian ada dua siswi yang berhasil menjadi perwakilan dua mata pelajaran dan untuk lengkapnya juga akan Ibu tempel di mading ya, list perwakilan mata pelajaran seluruh angkatan", sambungnya sambil melirik ke arah meja saya dan Aska.

Saya tiba-tiba gugup saat bu Yola menyampaikan penguman tersebut, karena ini adalah langkah awal saya bisa tinggal di Swiss, salah satu syarat terpenting untuk mendapatkan beasiswa yang saya idam-idamkan.

"Untuk bidang mata pelajaran fisika diwakilkan oleh Aska Asyana"

"Wow! keren banget woy Aska!", seru teman-teman sekelas saya sambil bertepuk tangan dan diantaranya hanya melirik tidak peduli

"Untuk bidang mata pelajaran matematika diwakilkan oleh Ananda Kala"

"wah gila sebangku yang lolos!", sambung anak-anak kelas sambil kembali bertepuk tangan

"Untuk siswi yang telah terpilih dimohon nanti sepulang sekolah bisa ke ruang kesiswaan ya untuk pembagian jadwal belajar dan mentoring", sambung Ibu Yola

Akhirnya yang saya harapkan terwujud, satu Langkah awal untuk mencapai goals saya saat ini. Tidak sia-sia begadang semalaman setiap ada ujian bahkan menguasai materi sebelum pelajaran dimulai.

Pulang sekolah saya pun langsung bergegas ke ruang kesiswaan, Aska sudah masuk duluan ke ruangan lain, karena ternyata setiap perwakilan mata pelajaran masuk ke ruangan terpisah. Dikelompokan bersama guru pembimbing dan siswa perwakilan sesuai mata pelajaran.

Saat sampai di depan ruang kesiswaan ternyata pintu masih terkunci dan belum ada satu orang pun yang datang. Sekolah pun sudah lumayan sepi karena sebagian siswa sudah jam pulang.

Hingga Ibu Yola datang menghampiri saya dan berkata "Kala sebentar ya tunggu 15 menit lagi, guru pembimbing kelompok matematika kan Pak Salim, beliau masih rapat guru sebentar, kamu tunggu dulu ya"

"oh baik bu", jawab saya.

Saya pun duduk di pinggiran lapangan basket, karena ruang kesiswaan tepat berada di depan lapangan. Terlihat beberapa anak basket sedang berlatih, lalu mengeluarkan headset dan mulai mendengarkan lagu.

Matahari sedang terik-teriknya, walaupun kota tempat saya tinggal ini memang panas sekali dan selalu diterangi oleh matahari bahkan hampir jarang sekali turun hujan.

Anehnya saya menyukainya, saya suka terik matahari yang menerangi apapun yang ada di bumi, terkesan tidak ada yang bisa disembunyikan, tidak seperti malam gelap yang penuh dengan tanda tanya karena tak terlihat dan minim cahaya.

Matahari juga meninggalkan wangi yang khas menurut saya, wangi matahari yang menempel di rambut bila terpapar terlalu lama, bahkan ke baju yang kita gunakan, dan juga wangi matahari yang menempel ke tanah.

Tiba-tiba saya merasa lengan saya di sentuh dengan jari berkali-kali seperti ditusuk-tusuk pelan hingga saya membuka mata dan melepas headset saya.

"Lo dipanggil Pak Salim dari tadi tuh", ucapnya sambil menunjuk ke arah ruang kesiswaan di belakang saya

Dia, Jeffri Adiyaksa menggunakan seragam basket tim sekolah dengan rambut basah bercucuran penuh keringat berada di depan saya.

"oh... iya", ucap saya seadanya dan langsung bergegas pergi

Begitu memasuki ruang kesiswaan saya diberikan beberapa buku materi, kertas-kertas latihan soal, dan diminta mencatat jadwal belajar pemantapan teori dan mentoring.

"oh iya Kala mentor kamu itu pemenang olimpiade matematika tahun lalu, udah tau?", tanya Pak Salim

"hah?", saya masih belum bisa mencerna pertanyaannya

"hari ini dia ga bisa join pembagian jadwal karena latihan basket", sambung Pak Salim, lalu beliau pergi ke ambang pintu dan melambaikan tangan

"JEFF JEFF SINI SEBENTAR", serunya dan tak lama Jeffri Adiyaksa datang, duh kenapa saya harus menyebut nama lengkapnya di kepala saya?

"Yo Pak Salim", serunya sambil memasuki ruangan

"Jeff ini Kala, yang wakilin matematika kelas 10 tahun ini, udah kenal kalian?", tanya Pak Salim

"belum", jawab saya
"sudah", jawab Jeffri bersamaan yang membuat saya dan Pak Salim menaikan sebelah alis kebingungan.

"udah apa belom nih?", tanya Pak Salim heran

"belum deng belum", jawab Jeffri cengengesan

"Jeffri Adiyaksa", sambungnya sambil mengulurkan tangannya yang putih, besar dan terlihat semburat berwarna ungu.

"Ananda Kala, Kala aja", saya menyambut jabatan tangannya.

Jeffri masih berkeringat karena bermain basket, wangi rambut dan bajunya mungkin dari badannya juga, sangat wangi matahari yang menyengat siang ini.

•••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Meaning Of Let Go Off - JaehyunWhere stories live. Discover now